Abah Budiman, Kapolsek yang Bangun Ponpes Gratis untuk Anak Yatim di Purwakarta

Hoegeng Awards 2023

Abah Budiman, Kapolsek yang Bangun Ponpes Gratis untuk Anak Yatim di Purwakarta

Lisye Sri Rahayu - detikNews
Rabu, 15 Feb 2023 13:22 WIB
Pondok Pesantren Madinah Darul Barokah, Purwakarta milik Ipda Budiman.
Ipda Budiman (Foto: dok. Istimewa/Foto diberikan oleh narasumber)
Jakarta -

Kepedulian terhadap anak yatim dan kaum duafa ditunjukkan Ipda Budiman dengan mendirikan pondok pesantren di Kampung Dandeur, Kecamatan Bungursari, Purwakarta, Jawa Barat. Kapolsek Bojong, Purwakarta, tersebut ingin anak-anak yang kurang mampu memiliki masa depan yang cerah.

Kisah Ipda Budiman ini disampaikan oleh salah satu pengajar di Pondok Pesantren Madinah Darul Barokah, Kustiadi Nurjamil, dan mengusulkan sebagai kandidat penerima Hoegeng Awards 2023 melalui formulir digital http://dtk.id/hoegengawards2023. Ponpes Madinah Darul Barokah didirikan oleh Abah Budiman, begitu sapaan akrab Ipda Budiman.

detikcom kemudian menghubungi Kustiadi guna menggali lebih dalam mengenai perjuangan Ipda Budiman mendirikan pondok pesantren itu. Kustiadi menyebut Ipda Budiman adalah sosok polisi yang dermawan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Beliau dermawan. Kalau pagi-pagi berangkat kantor pulangnya sore kalau nggak malam, kalau sore langsung ke pesantren, ngasih pengarahan, terkadang ikut mengajar anak-anak pesantren di sini. Kebetulan saya juga pengajar di sini," kata Kustiadi kepada detikcom, Selasa (14/2/2023).

Kustiadi mengenal Ipda Budiman sejak 2015. Saat itu, Kustiadi mulai menjadi tenaga pengajar di Pondok Pesantren Madinah Darul Barokah.

ADVERTISEMENT

"Saya (jabatannya saat ini) wakil asrama putra," tutur Kustiadi.

Kustiadi menyebutkan Ipda Budiman mendirikan pondok pesantren untuk anak yatim dan kaum duafa itu menggunakan biaya pribadi pada 2012. Saat ini banyak masyarakat yang memberikan bantuan.

"Dulu (mendirikan pakai dana) pribadi, semuanya pribadi, ke sini Abah seorang sosok polisi yang dikenal semua warga di sini, jadi ikut membantu warga-warga di sini," ujar dia.

Selain mendirikan pesantren, Ipda Budiman disebut sebagai polisi yang mudah bergaul dan dekat dengan masyarakat. Kapolsek Bojong itu juga disebut membina preman agar menjadi orang yang lebih baik.

"Semua dibina, termasuk para preman juga dekat sama Abah," tutur dia.

Perjuangan Ipda Budiman Mendirikan Ponpes

Ipda Budiman menceritakan awal mula pendirian Pondok Pesantren Madinah Darul Barokah. Pada 2010, Ipda Budiman, yang saat itu menjadi anggota Buru Sergap atau Buser, dipindahtugaskan dari Polda Jabar ke Purwakarta.

"Saya dulu dinasnya di Buser di Polda Jabar, tahun 2010 saya dipindahkan ke Purwakarta, saya rumah di Bandung dulu, akhirnya saya cari kontrakan (di Purwakarta)," kata Ipda Budiman kepada detikcom, Selasa (14/2).

Bertugas sebagai anggota Buser, Ipda Budiman memiliki banyak teman, termasuk para preman, di Jawa Barat. Salah satu kenalannya kemudian meminta Ipda Budiman tidak usah mengontrak di Purwakarta.

"Ternyata ada anak buah saya nyuruh saya jangan ngontrak, 'udah, jangan ngontrak, kalau mau tinggal di hutan mau nggak?' gitu, 'ayuk' kata saya. Akhirnya kita cek ke tempat itu ada lahan 500 meter, akhirnya kita bikin saung, saung dari kayu," kata Ipda Budiman.

