Wilmar Group bersama Organisasi Buruh Internasional (ILO) mengadakan program 'Training of Trainer'. Program ini dalam rangka meningkatkan pemahaman serta kapasitas para kader untuk mensosialisasikan perlindungan perempuan dan anak di seluruh wilayah operasi Wilmar.
Kegiatan ini diharapkan dapat menepis persepsi hak perempuan yang sering ditelantarkan oleh industri agribisnis, mengingat sektor ini banyak didominasi pekerja laki-laki. Padahal faktanya, saat ini semakin banyak perusahaan yang mendukung serta mendorong pemberdayaan perempuan serta perlindungan hak bagi perempuan dan anak.
Maryatun adalah salah satu kader yang berperan dalam upaya sosialisasi gerakan perempuan dan anak di perkebunan. Ia sendiri sehari-hari bekerja sebagai mandor semprot di Kebun Kelapa Sawit Bambu Kuning, PT Tania Selatan, Wilmar Group.
Diketahui sejak 2019 perempuan 46 tahun itu telah menjadi ketua Women Working Group (WOW) Kebun Bambu Kuning. Jauh sebelumnya, dia telah aktif dalam Komite Gender yang kemudian berganti nama menjadi WOW.
Sebagai ketua, sudah menjadi tugasnya untuk mensosialisasikan pengenalan berbagai bentuk pelecehan, prosedur pengaduan, berkaitan dengan reproduksi, dan pembekalan pengetahuan-pengetahuan terkait perempuan dan keluarga. Di samping mengajak anggota lainnya untuk bersama-sama menyusun program kerja sebagai aksi perlindungan perempuan dan anak. Lebih lanjut Maryatun pun menjelaskan motivasinya terlibat dalam aktivitas WOW.
"Harus ada yang mau karena persoalan perempuan adalah masalah kita bersama," kata Maryatun dalam keterangan tertulis, Kamis (19/1/2023).
Hal tersebut ia sampaikan saat ditemui di Kebun Bambu Kuning-PT Tania Selatan, Desa Ciptasari, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Sumatera Selatan.
Untuk menjadi ketua, dikatakan Maryatun dirinya terlebih dahulu mengikuti pelatihan dari perusahaan dan dinas pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak setempat. Ibu dua anak itu mengaku tugasnya sebagai ketua tidak mengganggu produktivitasnya sebagai mandor semprot, karena sosialisasi dilakukan sepulang kerja yakni pukul 15.00 WIB. Sedangkan sosialisasi untuk karyawan dilakukan melalui aplikasi WhatsApp atau apel pagi.
Dia menyebut adanya pandemi COVID-19 bukan penghalang dalam menjalankan tugas. Sebab ia menyiasatinya dengan mendatangi satu per satu karyawan, mengingat adanya larangan untuk berkerumun.
Sejauh ini, kata dia, tugasnya hanya sosialisasi, bila ada pengaduan akan ada yang menangani sendiri. Program tersebut pun disambut positif oleh karyawati maupun ibu rumah tangga di unit perkebunan.
"Mencegah lebih baik dari mengobati," ujar perempuan kelahiran Belitang, OKI itu.
Selain sosialisasi, kegiatan WOW lainnya adalah membangun kemandirian ekonomi dengan mendirikan usaha mikro kecil menengah (UMKM) keripik pare dan ubi yang dijalankan ibu rumah tangga di sekitar unit kebun.
Diketahui sejauh ini Wilmar telah merealisasikan sejumlah kebijakan dalam mendukung program perlindungan perempuan. Di antaranya seluruh karyawati yang tengah menyusui diperbolehkan istirahat lebih awal untuk menyusui mulai pukul 11.00 WIB dan kembali beraktivitas pukul 13.00 WIB. Selain itu, perusahaan juga menyediakan toilet portable di lapangan.
Kesempatan untuk Mengembangkan Karier
Maryatun menjelaskan dirinya memulai karier di PT Tania Selatan sejak 1995 dan karena pengalamannya pada 2022 dia diberikan tugas baru sebagai mandor semprot di areal kebun kelapa sawit. Menurutnya, pekerjaan tersebut sangat cocok untuknya karena sesuai dengan kebolehannya dan dapat menjaga sesama perempuan. "Saya bersyukur disini tidak ada pembatasan gender," tuturnya.
Ia menyebut hampir seluruh karyawan semprot PT Tania Selatan adalah perempuan. Adapun khusus untuk pekerjaan yang berhubungan dengan bahan kimia, maka jam kerja yang berlaku hingga pukul 12.00 WIB untuk membatasi potensi kontaminasi. Usai bekerja, mereka diwajibkan membersihkan diri dan alat kerjanya di tempat yang telah disediakan sebelum kembali ke rumah.
"Pekerjaan menyemprot tidak dilakukan setiap hari karena disesuaikan dengan kondisi cuaca. Dari 25 hari kerja, penyemprotan dilakukan 15-20 hari di antaranya. Karyawan juga disediakan makanan bernutrisi," terangnya.
Diakui Maryatun, bekerja tidak hanya membantunya mengembangkan diri. Namun di sisi lain, ia punya kesempatan untuk ikut berkontribusi terhadap perekonomian keluarga. Dia mengatakan, sang suami bekerja bekerja di Kebun Bambu Kuning sebagai sopir. Di situlah mereka dulu bertemu.
Saat ini mereka mampu menyekolahkan dua anaknya dan membangun sebuah rumah. Ke depan, Maryatun berharap bisa membeli kebun karet dan beribadah ke Tanah Suci.
Hal yang sama dikatakan oleh Nia Narasati. Nia adalah rekan Maryatun yang juga aktif terlibat sosialisasi perlindungan perempuan dan anak di Kebun Bambu Kuning.
Dijelaskan Nia, dirinya mengawali karier di perusahaan pada 2014 sebagai office girl dan baru pada 2017 dipercaya sebagai admin document control. Awalnya, ibu dua anak tersebut merasa kesulitan dengan tugas barunya. Apalagi, saat dia baru bergabung dilaksanakan audit di divisinya.
Dengan semangat kerja keras dan belajar, akhirnya Nia mampu menjalankan pekerjaannya dengan baik. "Sebagai perempuan saya senang dapat membantu ekonomi keluarga dan bisa mandiri," tuturnya.
Di sisi lain, Manager Kebun Bambu Kuning Jhon Lee Carlo mengatakan perusahaan membuka peluang bagi siapa saja yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri. Perusahaan juga tidak menggunakan gender sebagai dasar mengambil keputusan.
"Kami memberi kesempatan kepada seluruh karyawan yang memiliki skill untuk mengembangkan diri," ujarnya.
(fhs/ega)