KH Ali Yafie, mantan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) sekaligus Rais Aam PBNU meninggal dunia. KH Ali Yafie meninggal usai dirawat di Rumah Sakit Bintaro, Tangerang Selatan (Tangsel).
Dilansir situs resmi MUI, KH Ali Yafie wafat pada Sabtu (25/2/2023) pukul 22.13 WIB. Jenazah akan dibawa ke rumah duka di Kompleks Menteng Residence, Jl Menteng V Blok FC 5 No 12, Sektor 7 Bintaro Jaya.
Diketahui sebelumnya, Kiai Ali Yafie dirawat di RS Bintaro, dan sempat dijenguk oleh Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin. Wapres bercerita bahwa Kiai Ali Yafie adalah sosok ulama panutan. "Beliau adalah senior saya yang baik," kata Wapres seperti dilansir dari situs MUI.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya bergaul lama dengan beliau dan beliau seorang alim ulama besar dan punya pengetahuan yang luas. Tidak hanya masalah-masalah keagamaan, tapi juga masalah-masalah kenegaraan, kebangsaan, kemasyarakatan dan saya kira jarang ulama sekaliber beliau yang keluasan ilmunya, dan juga keketuaannya yang patut menjadi contoh teladan," kata dia menambahkan.
Berikut biografi KH Ali Yafie, mantan ketua MUI sekaligus Rais Aam PBNU yang tutup usia:
Biografi KH Ali Yafie
KH Ali Yafie adalah Ketua Umum (Ketum) MUI Pusat pada tahun 1990-2000. KH Ali Yafie juga merupakan Rais Aam PBNU tahun 1991-1992. Rais Aam adalah jabatan tertinggi didalam kepengurusan Nahdlatul Ulama (NU), dan termasuk sesepuh yang dimuliakan.
Melansir situs NU Online, lahir di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, pada tanggal 1 September 1926. KH Ali Yafie tutup usia pada tanggal 25 Februari 2023 di usianya yang ke-96 tahun.
Ali Yafie merupakan anak ketiga dari lima bersaudara yakni As'ad, Muzainah, Munarussana, dan Amira. Orang tuanya adalah Syekh Muhammad Al-Yafie dan Imacayya. Ibunya adalah seorang putri raja dari salah satu kerajaan di Tanete, sebuah desa di pesisir barat Sulawesi Selatan.
Sementara, ibunya, Imacayya wafat saat Ali Yafie berusia 10 tahun. Lalu ayahnya menikah lagi dengan Tanawali. Pasangan ini diberi empat keturunan; Muhsanah, Husain, Khadijah, dan Idris. Muhammad Al-Yafie meninggal pada awal 1950-an.
Riwayat Karier dan Organisasi
Dalam perjalanan karier dan organisasi, KH Ali Yafie pernah menjadi Dekan di Fakultas Ushuluddin IAIN Ujung Pandang, Makassar, Sulawesi Selatan. Dia juga pernah menjabat Rektor Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta dan menjabat anggota DPR sampai 1987. Kemudian, KH Ali Yafie menjabat sebagai Hakim Pengadilan Tinggi Agama Makasar, Kepala Inspektorat Peradilan Agama, dan Dewan Pengurus Syariat Bank Muamalat Syariat.
Pada Muktamar NU di Surabaya (1971), KH Ali Yafie terpilih menjadi salah seorang Rais Syuriyah PBNU. Lalu pada Muktamar NU di Semarang (1979) dan Situbondo (1984), dia diberi amanah kembali sebagai Rais Syuriyah PBNU.
Kemudian pada Muktamar NU di Krapyak (1989), KH Ali Yafie menjabat sebagai wakil Rais 'Aam PBNU. Dia pun menjadi Penjabat (Pj) Rais 'Aam PBNU tahun 1991-1992 setelah KH Ahmad Shiddiq sebagai Rais 'Aam PBNU kala itu wafat.
Pada 1990-2000, KH Ali Yafie lalu menjabat Ketua Umum MUI menggantikan KH Hasan Basri. Dia juga diamanahi menjadi Dewan Penasehat Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI). Ali Yafie turut mendedikasikan dirinya untuk menjadi Pengasuh Pondok Pesantren Darul Dakwah Al Irsyad, Pare-Pare, Sulawesi Selatan yang didirikannya sejak 1947.
Karya Tulis KH Ali Yafie
KH Ali Yafie merupakan seorang ulama yang juga aktif menulis yang banyak menetaskan karya-karya tulis yang dijadikan buku. Berikut beberapa di antara karya-karya KH Ali Yafie:
- Menggagas Fikih Sosial: dari Soal Lingkungan Hidup, Asuransi hingga Ukhuwah (1995)
- Teologi Sosial: Telaah Kritis Persoalan Agama dan Kemanusiaan (1997)
- Beragama Secara Praktis agar Hidup Lebih Bermakna (2002)
- Wacana Baru Fiqih Sosial: 70 Tahun KH Ali Yafie (1997)
Simak juga 'GP Ansor-PWNU DKI Jenguk David: Sudah Membuka Mata, Tapi Belum Sadar':