Mendekati Imlek, pertunjukan barongsai umum ditemui. Tarian singa ini biasanya terdiri dari berbagai gerakan seperti berguling, bermain, makan, dan lain-lain. Sang singa terlihat seakan hidup dengan kontrol gerakan oleh pemain kepala dan ekor. Tarian ini juga umumnya diiringi oleh musik besar berupa tambur, gong, dan gembrengan.
Menariknya, pertunjukan barongsai mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
Ronald Sjarif, pendiri grup barongsai Kong Ha Hong Indonesia mengenang kembali pertunjukan barongsai kala ia masih muda. Mantan pemain barongsai itu mengaku bahwa dulu barongsai belum masuk cabang olahraga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Biasanya waktu Imlek, biasanya ada main barongsai. Waktu itu kita main di lantai, itu belum ada perubahan masih main di lantai aja. Belakangan ada perubahan mereka mulai main di atas tonggak besi, loncat-loncat di atas besi," kenang Ronald di program Sosok detikcom.
Pada barongsai lantai, beberapa atraksi yang dilakukan adalah singa berdiri dan singa berguling. Sedangkan pada barongsai tonggak, atraksi-atraksi tersebut dilakukan di atas tonggak setinggi 80 cm sampai 3 meter. Permainan barongsai model tonggak inilah yang biasanya dipertandingkan pada kompetisi internasional.
Barongsai kini tidak sesederhana dahulu, halaman selanjutnya.
Selain itu, metode latihan barongsai juga berbeda dari masa ke masa. Menurut Ronald, kuda-kuda menjadi komponen latihan terpenting di masa awal ia belajar barongsai.
"Dulu beratnya, datang pasang kuda-kuda basic, itu disuruh latihan itu berbulan bulan gak diajarin apa-apa. Datang pasang basic. Supaya nggak bosan, dikasih air, sentilin airnya sampai habis," kata Ronald.
Metode latihan ini sempat digunakan di awal berdirinya Kong Ha Hong. Salah satunya dialami Anton Chandra, pelatih dan pemain ekor Kong Ha Hong yang sudah bergabung sejak tahun 2000.
"Begitu pertama kali pengalaman saya masuk ini di sini, begitu masuk kita langsung latihan kuda-kuda. Kuda-kuda itu kalau kita ukur masih tradisi banget, kayak satu dupa dibakar sampai habis baru boleh berdiri, nah bayangkan seperti apa," kenang Anton.
Namun, Anton menyadari bahwa metode tersebut perlu diubah. Meski kuda-kuda tetap menjadi pondasi penting barongsai, tapi perlu perubahan metode latihan agar anak-anak tetap antusias.
"Anak-anak sekarang yang baru-baru dimasukin metode lama pada kabur sepertinya. Jadi kita balik polanya, kita ajarin mereka musik dulu pertama. Jadi sekarang itu metodenya semua barongsai dikontrol di musik," terang Anton.
Menurut penuturan Anton, barongsai masa kini berpedoman pada musik. Musik pada barongsai memberi petunjuk pada pemain tentang gerakan apa yang harus dilakukan.
"Zaman 10 tahun 15 tahun mereka ditarik-tarik barongsainya gitu kan, kalau kita lihat lebih modern dikit, dia pakai priwitan (peluit), yang kita liat 'Prit... prit...' Kalau sekarang semua di musik, kuncinya di sana. Misalnya barongsai harus memberi hormat semua dari sana semua barongsai harus jalan lari atau apa gitu," kata Anton.
Perubahan-perubahan ini membuat permainan barongsai menjadi lebih kompleks. Selain perubahan komponen dan metode latihan, risiko bagi pemain barongsai juga bertambah.
Pemain barongsai masa kini, terutama barongsai tonggak, berisiko tinggi mengalami cedera serius. Oleh karena itu, Ronald memastikan untuk selalu bertanggung jawab pada keselamatan pemain Kong Ha Hong.
"Makanya setiap latihan saya selalu hadir, ada apa saya langsung bawa, saya tanggung jawab masuk ke (rumah sakit) Husada, Husada yang paling dekat kan," jelas Ronald.