Palembang Kering, Orang Mulai Antre Beli Air

Palembang Kering, Orang Mulai Antre Beli Air

- detikNews
Rabu, 09 Agu 2006 23:09 WIB
Palembang - Kemarau mulai mengeringkan Palembang. Akibatnya sebagian besar masyarakat Palembang saat ini mengalami krisis air. Seperti halnya membeli minyak tanah, mereka pun harus antri membeli air bersih.Sumur-sumur milik warga saat ini sebagian besar sudah kering, begitupun kolam rawa-rawa yang selama ini menjadi sumber air alternatif. Daerah yang mengalami kekeringan itu adalah daerah yang selalu mengalami banjir pada musim hujan. Misalnya kecamatan Kalidoni, Plaju, Kertapati, Gandus, Kenten, serta pemukiman penduduk seperti di perumahan Jakabaring.Untuk mengantisipasi krisis air, warga terpaksa membeli air bersih dari PDAM, baik melalui mobil-mobil tanki maupun secara eceran yakni menggunakan drum dan dirijen."Ya, satu dirijen kami membelinya seribu rupiah. Sehari kami minimal beli tiga dirijen, itu pun buat minum dan masak," kata seorang warga Sentosa Plaju, Kadir.Air bersih itu dibeli dari depot-depot air dadakan yang dibuka masyarakat yang berlangganan PDAM. "Saya tidak mau menyebut dengan siapa kami membeli. Kalau ketahuan, orang itu akan ditangkap PDAM. Kami yang jadi susah. Saat ini pun kami harus antri membelinya," katanya lagi. Memang, depot-depot dadakan milik masyarakat ini keberadaannya sangat dilarang pihak PDAM. Bila ketahuan, mereka akan ditangkap dan dicabut izin langganannya.Namun, masyarakat harus membeli dengan jumlah besar bila ingin mendapatkan air dari PDAM. "Mereka kan menjualnya per tangki. Mana ada kami uang sebesar itu. Kalau pun terbeli, mau ditampung di mana. Ke dalam sumur? Apa bukan disedot tanah," kata Kadir.Memanfaatkan sumur yang digali, airnya juga tidak sehat. Butek dan mengandung karat.Kekeringan juga melanda anak-anak sungai Musi yang selama ini dijadikan sumber alternatif masyarakat buat mandi dan mencuci. Anak sungai Musi yang mengalami kekeringan misalnya sungai Sekanak. Saat ini dasar anak sungai itu sudah terlihat.Air sungai Musi pun mulai tampak menyusut. Bahkan penyusutan air sungai Musi mencapai 3 hingga 5 meter dari bibir sungai yang di musim hujan biasanya dapat dilewati arus air.Memang, saat ini krisis air sedikit lebih baik pada musim kemarau sebelumnya. Pelanggan PDAM mulai bertambah dengan perluasan pipa PDAM yang dilakukan pemerintah Palembang."Tapi kita juga harus antri menyedot airnya. Tetap ada jadwal keluarnya. Kalau di sini, air keluar dua kali sehari, subuh dan sore. Kita tetap harus prihatin," ujar warga Kalidoni, Sukma.Satu Dirijen Air Rp 3.000Kondisi Palembang mungkin sedikit lebih baik pada musim kemarau ini. Di daerah pinggiran atau pesisir di Sumatra Selatan, seperti di Desa Perajenjaya, Sungsang, Kecamatan Banyuasin II, Kabupaten Banyuasin, Sumatra Selatan, satu dirjen air bersih seharga Rp 3.000."Ini bukan air PAM. Ini air sungai Musi," ujar warga desa Perajenjaya, Abbas. Air sungai Musi itu setiap hari dibeli warga minimal 3 dirijen."Air bersih di sini lebih mahal dari emas," keluh Abbas yang juga menjabat ketua kelompok tani Kurnia Abadi.Ironisnya, penghasilan warga dusun yang sebagian besar dari perkebunan kelapa dan padi tidak lebih dari Rp 10 ribu per hari. "Warga kami saat ini mencari uang hanya untuk membiayai air bersih dan minyak tanah," tandasnya.Abbas mengatakan setiap hari warga harus mengeluarkan biaya Rp 5000 untuk membeli seliter minyak tanah. "Bahkan minyak tanah di sini pernah mencapai Rp 7.000 per liter," imbuh dia.Untuk itu, dia berharap pemerintah membuat sentral pengolahan air bersih. "Minimal pemerintah saat ini menyuplai air bersih, kalau tidak warga kami akan mengalami krisis kelaparan seperti awal tahun 1990-an dulu," tuturnya. (wiq/)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads