Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan atau Basarnas Marsekal Madya Henri Alfiandi menyebut banyak anak sekolah yang menjadi korban meninggal dunia akibat gempa di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Penyebabnya, gempa mengguncang saat anak-anak sedang belajar di sekolah.
"Kejadian ini siang hari ya, kalau saya lihat ini masih banyak anak sekolah gitu ya," kata Henri dalam konferensi pers di kantor Basarnas, Jakarta, Selasa (22/11/2022).
Henri mengatakan dirinya mendapat laporan bahwa anak-anak tengah di dalam gedung sekolah saat gempa terjadi. Akibatnya, bangunan sekolah yang roboh menimpa anak-anak di sekolah.
"Saya juga mendapatkan laporan, mereka ada di dalam gedung dan luka-luka kebanyakan juga yang meninggal karena akibat tertimpanya bahan bangunan. Mereka ada di ruangan semua ya," ucapnya.
Namun, Henri mengambil hikmah dari kejadian gempa yang terjadi siang hari kemarin. Menurutnya, jika gempa tersebut terjadi malam hari, kemungkinan akan berdampak lebih parah karena warga sedang tidur.
"Mungkin ya mungkin kejadian sial ini juga memberikan sedikit arti keberuntungan. Ya apabila malam mungkin lebih parah lagi karena mereka ada di dalam rumah semuanya ya kan. Kalau ini kebanyakan ada anak-anaknya menjadi korban yang ada di sekolah-sekolah itu yang pada jam 1 masih dalam pendidikan," ujarnya.
Untuk diketahui, gempa terjadi pukul 13.21 WIB, Senin (21/11). Gempa Cianjur, Jabar, juga terasa kuat di sejumlah wilayah, seperti Jakarta, Bogor, Depok, hingga Tangerang Selatan (Tangsel).
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan gempa tersebut diduga akibat pergerakan Sesar Cimandiri.
"Diduga ini merupakan pergerakan dari Sesar Cimandiri jadi bergerak kembali," ujar Dwikorita.
Dia menjelaskan gempa itu berpusat di sekitar Sukabumi-Cianjur. Menurut penjelasan Dwikorita, gempa tersebut terjadi akibat patahan geser.
"Merupakan gempa yang diakibatkan patahan geser dengan magnitudo 5,6," ujarnya.