Cerita Luhut soal Perburuan Awan demi Cuaca Cerah Saat KTT G20 Bali

Cerita Luhut soal Perburuan Awan demi Cuaca Cerah Saat KTT G20 Bali

Farih Maulana Sidik - detikNews
Kamis, 24 Nov 2022 21:44 WIB
Menko Luhut Binsar Pandjaitan
Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan (Biro Pers Sekretariat Presiden)
Jakarta -

Menko Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Pandjaitan bercerita tentang teknik modifikasi cuaca (TMC) saat acara KTT G20 Bali. Luhut menyebut TMC yang merupakan sains dan teknologi yang dipadukan dengan harapan serta doa berbagai pihak berhasil membuktikan kesuksesan kegiatan internasional tersebut.

"Meski ada beberapa tantangan dan rintangan pada saat pelaksanaan di hari H, tetapi banyak doa yang tercurah dari seluruh elemen bangsa Indonesia untuk kesuksesan acara besar KTT G20 2022 di Bali. Apresiasi luar biasa dan terima kasih saya sampaikan kepada seluruh pihak yang telah bekerja keras melakukan tugas besar untuk mewujudkan hasil yang membawa harum nama bangsa," tulis Luhut di akun Instagramnya, seperti dilihat, Kamis (24/11/2022).

Luhut bercerita, ketika mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) meninjau lokasi gala dinner para kepala negara dan tamu undangan KTT G20 di Pelataran Garuda Wisnu Kencana (GWK) Cultural Park, Bali. Sore itu, kata Luhut, hujan lebat mendadak turun mengguyur tempat acara dan wajah Jokowi pun langsung termenung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tampaknya apa yang beliau (Jokowi) pikirkan saat itu sama dengan yang saya pikirkan, kami ingin acaranya nanti berlangsung meriah dan semarak. Namun bagaimana jika hujan deras seperti ini malah turun di area GWK Cultural Park tanggal 15 November malam ketika acara berlangsung?" ucap Luhut.

Setelah mendampingi kunjungan Jokowi itu, Luhut bergegas mengadakan pertemuan dengan tim khusus yang terdiri atas BMKG, BRIN, TNI AU, Kementerian PUPR, dan pakar TMC, yakni Dr Tri Handoko Seto. Tim khusus itu, kata Luhut, bertugas untuk memastikan hujan tidak turun di GWK Cultural Parak pada malam tanggal 15 November.

ADVERTISEMENT

"Selain tugas tersebut, ada pula tugas lain yang tak kalah penting yakni mengkondisikan cuaca agar tidak turun hujan ketika para kepala negara anggota G20 berjalan ke arah Bamboo Dome, yang terletak di outdoor area The Apurva Kempinski," ujarnya.

Cuaca cerah saat Gala Dinner KTT G20 pun berbuah manis karena kerja keras tim TMC yang dipimpin Dr Seto. Luhut pun bertemu dengan Dr Seto dan tim TMC untuk menyampaikan rasa terima kasihnya dan ingin mendengar cerita perjalanan melakukan perburuan awan di langit Bali.

"Saya hari ini bertemu menyampaikan rasa terima kasih dan mendengar cerita perjalanan beliau melakukan perburuan awan di langit Bali. Beliau menyampaikan, ketika itu sebenarnya hujan sempat turun di wilayah Bali lainnya pada siang hari. Sejak awal, tim ini memang didesain untuk membuat skenario atau rekayasa cuaca. Ini dilakukan agar tiap agenda KTT G20, khususnya yang berada di outdoor tidak terkendala oleh hujan," kata Luhut.

Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

Saksikan Video 'Melihat Lagi Sederet Momen Viral di Acara KTT G20 Bali':

[Gambas:Video 20detik]

Luhut merasa penasaran dengan semua manfaat yang dihasilkan dari TMC saat KTT G20 Bali. Ia pun bertanya kepada Dr Seto soal TMC apa bisa dimanfaatkan secara berkesinambungan. Lalu dijawab Dr Seto 'bisa' dengan syarat harus all out, baik dari sisi anggaran maupun regulasi dan lain-lain.

"Kemudian saya berpikir, kalau melihat mata anggaran di beberapa event pemerintah, memang TMC mendapat porsi anggaran yang paling kecil, padahal ini sangat penting. Seperti contohnya pada saat pelaksanaan Gala Dinner KTT G20 tersebut, ada 4 pesawat dari TNI AU yang ditugaskan dengan berbekal suplai data dari BMKG terkait titik mana saja yang berpotensi hujan," ucapnya.

"Butuh kecermatan serta perhitungan yang matang untuk mengetahui ketebalan awan dan berapa jumlah garam yang harus ditabur. Ini diperlukan agar hujan yang terjadi tidak menyebar. Dan perlu diketahui, ada 11 penerbangan yang membawa 29 ton garam untuk melakukan Teknik Modifikasi Cuaca pada saat itu. Bisa dibayangkan betapa besar anggaran yang harus dikeluarkan untuk melaksanakan operasi ini," tambahnya.

Lebih lanjut, Luhut menyampaikan bahwa dia tak sia-sia bertemu dengan Dr Seto. Sebab, ia belajar banyak tentang cabang sains dan teknologi baru, yakni TMC, yang dulu bahkan belum pernah didengar dan dipelajarinya.

Menurut Luhut, TMC sangat saintifik dan bisa dimanfaatkan untuk banyak hal seperti menanggulangi kebakaran hutan dan lahan, menurunkan hujan buatan untuk mengairi waduk sebelum musim kemarau tiba, mengantisipasi kekeringan hingga untuk irigasi pertanian. Luhut pun berharap ke depan Indonesia perlu memiliki lembaga khusus untuk menaungi Teknologi Modifikasi Cuaca.

"Karena saya dengan dari pemaparan beliau, negara lain seperti Thailand punya lembaga khusus TMC dengan pertanggungjawaban kepada raja. Dan pembuktian manfaat dari Teknik Modifikasi Cuaca juga terwujud pada Gala Dinner KTT G20 di Bali, 15 November 2022 lalu, di mana acara berjalan sukses tanpa setetes pun air hujan jatuh di lokasi penyelenggaraan," ujarnya.

"Sebagai manusia, tugas kita hanya bekerja, hasilnya bukanlah kuasa kita. Semoga ke depan bangsa Indonesia bisa semakin menguasai teknologi ini," imbuhnya.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads