Gratis! Unilever Bagikan E-Booklet Lawan Bullying di Tempat Kerja

ADVERTISEMENT

Gratis! Unilever Bagikan E-Booklet Lawan Bullying di Tempat Kerja

Sukma Nur Fitriana - detikNews
Senin, 21 Nov 2022 17:33 WIB
Unilever
Foto: Dok. Unilever
Jakarta -

Unilever Indonesia berkolaborasi dengan komunitas anti-bullying Sudah Dong meluncurkan panduan elektronik (e-booklet) berjudul 'Sadari, Kenali, Atasi Workplace Bullying'. E-booklet ini diluncurkan sebagai bentuk semangat memperingati Hari Toleransi Internasional 2022.

Panduan ini bisa diakses secara gratis dan ditujukan untuk mendorong semangat dan komitmen masyarakat dalam aksi nyata melawan workplace bullying. Selain itu, panduan ini juga untuk merangkul semakin banyak perusahaan agar memiliki sistem, struktur dan kepemimpinan yang berpihak pada anti-bullying.

Head of Communication PT Unilever Indonesia, Tbk, Kristy Nelwan mengatakan hal ini sejalan dengan strategi pihaknya dalam mewujudkan lingkungan yang inklusi.

"Sejalan dengan strategi 'The Unilever Compass', Unilever Indonesia ingin terus berkontribusi dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan inklusif, termasuk dengan menerapkan prinsip zero tolerance untuk bullying di tempat kerja. Berpegang pada kode etik bernama Respect, Dignity & Fair Treatment (RDFT), kami menindak tegas perilaku menyinggung, mengintimidasi, atau menghina, termasuk segala bentuk pelecehan atau bullying atas dasar perbedaan ras, usia, peran, gender, agama, kondisi fisik, kelas sosial, hingga pandangan politik sekalipun," ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (21/11/2022).

"Hari Toleransi Internasional 2022 menjadi momen yang tepat untuk membangkitkan kesadaran semua pihak untuk menciptakan dunia yang lebih toleran, termasuk mengenai masalah workplace bullying ke masyarakat yang lebih luas," imbuhnya.

Untuk diketahui, Workplace Bullying adalah perilaku yang mengganggu atau menyakiti kesehatan fisik dan mental seseorang dan dilakukan secara terus-menerus dalam bentuk kekerasan verbal, perilaku ofensif, ancaman, mempermalukan, mengintimidasi, hingga menyabotase suatu pekerjaan. Jika dibiarkan, workplace bullying bisa menjadi bentuk intoleransi dan diskriminasi yang membudaya, bahkan dinormalisasi di tempat kerja.

Menurut Kristy, tindakan ini menjadi penting mengingat lapangan kerja akan didominasi oleh milenial dan Gen-Z sebagai populasi terbesar di Indonesia. Berdasarkan data The Deloitte Global 2022 Gen-Z and Millennial Survey yang melibatkan 14.808 Gen-Z dan 8.412 milenial yang tersebar di 46 negara, telah ditunjukkan sebanyak 46% milenial dan Gen-Z di posisi senior memilih untuk menolak pekerjaan di lingkungan yang bertentangan dengan kode etik yang mereka pegang.

Selain itu, berdasarkan survei Millennials and Generation Z - Making Mental Health at Work a Priority oleh Deloitte menunjukkan setengah dari 23.0000 milenial dan Gen Z di 45 negara melaporkan adanya diskriminasi di tempat kerja karena ras, suku dan gender. Hal ini sangat mempengaruhi kecemasan dan mental health mereka saat bekerja..

"Oleh karena itu, menyediakan lingkungan kerja dengan budaya yang positif termasuk bebas bullying dan diskriminasi adalah hal yang perlu diprioritaskan demi terwujudnya angkatan kerja masa depan yang lebih toleran dan inklusif," tegas Kristy.

"Kami berharap seluruh fasilitas dan aktivitas yang kami persembahkan di Hari Toleransi Internasional ini dapat membuka jalan bagi terciptanya lingkungan kerja yang menjunjung tinggi keberagaman, rasa saling percaya, menghormati hak asasi manusia, dan memberikan kesempatan yang setara, tanpa bullying dan diskriminasi," jelasnya.

Unilever Bagikan E-Booklet Lawan Bullying di Tempat KerjaFoto: Dok. Unilever

Sementara itu, Relawan dari Sudah Dong, Tantri Arihta Sitepu menuturkan workplace bullying sebenarnya bisa dicegah dengan beberapa hal.

"Tindakan workplace bullying sebenarnya dapat dicegah, antara lain dengan cara membangun relasi yang baik dengan rekan-rekan kantor, yang tentu saja membutuhkan personal effort sehingga kita paling tidak bisa mengetahui personal interest masing-masing; menggali prinsip personal satu sama lain melalui percakapan sehari-hari; tidak memaksakan prinsip personal kita pada orang lain; berkomunikasi dengan jelas tentang apa yang kita suka atau tidak suka dengan kata-kata yang santun; hingga memahami bahwa kita tidak mungkin bekerja sendiri," tutur Tantri.

"Dengan melakukan hal-hal tersebut, secara langsung kita sedang bertoleransi. Saat kita memahami apa yang menjadi batasan-batasan pribadi orang lain, maka respect pun terbangun. Akhirnya, diharapkan tidak ada bullying di antara rekan kerja di lingkungan kantor," imbuhnya.

"Di sisi lain, memastikan keamanan serta kenyamanan pekerja saat bekerja, baik di kantor maupun secara remote dengan menyediakan aturan dan sanksi yang jelas merupakan kewajiban semua perusahaan, layaknya Unilever Indonesia yang sudah secara sistematis menjalankan hal tersebut. Agar dapat diikuti oleh lebih banyak perusahaan, masih diperlukan edukasi lebih banyak tentang bagaimana perusahaan mampu memastikan bahwa para pekerja merasa aman, nyaman, dan, utamanya, terlindungi dari tindakan workplace bullying ataupun bentuk kekerasan lainnya," sambung Tantri.

Melalui kolaborasi e-booklet ini, Unilever Indonesia dan Sudah Dong menjelaskan mengenai workplace bullying; cara mengidentifikasi tindakan workplace bullying; hal yang harus dilakukan saat menjadi korban maupun saksi workplace bullying; panduan bagi perusahaan untuk menegakkan komitmen anti-bullying di lingkungan kerja; hingga contoh best practice yang dapat dilakukan perusahaan dalam mencegah dan menindak tindakan workplace bullying. Tidak hanya informasi satu arah, terdapat pula games interaktif yang dapat menjadi bahan evaluasi untuk melihat di mana posisi kita saat workplace bullying terjadi di sekitar kita.

E-booklet ini dapat diakses publik secara gratis melalui situs http://www.sudahdong.com/buku-panduan/ dan akan disebarluaskan ke berbagai pihak guna meningkatkan awareness dan menegakkan berbagai kebijakan yang konkret terkait workplace bullying.

Sebagai informasi, Unilever Indonesia juga secara berkelanjutan menyuarakan pentingnya toleransi melalui program kampanye dan aktivasi internal, seperti kampanye Pentas (Permen Integritas) yang secara kreatif memberikan rasa aman dan nyaman pada karyawan untuk proaktif bersuara terhadap potensi pelanggaran kode etik, diskriminasi dan stigma di sekitar mereka

Ada pula program 'Ruang Inklusif' yang dilaksanakan dalam kemitraan dengan komunitas Toleransi.id. Program ini berbentuk rangkaian dialog bersama sejumlah tokoh inspiratif seperti Lanny Siswandi (Founder Sambal Bu Rudy), Ustaz Arif Nuh Safri (Pemuka Agama, Pengajar & Penggerak Inklusi), Eniya Listiani Dewi (Profesor Riset BRIN-Bidang Teknologi Proses Elektrokimia, President Indonesia Fuel Cell and Hydrogen Energy), Adam Abednego (Co-Founder Menjadi Manusia & Penyintas Bipolar) dan Stevano Ryan Oliver Yap (Penerima Program Beasiswa "Unilead", beasiswa penuh dari Unilever Indonesia bagi lima penyandang disabilitas) yang berbagi kisah hidup, pengalaman dan stigma yang pernah mereka alami. Sebanyak lebih dari 100 karyawan Unilever dari seluruh Indonesia berpartisipasi aktif dalam dialog yang digelar secara hybrid ini.

(akd/ega)


ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT