Polda Metro Jaya telah menyampaikan hasil penyelidikan akhir kasus kematian satu keluarga di Kalideres, Jakarta Barat. Salah satu korban, Dian (42), diketahui sempat membeli makanan tiga bulan sebelum ditemukan meninggal dunia.
"Kita temukan CCTV juga yang bersangkutan salah satu dari anggota keluarga ini sempat belanja dan sebagainya, seperti makanan dan sebagainya," kata Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (9/12/2022).
Aktivitas itu terekam CCTV yang turut menjadi salah satu bukti penyidik. Hengki menyebut aktivitas itu terjadi pada Agustus 2022.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Hengki, dari penelusuran rekaman CCTV itu, kegiatan pembelian makanan dilakukan oleh Dian Febbyansyah, anak keluarga tersebut.
"Ada di suatu tempat dan struk pembelian makanan. Kita temukan bedak," jelas Hengki.
Tak Ada Pidana
Sebelumnya, Hengki Haryadi menyampaikan, dari penyelidikan polisi dan tim ahli forensik, dipastikan tak ada pidana dalam kematian keluarga Kalideres ini.
"Kesimpulan akhir penyidikan kami, baik dari Labfor maupun melibatkan berbagai ahli, tidak ditemukan adanya peristiwa pidana yang menyebabkan kematian empat orang di TKP tersebut," kata Hengki Haryadi.
Hengki Haryadi menambahkan tidak ditemukan motif keluarga Kalideres tewas karena pembunuhan, perampokan, atau tindak pidana lainnya.
"Hasil penyelidikan kami tidak ada peristiwa pidana, maka kasus ini akan kami hentikan penyelidikannya," ujar Hengki Haryadi.
Baca di halaman selanjutnya tentang penyebab kematian sekeluarga Kalideres....
Simak Video: Polisi Pastikan Tak Ada Orang Masuk ke Rumah Keluarga Tewas di Kalideres
Kematian Secara Wajar
Sementara itu, berdasarkan penyelidikan tim psikologi forensik, empat orang keluarga Kalideres dinyatakan meninggal secara wajar.
"Berdasarkan pemeriksaan area psikologis tersebut, ditemukan adanya petunjuk rating lethality atau cara kematian Budiyanto, Rudyanto, Renny, dan Dian, yang mengarah pada yang sama, yaitu kematian yang wajar," ujar Ketua Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor), Reni Kusumowardani.
Reni menjelaskan pihaknya melakukan autopsi psikologi terhadap keempat jenazah tersebut. Autopsi psikologi dilakukan dalam rangka melihat penyebab atau rating lethality keempat jenazah tersebut.
"Perbedaannya dengan dokter forensik, kami melaksanakan proses autopsi psikologi itu lebih pada melihat latar belakang di samping rating lethality-nya atau kemungkinan terbesar penyebab kematiannya. Kami juga melihat latar belakang kematian dalam aspek perilaku atau psikologinya," jelas Reni.
Dalam hal ini, psikolog forensik menarik mundur kehidupan dari empat orang yang meninggal tersebut. "Dari situ kami pelajari apa sebetulnya yang mereka pikirkan, apa yang mereka rasakan, dan apa yang mereka lakukan serta bagaimana kecenderungan perilaku dan tipologi kepribadiannya untuk dapat menarik kesimpulan rating lethality atau penyebab kematian keempat orang tersebut," jelasnya.