Di Saung Kayu yang berlokasi di Kampung Dandeur, Kecamatan Bungursari, Purwakarta, itu, Ipda Budiman mendirikan tempat pengajian pada 2010. Hal itu karena adanya desakan dari warga setempat.

"Saya bingung waktu itu karena basic saya bukan pesantren, akhirnya karena didesak-desak terus, akhirnya kita bikin tempat pengajian, saya murid, ada ustaznya," jelasnya.

Ipda Budiman bersama para santri dan santriwati di Pondok Pesantren Madinah Darul Barokah, Purwakarta, Jawa Barat.Ipda Budiman bersama para santri di Pondok Pesantren Madinah Darul Barokah, Purwakarta, Jawa Barat. (Foto: dok. Istimewa/Foto diberikan oleh narasumber)

Pada 2012, Ipda Budiman dan istrinya berniat membuat pengajian untuk anak yatim piatu dan kaum duafa. Berangkat dari situ, Ipda Budiman membulatkan tekadnya untuk membangun pondok pesantren.

"Pada saat itu bingung nanti biaya makannya dari mana, kebetulan masih ada gaji itu, uang lebih, akhirnya itulah yang dipakai uangnya," tutur dia.

Ipda Budiman menyebut pada saat pertama berdiri, ada 10 anak yatim ke pondok pesantrennya. Hingga saat ini, ada sekitar 200 anak yatim yang belajar di pondok pesantren itu.

"Sampai saat ini kurang lebih ada 200 orang dan semua free tanpa biaya untuk anak yatim dan duafa," tutur dia.

Pada 2014, Ipda Budiman kemudian mendirikan madrasah tsanawiyah. Kemudian pada 2018, Ipda Budiman mendirikan madrasah aliyah (MA). Saat ini, siswa MTs berjumlah sekitar 120 orang dan MA sekitar 80 orang.

"Setelah itu berkembang akhirnya kita mendirikan sekolah formalnya untuk anak yatim dan duafa, awalnya MTs sampai sekarang ke aliyah, sudah lulus 1 angkatan alumni," jelasnya.

Sempat Ditentang Warga

Perjuangan Ipda Budiman mendirikan pondok pesantren di Purwakarta didukung penuh oleh sang istri. Namun langkah yang tempuh Ipda Budiman tidaklah mudah, penolakan dari masyarakat pun pernah dialaminya.

"(Saat itu) usia 39 tahun, dan itu juga tidak mulus mendirikan pesantren, 2012 itu kita sempat diserang sama warga," tutur dia.

Ipda Budiman menjelaskan duduk persoalan penolakan dari masyarakat saat itu. Ipda Budiman menyebut masyarakat sempat mengira dirinya sebagai preman karena penampilannya.

"Mungkin karena saya hidup di Buser, saya harus bergaul untuk mengungkap kasus kejahatan. Kita kan harus masuk ke jaringan ini, akhirnya kita dekat dengan preman-preman Pantura, penjahat-penjahat. Tapi saya itu tidak lepas dari mereka itu," tutur dia.

"Karena waktu itu masyarakat melihat penampilan saya pada saat itu rambut saya gondrong, terus yang bawa saya ke tempat pesantren sekarang berdiri adalah preman. Jadi pada saat saya mendirikan pesantren itu, bukan saya beli, tapi preman yang ngasih tanah ke saya itu, sehingga pada saat itu saya dicurigai rampok karena berteman dengan preman itu, akhirnya masyarakat itu curiga, bahkan saya disebut aliran sesat, maka diseranglah pada 2012 itu sampai hancurlah bangunan itu," tutur dia.

Ipda Budiman tetap dengan niatnya mendirikan pondok pesantren. Hingga akhirnya, dia bisa membuktikan kepada masyarakat bahwa tuduhan itu tidaklah benar.

"Setelah diserang itu, itulah yang menguatkan saya, saya ingin membuktikan ke orang-orang yang menyerang saya itu bahwa saya itu bukan rampok dan saya bukan aliran sesat makanya saya buktikan dengan membikin pesantren ini. Setelah saya mendirikan pesantren ini akhirnya orang-orang itu malu sendiri dan bergabung," jelasnya.

Pondok Pesantren Madinah Darul Barokah, Purwakarta milik Ipda Budiman.Ipda Budiman di Pondok Pesantren Madinah Darul Barokah, Purwakarta. (Foto: dok. Istimewa/Foto diberikan oleh narasumber)

Gunakan Dana Pribadi

Ipda Budiman juga memaparkan pendanaan di Pondok Pesantren Madinah Darul Barokah ini. Sebagian besar dana dikeluarkan oleh Ipda Budiman sendiri.

"Nggak ada donatur, jadi kita punya rekan-rekan satu angkatan mereka menyisihkan hartanya dikirimkan ke kita, tapi nggak ada yang tetap per bulan ngasih berjalan saja, tapi rata-rata dari kita, makan dari kita lah, dari Polres juga ada beras. Kita juga ada usaha santri, jadi santri yang sudah keluar itu biar mereka tetap mengabdi di pesantren ini mereka akhirnya disalurkan ada yang bagian ternak," tutur dia.

Ingin Anak Telantar Miliki Akidah

Ipda Budiman juga mengungkap motivasinya mendirikan pesantren anak yatim dan duafa itu. Dia ingin anak-anak yang telantar memiliki masa depan yang cerah dan memiliki akidah.

"Tidak sedikit anak telantar jadi pengamen, ada di setopan bus udah merokok segala macam, saya juga kan ngeri untuk masa depan nantinya seperti apa sementara didikan agamanya tidak ada. Akhirnya kita rekrut mereka dari latar belakang macam-macam supaya ada akidahnya dan agamanya kuat," tuturnya.

Ipda Budiman bersama para santri dan santriwati di Pondok Pesantren Madinah Darul Barokah, Purwakarta, Jawa Barat.Ipda Budiman bersama para santriwati di Pondok Pesantren Madinah Darul Barokah, Purwakarta, Jawa Barat. (Foto: dok. Istimewa/Foto diberikan oleh narasumber)

Pada awal pendiriannya pada 2012, Pondok Pesantren Madinah Darul Barokah berdiri di atas tanah 500 meter persegi. Kini, kata Ipda Budiman, lahan pondok pesantren telah bertambah menjadi 1 hektare.

Ipda Budiman menjabarkan, dalam kawasan Ponpes itu ada 1 bangunan MTs, 1 bangunan MA. Selain itu, ada asrama atau kobong dengan 4 ruangan yang masih dalam proses pembangunan.

"Terus lahan kosong sekitar 500 meter mau bikin kobong, karena sekarang santri perempuan dan laki itu masih bersatu, artinya cuma ada sekatan tembok saja, di tempat itu ingin berpisahlah laki-laki sebelah sini perempuan sebelah sana, sekarang lagi dibangun tapi belum tuntas," tutur dia.

Pondok Pesantren Madinah Darul Barokah, Purwakarta milik Ipda Budiman.Pondok Pesantren Madinah Darul Barokah, Purwakarta milik Ipda Budiman. (Foto: dok. Istimewa/Foto diberikan oleh narasumber)

Ketemu Santri Pada Malam Minggu

Ipda Budiman mengatakan melakukan pertemuan rutin dengan para santrinya. Pertemuan itu terjadi pada Sabtu malam.

"Kalau saya mengajar ada jadwal khusus seminggu sekali, artinya cengkerama dengan anak-anak, yang khususnya malam Minggu, kita ambilnya malam Minggu. Soalnya, tiap pagi kita bangunkan anak-anak untuk ngaji," tutur dia.

Sementara untuk tenaga pengajar, sebanyak enam orang menjadi pengajar di Pondok Pesantren Madinah Darul Barokah dan 20 orang guru MTs dan MA.

Ipda Budiman bersama para santri dan santriwati di Pondok Pesantren Madinah Darul Barokah, Purwakarta, Jawa Barat.Ipda Budiman bersama para santri di Pondok Pesantren Madinah Darul Barokah, Purwakarta, Jawa Barat. (Foto: dok. Istimewa/Foto diberikan oleh narasumber)

Budiman mulai bertugas sebagai polisi pada 1998. Budiman kemudian berdinas sebagai anggota Buser dari 1998 hingga 2016.

"Saya dinas di Buser dari mulai Buser Polwil dan Buser Polda (Jabar)," katanya.

Pada 2016, Budiman berdinas di Binmas Polsek Bungursari, Purwakarta. Kemudian, Ipda Budiman menjadi Kapolsek Bojong, Purwakarta, pada Juli 2022.

(lir/hri)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads