Gibran Rakabuming Raka buka-bukaan mengenai hasil survei elektabilitasnya sebelum mencalonkan diri sebagai Wali Kota Surakarta. Gibran mengaku meski populer, tingkat ketidaksukaan terhadapnya sangatlah tinggi.
"Ini ada satu yang menarik ya. Ini banyak orang belum tahu sih misalnya, sebelum saya mencalonkan wali kota, kan kita nggak asal-asalan daftar. Kita kan lihat data-data di Kota Solo ya, kita kan ada survei. Popularitas di atas 90 tapi ketidaksukaan pada saya itu tinggi sekali, tinggi banget, tinggi banget. Jadi orang yang seperti itu di Indonesia itu cuma ada saya dan (nama disensor). Populer tapi tidak disukai," kata Gibran dalam 'Ngobrol Sore Semaunya' (NSS) bersama Putri Tanjung yang disiarkan dalam akun YouTube CXO Media, Jumat (30/12/2022).
Menurut Wali Kota Surakarta itu, mengubah ketidaksukaan warga terhadapnya sangatlah sulit. Apalagi jika hal yang tidak disukai warga itu berkaitan dengan sifat. Karena itu, Gibran pun saat itu memutuskan untuk tetap menjadi dirinya sendiri.
"Dan itu sangat susah membalikkan itu sangat susah. Jadi ketidaksukaannya di-breakdown semua, sombong, angkuh, cuek, kalau diwawancara cuma satu kata, dua kata. Dan saya sudah bilang tim saya, saya nggak akan mengubah ini loh. Orang nggak suka ya biar nggak suka, kita nggak mungkin bisa mengubah ini. Ini angka-angka yang nggak akan pernah bohong," tuturnya.
"Sifat orang kan ya seperti itu. Terus ngapain saya harus berubah hanya karena saya pengin mencalonkan diri. Kalau saya sih tetap bodo amat, nggak suka ya nggak usah milih. Sesederhana itu. Jadi saya nggak akan bilang, oh saya orangnya baik loh, nggak," imbuh Gibran.
Ternyata keputusannya itu berbuah manis. Gibran mengatakan mengantongi lebih dari 80 persen suara saat Pemilihan Wali Kota Surakarta.
"Waktu berjalan dan akhirnya saya menang 86,5 persen dan itu datanya beneran itu tidak sukanya tinggi sekali," ungkap Gibran.
(mae/imk)