Jakarta -
Polda Metro Jaya menggelar rekonstruksi kasus pembunuhan Sony Rizal Tahitoe (59), sopir taksi online yang dibunuh oleh anggota Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Bripda HS. Sejumlah hal terungkap dalam rekonstruksi ini.
Rekonstruksi digelar di Polda Metro Jaya, pada Kamis (16/2) kemarin. Polisi mengungkapkan alasan rekonstruksi tidak dilakukan di lokasi kejadian, melainkan di Polda Metro Jaya.
"Karena TKP terdiri dari beberapa lokasi. Maka pelaksanaannya di Polda Metro Jaya akan dirangkaikan pada saat rekonstruksi. Dan hal ini sesuai dengan Pasal 5 dan 7 KUHAP tentang tindakan lain yang bertanggung jawab," ujar Trunoyudo kepada wartawan, Rabu (15/2/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Total ada 40 adegan yang direka ulang dalam rekonstruksi ini. Rekonstruksi meliputi peragaan adegan sebelum, sesaat, dan setelah pembunuhan terjadi.
Berikut sejumlah fakta yang terungkap dalam rekonstruksi tersebut.
1) Motif Pembunuhan
Dalam rekonstruksi tersebut terungkap Bripda HS tadinya berniat melakukan pencurian. Dia mencari target taksi online untuk dijual demi menutupi utangnya kepada kakaknya.
Bripda HS, anggota Densus 88 Antiteror tersangka pembunuhan sopir taksi online di Depok. (Wildan Noviansah/detikcom) |
"Tersangka berinisiatif melakukan pencurian mobil target taksi online dijual di Jambi, uang penjualan akan dikembalikan ke abangnya," ujar penyidik membacakan adegan rekonstruksi.
2) Rp 90 Juta Duit Kakak Dipakai Judi
Bripda HS awalnya diberi uang oleh kakaknya untuk membeli mobil Daihatsu Terios. Namun, uang tersebut justru dia tilap.
"Adegan pertama tersangka dikabari abangnya yang ada di Medan, bahwa abang tersangka sudah mentransfer uang Rp 20 juta untuk DP mobil Terios harganya Rp 90 juta, sisanya Rp 70 juta akan ditransfer pada malam harinya," ujar penyidik.
Setelah mendapatkan uang dari kakaknya, Bripda HS timbul niat untuk judi. Semula, dia berharap untung dari main judi.
"Adegan kedua timbul tersangka untuk bermain judi dengan niat mendapatkan untung. Sehingga uang tersebut habis digunakan untuk bermain judi," imbuhnya.
Dalam adegan selanjutnya, kakaknya kembali mentransfer uang sebesar Rp 70 juta namun kembali digunakan Bripda HS untuk bermain judi.
"Adegan ketiga abang tersangka mentransfer kembali uang sisa Rp 70 juta dan habis digunakan tersangka untuk bermain judi juga," imbuhnya.
Simak Video 'Polisi soal Kasus Bripda HS: Densus 88 Tidak Akan Mentolerir Anggotanya!':
[Gambas:Video 20detik]
Baca fakta lain di halaman selanjutnya....
3) Beli Pisau Taktikal di Kelapa Dua
Bripda HS selanjutnya merencanakan aksinya dengan membeli pisau di sebuah toko taktikal di Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, pada Sabtu (21/1) lalu. Setelahnya, Bripda Haris beranjak menuju Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur, dan menyimpan motornya di sana.
Setelah itu, dia naik bus TransJakarta mengelilingi Jakarta untuk mencari target. Saat itu Bripda HS hanya memantau karena belum ada niatan untuk melancarkan aksinya.
"Tersangka naik TransJakarta ke arah Blok M sembari memantau situasi jalanan untuk mendapatkan sasaran berupa mobil yang akan dicuri. Namun saat itu tersangka hanya keliling saja, dari satu halte ke halte lainnya dan berakhir di Terminal Kampung Rambutan karena saat itu tersangka belum berani melakukan pencurian," kata penyidik membacakan adegan rekonstruksi.
4) Keliling Jakarta Cari Target
Keesokan harinya, Sabtu (21/1/2023), keluarga Bripda HS diminta untuk pulang oleh keluarga, namun berdalih mobil yang sebetulnya tidak ada. Karena desakan tersebut, akhirnya Bripda HS mulai menyatroni beberapa taksi online yang sedang mangkal di sana. Namun, lagi-lagi, dia masih belum berani melancarkan aksi pencurian.
"Tersangka mencoba mencari sasaran dengan cara menghampiri taksi online yang sedang ngetem di pinggir jalan, lalu naik seolah-olah hendak menggunakan jasa mereka, namun saat itu tersangka belum berani melakukan aksi pencurian. Hal tersebut terjadi sampai tiga kali," jelasnya.
