Makna Batik Parang Lereng yang Dilarang di Pernikahan Kaesang dan Erina

ADVERTISEMENT

Makna Batik Parang Lereng yang Dilarang di Pernikahan Kaesang dan Erina

Widhia Arum Wibawana - detikNews
Minggu, 11 Des 2022 14:31 WIB
Contoh Motif Batik Parang
Foto: dok. Shutterstock
Jakarta -

Batik parang lereng merupakan motif batik yang dilarang dikenakan para tamu undangan saat acara pernikahan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono di Puro Mangkunegaran Solo. Hal ini merupakan aturan langsung dari Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara X, dan memang sudah lama diatur dalam adat Mangkunegaran.

"Untuk masuk Puro Mangkunegaran nggak boleh pakai batik motif parang atau lereng," kata Wali Kota Surakarta, Gibran Rakabuming Raka, ditemui di Balai kota Solo, dilansir detikJateng, Senin (5/12/2022).

Seperti apa motif batik parang lereng? Mengapa batik parang lereng dilarang di Puro Mangkunegaran? Simak serba-serbinya berikut ini.

Apa itu Batik Parang Lereng? Ciri Khas dan Maknanya

Batik parang lereng adalah salah satu motif batik khas yang berasal dari Jawa, khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta dan Solo. Melansir situs Kemdikbud, parang artinya lereng. Itulah mengapa motif batik ini disebut batik parang atau lereng.

Ciri khas motif batik parang atau lereng memiliki bentuk diagonal yang tegas dengan susunan motif menyerupai huruf S yang saling bersambung atau seperti ombak laut yang saling berkaitan tidak terputus.

Merujuk jurnal "Makna Motif Batik Parang Sebagai Ide dalam Perancangan Interior" oleh Sella Kristie dkk, berikut ini makna motif bating parang lereng:

  • Motif batik parang yang saling berkesinambungan menggambarkan:
    - Jalinan hidup yang tidak pernah putus
    - Selalu konsisten dalam upaya untuk memperbaiki diri
    - Memperjuangkan kesejahteraan dalam hubungan antara manusia dengan alam, manusia dengan manusia dan manusia dengan Tuhannya
  • Garis diagonal dalam motif batik parang menggambarkan bahwa manusia harus memiliki cita-cita yang luhur, kokoh dalam pendirian, serta setia pada nilai kebenaran.
Motif Batik Parang LerengMotif Batik Parang Lereng | Foto: Stocklib/Ayolhoiso

Sejarah Perkembangan Batik Parang Lereng Khas Jawa

Batik parang lereng adalah motif batik yang telah eksis sejak lama dan disebut termasuk paling tua di Indonesia. Batik parang awalnya hanya satu dan dibuat oleh pendiri keraton Mataram Kartasura. Kemudian, kerajaan Mataram pecah menjadi Kasultanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.

Batik parang terkenal di wilayah Jawa Tengah, terkhusus di Yogyakarta dan Solo. Batik parang Yogyakarta umumnya tampak mirip dengan batik parang yang terdapat di Solo karena Yogyakarta dan Solo berasal dari satu kerajaan yang sama.

Meski memiliki jenis batik yang sama, namun terdapat perbedaan pada batik parang khas Yogyakarta dan batik parang khas Solo. Perbedaan keduanya terletak pada bentuknya, yang mana batik parang Yogyakarta memiliki bentuk diagonal dari kanan atas ke kiri bawah, sedangkan batik parang Solo merupakan kebalikannya, yakni bentuk diagonal dari kiri atas ke kanan bawah.

Alasan Batik Parang Lereng Dilarang di Pura Mangkunegaran

Melansir situs resmi Puro Mangkunegaran, disebutkan bahwa di lingkungan Puro Mangkunegaran pada masa tertentu terdapat motif batik larangan. Batik larangan adalah suatu motif batik tertentu yang tidak boleh dipakai oleh kebanyakan orang, terutama di lingkungan kerajaan.

Seperti di Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, dan Puro Pakualaman Yogyakarta, motif batik parang atau lereng adalah motif batik terlarang di Puro Mangkunegaran. Motif batik tersebut hanya boleh dipakai oleh keluarga kerajaan. Hal itu tidak lepas dari sejarah berdirinya Dinasti Mataram.

Meski demikian, seiring dengan perkembangan zaman, batik parang mulai digunakan oleh masyarakat luas untuk berbagai kepentingan. Batik parang juga sering digunakan sebagai bahan pakaian untuk undangan ataupun acara resmi lainnya.

Simak juga 'Senangnya Penarik Becak Jadi Pengantar Tamu Acara Kaesang-Erina':

[Gambas:Video 20detik]



(wia/idn)


ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT