Perjuangan Aipda Jecko Renovasi Gereja Rusak di Pelosok Sumba Timur

ADVERTISEMENT

Hoegeng Awards 2023

Perjuangan Aipda Jecko Renovasi Gereja Rusak di Pelosok Sumba Timur

Rizky Adha Mahendra - detikNews
Selasa, 07 Feb 2023 14:17 WIB
dokumentasi Aipda Jefri Constantyn
Foto: dokumentasi Aipda Jefri Constantyn
Jakarta -

Nama Pejabat Sementara (PS) Kanit Intelkam Polsek Haharu, Polres Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Aipda Jefri Constantyn Kota Dia diusulkan menjadi kandidat penerima anugerah Hoegeng Awards 2023 oleh pembaca detikcom dan masyarakat. Dia diusulkan melalui formulir digital http://dtk.id/hoegengawards2023 karena dinilai berdedikasi dengan membangun gereja di kawasan pelosok Sumba Timur.

Pengusulnya adalah Yeni Herlina, salah satu pengurus gereja di Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur. Dia menceritakan polisi yang akrab disapa Aipda Jecko (Jefri Constantyn) itu memiliki jiwa sosial yang tinggi, salah satunya dengan peduli terhadap pembangunan gereja di pedalaman Kabupaten Sumba Timur.

"Beliau adalah sosok yang mudah bergaul dengan masyarakat dan berjiwa sosial, memiliki hati yang baik, dan peduli pada pembangunan gedung-gedung ibadah di pedalaman," kata Yeni dalam usulannya melalui formulir digital yang diterima detikcom, Senin (6/2/2023).

detikcom kemudian menghubungi Yeni Herlina untuk menggali lebih dalam terkait apa yang dilakukan Aipda Jecko. Sebelum Aipda Jecko membangun gereja di tempatnya, gereja itu dinilai memiliki kondisi yang kurang layak untuk ibadah.

"Selama ini saya kebetulan melayani gereja di kampung. Lalu kami sedang membangun rumah ibadah. Tempat ibadah itu kami ibadah di tempat sekolah lama yang bangunannya terbuat dari bambu, yang atap sama dindingnya juga sudah roboh semua akibat angin dan karena bangunannya sudah sangat tua," ucapnya.

Aipda Jecko disebut mengajak teman sesama polisinya untuk menggalang dana membangun gereja yang rusak. Tidak hanya menyalurkan bantuan, lanjut Yeni, Aipda Jecko juga turun langsung memantau pembangunan gereja itu.

"Beliau juga sering datang mengunjungi kami, lalu beliau juga sekarang sedang bersama-sama dengan teman aparatnya, sedang berusaha membangun di salah satu gereja yang sangat jauh dari pusat jalan umum daerah terpencil di Desa Mbatapuhu. Beliau juga turut terlibat turun di lapangan untuk memantau proses pembangunan. Kalau ada kendala dengan kendaraan atau material, beliau juga membantu kami," ujarnya.

dokumentasi Aipda Jefri ConstantynFoto: dok. Aipda Jefri Constantyn

Yeni menyebut Aipda Jecko telah membangun gereja di Desa Mbatapuhu dan Wunga, Kecamatan Haharu. Lokasi tersebut ditempuh hingga dua jam melalui Kota Sumba Timur.

"Ada juga tempat yang sudah diakses roda empat, paling dengan motor. Kalau roda empat harus dump truck, harus orang yang berani mentalnya. Kalau di tempat yang saya layani bisa diakses dengan motor," bebernya.

Sebelum Aipda Jecko datang membangun gereja itu, menurut Yeni, masyarakat kesulitan beribadah. Saat ini, masyarakat mengaku lebih nyaman untuk beribadah di sana.

"Sekarang lebih nyaman, karena tadinya tempat ibadah saya melayani ini dindingnya kan dari bambu itu, jadi sudah jatuh semua. Atapnya juga banyak lubang. Jadi kalau hujan itu kami memang sudah tidak nyaman ibadah. Begitu juga di Desa Mbatapuhu itu, sudah sekian tahun tempat itu belum disentuh untuk dibangun tempat ibadahnya. Orang makin bersemangat lagi beribadahnya karena merasa ada yang memperhatikan. Kemudian merasa tempat ibadahnya sudah jauh lebih baik dari sebelumnya," tutur Yeni.