Rekonstruksi Bripda HS bunuh sopir taksi online, Sony Rizal Tahitoe. Foto: Rekonstruksi Bripda HS bunuh sopir taksi online, Sony Rizal Tahitoe. (Wildan N/detikcom) |
Hari berganti pada Minggu (22/1) dini hari, Bripda HS kemudian kembali naik bus TransJakarta ke arah Pinang Ranti. Namun dia memutuskan berpindah bus lalu turun di Halte Semanggi.
Di sana, Bripda HS bertemu dengan korban. HS kemudian berpura-pura meminta untuk mengantarkannya ke Depok.
5) Bripda HS Tusuk Korban Berkali-kali
Dalam rekonstruksi diperlihatkan juga momen ketika Bripda HS berkata kepada korban bahwa dirinya merupakan seorang anggota Densus. Hal itu dilakukan sembari Bripda HS menodongkan pisau ke arah korban.
"Adegan ke-25 A korban membalikkan badannya mengarah ke tersangka. Adegan ke-25 B kemudian tersangka menodongkan pisau kepada korban sembari mengatakan 'saya anggota'," ujar penyidik.
Dalam adegan selanjutnya, diperlihatkan Bripda HS menusukkan pisau tersebut ke arah korban. Namun Bripda HS mengaku tidak mengetahui ke arah mana tusukan tersebut dilakukan.
"Adegan ke-26 korban menanyakan maksudmu apa nodong-nodong sembari meraih wajah tersangka dan mengusap tangan. Adegan ke-27 saat itu tersangka menusukkan pisau yang tersangka bawa ke arah korban namun tersangka tidak tahu ke mana arah tusukan itu, namun yang terakhir tersangka menusukkan ke kepala," ujarnya.
Setelah melakukan pembunuhan, Bripda HS lanjut ke luar mobil dengan maksud mengambil alih mobil tersebut. Namun korban sudah menguncinya dari dalam.
"Adegan ke-28 A tersangka ke luar dari mobil dengan maksud mengambil alih kemudi. Adegan ke-28 B setelah tersangka keluar mobil, tersangka mencoba membuka pintu sopir namun ternyata pengemudi telah melakukan central lock," jelasnya.
Baca selanjutnya: KTA tertinggal....
6) KTA Tertinggal dalam Mobil Korban
Dalam adegan yang diperagakan, setelah membunuh, Bripda HS keluar dari dalam mobil dengan maksud mengambil alih mobil tersebut.
Namun korban mengunci mobilnya dari dalam. Setelah itu Bripda HS kabur, tetapi tak lama kemudian kembali karena teringat barang miliknya, termasuk KTA Densus 88 Antiteror, tertinggal di mobil.
"Tersangka kembali lagi ke mobil dan mengetuk pintu mobil dan mengatakan, 'Pak... buka Pak' tetapi korban tidak membuka pintu mobil tersebut," kata penyidik membacakan adegan rekonstruksi.
Seorang warga di Perumahan Bukit Cengkeh I melihat kejadian itu. Hal tersebut direspons korban dengan membunyikan klakson sebagai pertanda meminta pertolongan.
"Saat itu korban tersebut membunyikan klaksonnya berkali-kali dan hal itu membuat tersangka menjadi panik," ujarnya.
Setelah itu, Bripda HS pun meninggalkan TKP. Setelah dibunuh, korban belum meninggal dan sempat menjalankan kendaraannya menuju portal hingga akhirnya tergeletak di sana dengan kondisi bersimbah darah.
Bripda HS, anggota Densus 88 Antiteror tersangka pembunuhan sopir taksi online di Depok. (Wildan Noviansah/detikcom) |
7) Bripda HS Ngaku Dirampok ke Warga
Setelah melakukan pembunuhan itu, Bripda HS kembali ke Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur. Sebelum ke Kampung Rambutan, HS mencuci wajahnya dan bajunya yang bernoda darah di sebuah masjid dekat Mako Brimob Kelapa Dua.
Dengan kondisi baju basah, Bripda HS beranjak pergi menaiki angkot ke arah Terminal Kampung Rambutan. Dia ke sana untuk mengambil motornya. Di sana, dia bercerita kepada penjaga warung bahwa dia menjadi korban perampokan.
"Tersangka masuk ke warung di dalam Terminal Kampung Rambutan. Tersangka bercerita kepada ibu penjaga warung seolah-olah tersangka habis dirampok," kata penyidik membacakan rekonstruksi.
Hal itu membuat penjaga warung iba kepadanya sehingga memberikan uang kepada Bripda HS. Setelah itu, Bripda HS memutuskan pergi ke rumah pamannya di Puri Persada Cibarusah, Bekasi Timur.
Uang yang diberikan ibu penjaga warung rupanya tak digunakan Bripda HS untuk menaiki kendaraan umum. Dia lebih memilih menumpang beberapa truk dan mobil pikap hingga tiba di Bekasi.
"Ibu penjaga warung memberi tersangka satu buah kaus dan diberikan uang sebesar Rp 20 ribu yang mana uang tersebut tersangka gunakan untuk ongkos angkutan ke Bekasi Timur," ujarnya.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini