Analisis Krimonolog soal Ritual Misterius di Kasus Keluarga Kalideres

Analisis Krimonolog soal Ritual Misterius di Kasus Keluarga Kalideres

Yogi Ernes - detikNews
Rabu, 30 Nov 2022 18:52 WIB
Adrianus Meliala
Adrianus Meliala (Ari Saputra/detikcom)
Jakarta -

Penyelidikan kasus kematian satu keluarga di Kalideres, Jakarta Barat, telah memasuki pekan ketiga. Kriminolog Universitas Indonesia (UI), Adrianus Meliala, mengungkapkan analisisnya soal kematian sekeluarga tersebut.

Ada empat orang yang meninggal dalam kasus kematian keluarga Kalideres. Dua orang merupakan pasangan suami istri bernama Rudyanto Gunawan (71) dan Renny Margaretha (68), serta anak dan paman bernama Dian (42) dan Budyanto Gunawan (42).

Adeianus mengatakan hasil analisisnya hanya dua korban dalam keluarga tersebut yang dikategorikan dalam kematian yang wajar. Yakni bapak dan ibu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Memang kelihatannya ada dua orang yang boleh disebut meninggal natural. Kematian natural (natural death) ini bukan berarti kematian yang diminta, tapi kematian yang memang karena sakit dan usia yang kemudian sebabkan mereka mati. Dalam hal ini, terjadi pada pasangan suami istri, ya, Rudiyanto dan Margareth," kata Adrianus dalam konferensi pers secara virtual, Rabu (30/11/2022).

Dua korban lainnya, bernama Dian dan Budyanto, meninggal dengan kategori desperate death. Adrianus menilai keduanya masih memiliki upaya untuk bertahan hidup.

ADVERTISEMENT

"Lalu pada Dian dan Rudiyanto saya mendapat kesan dalam hal ini saya sebut sebagai desperate death atau kematian yang sengsara. Kenapa? Karena pada dua orang ini saya dapat kesan mereka masih mau bertahan hidup. Mereka yang saya duga melakukan penjualan barang, terutama barang-barang yang bungkusnya masih ditemukan kepolisian dan diletakkan di luar," katanya.

Analisis soal Ritual Paman

Adrianus lalu berbicara soal temuan terbaru polisi terkait aktivitas ritual yang dilakukan Budyanto Gunawan. Dia menduga kegiatan ritus itu dilakukan sebagai bentuk kepercayaan korban dalam meminta permohonan untuk keluar dari permasalahan hidup.

"Dalam hal ini, kepercayaan ada penggunaan ritus adalah salah satu cara mereka bertahan hidup, percaya akan ada kekuatan yang akan menyelamatkan mereka. Ada keyakinan yang bisa membawa mereka keluar dari kesulitan ekonomi. Tapi ternyata tidak," katanya.

Adrianus sempat menyinggung soal teori apokaliptik dalam kasus tersebut. Para korban dianggap secara sadar dan sukarela menyambut kematian mereka.

Namun, dalam analisis terbarunya, Adrianus mengatakan ritual yang dilakukan korban merupakan bentuk berserah diri mereka seraya meminta pertolongan.

"Jadi kalau di awal tadinya saya percaya ritual-ritual yang bersifat mistik itu sebagai teori apokaliptik, mereka melakukan ritual dalam rangka bersiap untuk mati karena mereka yakin bahwa mereka akan dapat dunia akhir zaman yang indah itu," katanya.

"Tapi kemudian saya membuka kemungkinan bahwa mereka melakukan ritual-ritual itu untuk bertahan hidup. Jadi mirip sama fungsinya dengan kalau orang berdoa. Bedanya kalau agama-agama samawi berdoa kepada Tuhan masing-masing. Nah mereka-mereka yang punya kepercayaan beda ini berdoa dengan cara yang beda dan kepada pihak yang beda tapi fungsinya untuk membantu mereka keluar dari masalah," tambah Adrianus.

Baca selengkapnya di halaman selanjutnya....

Simak Video 'Saksi Mata: Misteri Kematian Satu Keluarga di Kalideres':

[Gambas:Video 20detik]



Temuan Ritual Keluarga Kalideres

Sejumlah temuan baru diungkap penyidik dalam proses penyelidikan kematian satu keluarga tewas di Kalideres. Terbaru, polisi mengungkap aktivitas ritual yang diduga dilakukan para korban.

"Ada kecenderungan salah satu keluarga yang dominan yang mengarah kepada almarhum Budiyanto bahwa yang bersangkutan memiliki sikap positif terhadap aktivitas ritual tertentu," kata Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi dalam keterangannya, Selasa (29/11/2022).

Budiyanto merupakan salah satu korban. Dia berstatus sebagai paman dalam keluarga tersebut.

Aktivitas Budiyanto itu diduga diikuti oleh tiga anggota keluarga lainnya yang turut menjadi korban. Para korban itu percaya, lewat ritual yang dijalankan, hidup mereka akan menjadi lebih baik.

"Hal ini mengakibatkan adanya suatu believe dalam keluarga tersebut bahwa upaya untuk membuat kondisi lebih baik atau mengatasi masalah yang terjadi dalam keluarga dilakukan melalui ritual tertentu," jelas Hengki Haryadi.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads