Pemprov DKI Jakarta bersama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta menggelar rapat terbatas (ratas) mengenai kemiskinan ekstrem serta penurunan stunting atau gizi buruk. Sekretaris Utama BKKBN Tavip Agus menjelaskan, pihaknya melakukan sinkronisasi data stunting milik Pemprov DKI dan BKKBN.
"Rapat ini lebih kepada pemahaman dan sinkronisasi data karena sebetulnya DKI Jakarta dalam rangka penurunan stunting sudah punya data yang ada di dashboard Carik yang sebetulnya data itu sudah terkoneksi dengan data SIGA, sistem informasi keluarga yang ada di BKKBN," kata Tavip di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Senin (30/1/2023).
Tavip menjelaskan ke depannya bakal mengecek sampel stunting yang telah terdata di dashboard milik Pemprov DKI maupun BKKBN. Setelahnya, baru dilakukan pemantauan lebih lanjut.
"Tadi kesimpulan yang disampaikan pak Pj Gubernur dalam waktu dekat kita akan tetapkan sampel-sampel untuk memastikan data-data yang ada di Carik yang sudah terkoneksi di BKKBN itu sasaran nya tepat. kalau udah sampel itu tepat, nanti akan di profiling," jelasnya.
Tavip menjelaskan, penanganan masalah stunting akan berkaitan dengan kemiskinan ekstrem. Ketika sampel tepat sasaran, maka akan memudahkan pemerintah menangani stunting.
"Karena akan ada kaitannya penanganan kemiskinan ekstrem dengan stunting. Khususnya dikaitkan dengan bantuan-bantuan di DKI sebetulnya udah banyak," ujarnya.
"Dari data yang ada itulah nanti akan menjadi dasar Pak Gub untuk koordinasi dengan pemerintah pusat baik Depdagri baik dengan Kementerian Kesehatan, baik dengan BPS, BKKBN," imbuhnya.
Sebagaimana diketahui, sekitar 110 ribu anak di Jakarta mengalami stunting. Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menyampaikan setidaknya ada sekitar 790 ribu balita di Jakarta. Namun angka prevalensi kasus tengkes sampai saat ini masih menyentuh 14 persen atau sekitar 110 ribu balita.
"Bisa dibayangkan kalau stunting-nya 14 persen. Berarti masih ada sekitar 110 ribu balita stunting di DKI Jakarta. Wajar kalau di Pejaten masih ada 19 anak gizi buruk," kata Hasto di Jakarta, Kamis (12/1).
Sebanyak 19 anak dinyatakan menderita gizi buruk dan punya penyakit penyerta itu berada di Kelurahan Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Penemuan tersebut diketahui berdasarkan hasil identifikasi petugas kelurahan dan Puskesmas di Pejaten Barat pada September 2022.
BKKBN mengungkapkan Provinsi Bali menjadi daerah dengan kasus tengkes paling rendah di Indonesia, kemudian disusul DKI Jakarta menjadi daerah kedua dengan angka prevalensi rendah.
Lihat juga video 'ERP Tuai Penolakan, Pemprov DKI Siap Patuhi Keputusan DPRD':