Sosok Inggit Garnasih yang Diusulkan Megawati Jadi Pahlawan Nasional

ADVERTISEMENT

Sosok Inggit Garnasih yang Diusulkan Megawati Jadi Pahlawan Nasional

Rakhmad Hidayatulloh Permana - detikNews
Sabtu, 28 Jan 2023 13:02 WIB
detikTravel pernah mengunjungi rumah bersejarah Inggit Garnasih yang ada di Jalan Ibu Ingggit Ganarsih No 8, Kecamatan Astanaanyar, Minggu 2 Februari 2020 lalu bertepatan dengan acara Bulan Cinta Ibu Bangsa Inggit Garnasih ke-6.
Inggit Garnasih (Wisma Putra/detikcom)
Jakarta -

Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri berpesan kepada Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (RK) untuk memperjuangkan Inggit Garnasih sebagai pahlawan nasional. Inggit diketahui sebagai istri kedua Sukarno.

Pertemuan Sukarno dan Inggit Garnasih pertama kali terjadi saat Sukarno menempuh pendidikan di Technische Hoge School (THS), Bandung (sekarang Institut Teknologi Bandung). Inggit Garnasih dikenal sebagai ibu kos Sukarno selama di Bandung.

Tempat tinggal Sukarno dibantu oleh Haji Sanusi yang tidak lain adalah teman HOS Tjokroaminoto. Kala itu, Inggit Garnasih masih berstatus istri Haji Sanusi.

Dikutip dari buku 'Perempuan-perempuan Pengukir Sejarah' karya Mulyono Atmosiswartoputra kedekatan Sukarno dengan Inggit Garnasih bermula saat mereka berdua saling menceritakan kehidupan rumah tangga masing-masing. Sukarno saat itu diketahui telah menikah dengan gadis muda bernama Utari.

Hanya, Sukarno hanya menganggap Utari sebagai adiknya. Sedangkan Inggit Garnasih dianggap seperti sosok ibu karena selalu menyiapkan masakan, membereskan makanan, melayani, memperhatikan pakaian, hingga mendengarkan buah pikiran Sukarno.

Inggit pun demikian, ia berkeluh kesah mengenai kelakuan suami yang suka bermain judi dan biliar. Bahkan Haji Sanusi tidak pernah peduli terhadap istrinya.

Awal Mula Cinta Bersemi

Kesamaan masalah rumah tangga itu pun membuat mereka akhirnya menumbuhkan ketertarikan. Walaupun begitu, Inggit Garnasih sempat menasihati Sukarno agar memperbaiki pernikahannya dengan Utari.

Cinta mereka berdua juga diketahui oleh pasangan masing-masing. Haji Sanusi tahu apa yang terjadi, tetapi tidak ada usaha untuk merebut Inggit Garnasih karena pernikahannya telah lama rusak. Sedangkan Utari sadar pernikahannya tidak membawa kebahagiaan.

Setelah memikir matang, Sukarno akhirnya memulangkan Utari ke rumah orang tuanya, HOS Tjokroaminoto, di Surabaya pada 1922. Ia memulangkan secara baik-baik dan menceraikannya.

Sukarno pun kembali ke Bandung. Ia pun menyampaikan isi hatinya kepada Inggit Garnasih dan disambut pula perasaan itu. Keesokan harinya, Sukarno memberanikan diri untuk menyampaikan hal tersebut kepada Haji Sanusi.

Dengan bijaksana dan keikhlasan hati, Haji Sanusi menceraikan Inggit Garnasih. Namun ia membuat perjanjian dengan Sukarno, yakni jika dalam waktu 10 bulan Sukarno menelantarkan atau menyakiti Inggit Garnasih, Sukarno harus mengembalikan Inggit kepada Haji Sanusi.

Inggit Garnasih dan Sukarno pun menikah pada 24 Maret 1923. Dalam surat pernikahan tersebut tertulis usia Sukarno adalah 24 tahun saat menikah dan Inggit 23 tahun. Padahal sebenarnya Sukarno 22 tahun dan Inggit 35 tahun.

Selama pernikahan itu, Inggit Garnasih selalu membantu Sukarno penuh dengan keikhlasan. Bahkan, pada 1927, Inggit menjadikan rumahnya sebagai tempat deklarasi berdirinya organisasi politik Perserikatan Nasional Indonesia.

Selain itu, perjuangan Inggit Garnasih dalam membantu Sukarno juga terlihat dari caranya merawat, seperti meramu jamu, membuat bedak dan parem. Ia juga sering menjahit kutang, menjual rokok, menjadi agen sabun dan cangkul, bahkan menggadaikan perhiasannya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Kesetiaan Inggit

Kesetiaan Inggit Garnasih pada Sukarno juga terbukti kala ia menjual segala miliknya, termasuk rumah keluarga dari ibunya. Hal itu dilakukan kala Sukarno diasingkan ke Ende di Pulau Flores.

Namun pernikahan Sukarno dan Inggit harus ditimpa godaan kala Sukarno diasingkan ke Bengkulu. Di sana, ia mengajar sebagai guru dan bertemu dengan Fatimah (sekarang dikenal Fatmawati), yang merupakan anak Ketua Muhammadiyah setempat Hassan Din. Fatmawati adalah ibu Megawati Soekarnoputri.

Sukarno jatuh cinta pada Fatmawati dan ingin menikahinya demi memiliki anak. Selama ini diketahui, anak Inggit Garnasih dan Sukarno adalah anak angkat, namun Sukarno ingin memiliki keturunan langsung dari dirinya.

Akhirnya Sukarno memberikan solusi dengan memadu. Bahkan ia juga berjanji menjadikan Inggit sebagai first lady saat Indonesia merdeka. Namun Inggit menentang dan kukuh pada pendiriannya untuk tidak mau dimadu.

Inggit pun melepaskan Sukarno kepada Fatmawati. Ia meminta dipulangkan ke Bandung. Mereka akhirnya resmi bercerai pada 29 Januari 1943 dengan perjanjian di bawahnya berupa jaminan hidup dan tunjangan yang disaksikan oleh Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantoro, dan KH Mas Mansoer.

Inggit Garnasih meninggal dunia pada 13 April 1984 dan dimakamkan di TPU Caringin, Bandung. Untuk mengenang jasanya juga, kediaman dia dijadikan museum dan nama jalannya menjadi Inggit Garnasih.



ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT