Naiknya debit air merupakan imbas dari hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur DKI Jakarta kemarin. Turap yang diklaim telah mengurangi risiko banjir, terbukti tak dapat menahan masuk ke permukiman warga.
Turap belum tuntas
Ketua RT 7/RW 1, Abdul Mujib, menuturkan turap yang dibangun belum dapat dikatakan selesai. Sebab, masih terdapat beberapa detail pekerjaan yang belum dirampungkan.
"Tahap finishing-nya kan itu belum. Itu pengecoran payungnya sama tanggul, penanggulan dinding belakang belum ada. Penanggulan sama pengecoran yang belum dikerjakan," ungkapnya saat ditemui di kediamannya, Kamis (24/2/2023).
Mujib menyatakan turap hanya dipancangkan namun tidak diselesaikan. Masih ada rongga-rongga cukup lebar antara turap yang berjejer di pinggir Kali Angke itu. Terang saja air dapat lolos melalui celah itu.
"Pekerjaan itu cuma dikerjakan satu bulan, setelah satu bulan itu dikerjakan, kemarin nggak dikerjakan lagi," keluhnya.
![]() |
Dia merasa belum ada dampak positif dari adanya turap tersebut. Sebab, daerahnya belum dapat bebas dari bayang-bayang banjir.
"Sama saja, belum ada dampak untuk penanganan masalah banjir di wilayah ini. Belum ada," katanya.
"Tadi habis Subuh, air itu masuk. Kan semalam curah hujan tinggi dari jam 20.30 WIB malam sampai tadi jam 09.00 WIB pagi. Kalau curah hujannya besarnya kayak hari ini ya masih sama, masih banjir," tambahnya.
Sebagai ketua RT, Mujab tak tega melihat warganya yang terus kebanjiran. Dia berharap agar pengerjaan turap itu dilakukan dengan tuntas.
"Harapan saya sih supaya pekerjaan sheet pile (turap) itu cepat dikerjakan, diselesaikan dan juga dibuatkan pintu air serta pompanya," harapnya.
Warga masih kebanjiran
Pada waktu yang sama, detikcom mencoba melihat turap pada kali tersebut. Namun, tak berhasil sebab jalan menuju ke arah turap terpasang tengah tergenang oleh banjir.
Air cokelat setinggi betis orang dewasa menggenangi rumah warga. Permukiman yang lebih dekat dengan Kali Angke kebanjiran lebih tinggi lagi.
Seorang warga yang rumahnya dekat dengan pinggir kali Mulyani (65) mengaku harus mengungsi. Sebab, rumahnya telah terendam oleh air sejak dini hari tadi.
"Kalau sekarang saya juga masuk pulang ke rumah segini (sedada), jadi saya ngungsi di sini tadi. Jadi (air) masuk ke dalam rumah saya. Setiap hujan kalau air kali gede, langsung pasti naik," ungkapnya.
Mulyani tak melihat perbedaan sebelum dan setelah adanya turap, sebab rumahnya masih kerap digenangi banjir. Dia menaruh harap kepada pemerintah agar dapat menanggulangi banjir di lingkungannya.
"Kalau saya sih maunya nggak kebanjiran, kalau kebanjiran itu capek perabotan terendam semua, rusak semua," ujar Mulyani.
Senada dengan Mulyani, warga lainnya Salim (41) mengeluhkan terkait turap yang dibangun. Salim mengatakan tak merasakan dampak adanya turap tersebut.
"Posisi beton dipasanganya renggang, nggak rata, jadi ada celah. Nggak ada gunanya walaupun ditanggul. Karena, itu masang-nya nggak rapat, airnya ya masuk," keluh Salim.
![]() |
Salim mengaku selalu waspada kala hujan mulai mengguyur. Dia mengatakan trauma terhadap banjir tinggi yang pernah terjadi di kawasan tempat tinggalnya itu.
"Kalau ada hujan pasti waspada. Paling parah tahun 2020 itu, tinggi sekali. Di sini kalau laut pasang curah hujan tinggi, pasti di sini air tinggi. Ini untungnya laut nggak pasang," terangnya.
![]() |
Senada dengan ketua RT, Salim menyayangkan pengerjaan turap yang seperti saat ini. Dia berharap pembangunan turap diperbaiki hingga selesai.
"Maunya sih jangan begitu, dikelarin masang-nya. Jangan asal-asal ditaruh doang, kayak nanam pohon ditaruh, terus tinggal," imbuhnya.
"Pekerjaan belum selesai, masih ada bekonya (alat berat back hoe) di situ sampai sekarang. Januari sudah nggak ada (aktivitas pengerjaan), mandek," pungkasnya.
Tonton juga Video: Penampakan Banjir di Kudus, Imbas Curah Hujan Tinggi
(dnu/dnu)