Warga Kesulitan Ekonomi Bangun Gereja

Pengusul Aipda Jecko lainnya bernama Juventus Lexi, salah satu pengurus gereja di Tana Rara, Kecamatan Lewa, Kabupaten Sumba Timur. Dia bercerita bahwa masyarakat merasa kesulitan membangun kembali gereja yang rusak karena tingkat ekonomi yang rendah.

Lexi menceritakan keluhannya itu kepada Aipda Jecko saat bertemu di suatu warung. Kemudian dia mengatakan Aipda Jecko bersedia membantunya dengan menggalang bantuan dari orang-orang yang dikenalnya.

"Saat itu ketika di warung, saling kenal, dan memang yang saya layani ini ada beberapa gereja yang mereka sulit membangun. Karena ekonomi dan pendapatan jemaat yang kurang karena pekerjaan hanya petani. Saat itu sharing saja dengan Pak Jefri, dan dia mau untuk menolong. Jadi keterlibatannya dia secara langsung, mungkin bekerja sama dengan beberapa kenalannya," kata Lexi.

Tak hanya membangun gereja yang rusak, Lexi mengatakan Aipda Jecko juga kerap memberi bantuan kepada masyarakat sekitar yang membutuhkan. Beberapa kali dia datang memberi sembako kepada masyarakat.

"Kebetulan Pak Jecko terlibat menolong janda dan duda, membantu memberi sembako," ucapnya.

Bermula Saat Badai Seroja Luluh Lantakkan Gereja

Dihubungi terpisah, Aipda Jecko bercerita awal mula dia tergerak membangun gereja-gereja yang rusak di kawasan Sumba Timur. Pada 2021, Badai Seroja merusak sejumlah bangunan di sana, tak terkecuali gereja.

"Jadi kita melangkah membangun gereja yang jatuh, kita cari bagaimana bisa ada dana gitu. Saya punya prinsip, kita kalau tidak berbuat baik, pasti tidak ada baik yang kita dapat," kata Aipda Jecko.

Aipda Jecko telah bertugas di wilayah Sumba Timur hampir 20 tahun sejak Desember 2000. Dia merasa tidak bisa membangun kembali gereja yang rusak seorang diri.

Sadar kemampuannya sendiri tak cukup, dia mengunggah di Facebook untuk menjaring donatur perbaikan gereja tersebut. Hal yang membuatnya tergerak melakukan itu karena dia tahu rasanya menginginkan sesuatu tetapi tidak mampu.

"Memang ini bukan uang saya, tapi bagaimana saya bisa mendatangkan barang-barang di situ. Kebetulan juga memang saya terlahir dari keluarga tidak mampu. Jadi saya bisa tahu dan rasakan keinginannya yang besar, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Gerejanya sudah tua, mereka pakai tiang kayu saja gitu," tuturnya.

dokumentasi Aipda Jefri ConstantynFoto: dok. Aipda Jefri Constantyn

Hingga saat ini, sudah ada empat gereja yang dibangunnya di Sumba Timur. Selain dari donatur, Aipda Jecko juga bekerja serabutan untuk membantu menunjang perbaikan gereja itu.

"Saya punya usaha itu tidak ada, saya tapi orang panggil kerja listrik, orang panggil bawa mobil, keterampilan itu saja," ungkapnya.

Aipda Jecko kerap datang berkunjung langsung melihat proses pembangunan gereja itu. Dia juga turut berbagai bantuan berupa sembako kepada orang yang menurutnya membutuhkan.

"Saya punya kegiatan pribadi itu berbagi. Saya beli beras, kopi, gula, saya bagi kepada orang tua yang saya anggap janda atau sudah lansia. Itu saya lakukan di Tana Rara," pungkas Aipda Jecko.

(rdh/bar)


ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT