Anggota Komisi VIII DPR RI Fraksi Gerindra Abdul Wachid sempat menyoroti soal adanya dugaan mark up (melebihkan harga) terkait biaya haji saat rapat dengar pendapat dengan Kementerian Agama. Dia sempat menyinggung perbedaan harga gela haji yang dipasang oleh Kemenag dengan yang dijual di pasaran.
Dia awalnya bicara terkait kelemahan Indonesia dalam bernegosiasi. Menurutnya, kelemahan negosiasi ini membuat Indonesia menjadi dibodoh-bodohi oleh negara Arab Saudi.
"Masyair ini perlu, bapak harus ada negosiasi, kita lemah di diplomasi pak, terus terang ini, masyair, ini jangan kita dibodohin orang Arab, saya pada waktu dulu 2022 haji saya cek, saya suruh tidur mereka itu, ya, si Sarikah saya suruh tidur, itu katanya ada perubahan, mana itu hanya kasur lebar 50 cm, panjang 170 cm, saya suruh tidur waktu itu, "Harganya 6 kali lipat dari harga yang SAR 1.500 jadi SAR 5.600," kata Abdul Wachid saat rapat bersama Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Rabu (8/10/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka (orang Arab) ini di sana ngejar-ngejar keuntungan, boleh, tapi jangan kayak gini dong, SAR 1.500 jadi SAR 5.600, tingkatkan diplomasi pak dirjen, saya kira gitu," sambungnya.
Abdul Wachid lalu menyinggung terkait adanya dugaan mar kup harga gelang haji yang mungkin terjadi. Dia pun sempat memamerkan contoh gelang haji terbuat dari logam yang dibawanya saat rapat.
"Ini saya juga tidak hanya itu, saya nyorotin pak yang kecil Pak Dirjen, ini namanya gelang haji, ini produk tempat lahir saya. Dulu ini yang buat pak, ketua yayasan saya Sultan Agung di Jepara, dikasih proyek oleh Kemenag pada waktu itu, sekarang sudah ke mana-mana," ucapnya.
Abdul Wachid lalu menjelaskan terkait harga. Dia menduga ada terjadi markup harga lantaran biaya pembuatan gelang haji yang ia tahu hanya Rp 5 ribu, tapi dihargai Rp 30 ribu.
"Harganya pak, di sini saya lihat (menunjuk kertas), pak dirjen bantah ucapan saya di sosial media, ini Rp 30 ribu sama dasirnya Rp 5 ribu pak, saya kemarin tak undang 'eh panggil itu yang buat gelang haji yang dia kerjakan dari proyek', 'kamu dapat berapa?', 'Rp 221 ribu'. Berapa pak? Rp 1,2 miliar, pak, gelang ya, dia suruh ngasih Rp 200 ribu pada pemenang tender masih, pegang Rp 1 miliar, 'eh 1 miliar kamu ini hanya untuk buat atau gimana?', 'enggak pak, saya masih diembarkasi sana sana sana sana', Rp 1 miliar pak," ujarnya.
Abdul Wachid lalu mengkalkulasikan Rp 1 miliar itu dibagi dengan jumlah jemaah 221.000 orang. Menurutnya, harga gelang haji per jemaah seharusnya Rp 5 ribu. Namun, menurutnya saat ini dianggarkan hingga Rp 7 miliar.
"Ini soal kecil, tapi saya katakan saya pengusaha, dari kecil saya hitung. Harganya di sana (Jepara) Rp 5 ribu lah, Rp 1 miliar dibagi 221 ribu, berapa itu? Ini bahannya, ada Indonesia, ini merah putih, ini semua saya tahu pak, ini saya kira bukan urusan pak dirjen dulu, yang sekarang, saya nggak tahu ini, mohon ini, saya sengaja kemarin pulang saya bawa contohnya," jelasnya.
"Ini mohon dikoreksi, ini tendernya vendornya siapa? vendornya orang Kemenag sendiri atau siapa? Kalau saya hitung Rp 35 ribu kali 221 ribu (jemaah), Rp 7 miliar pak," sambungnya.