Berjuang melawan penyakit pneumonia atau paru-paru basah tentu bukan hal yang mudah, apalagi jika memasuki usia senja. Namun, kondisi ini harus dialami Slamet Riyanto (70), yang didiagnosa menderita penyakit pneumonia oleh dokter di usianya yang tak lagi muda.
Seperti diketahui, pneumonia merupakan peradangan pada paru-paru ini disebabkan oleh infeksi. Adanya infeksi yang menyebabkan peradangan pada kantong-kantong udara (alveoli) di paru-paru mengakibatkan alveoli dipenuhi cairan atau nanah sehingga menyebabkan sesak nafas.
Selain sulit bernafas, pneumonia juga menimbulkan gejala ringan hingga berat lainnya seperti batuk berdahak hingga demam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekitar 2 minggu yang lalu saya sempat dirawat inap di rumah sakit karena batuk yang tidak kunjung henti sehingga membuat kondisi badan saya sangat menurun saat itu. Waktu itu dokter yang memeriksa saya sempat memberitahu bahwa ada yang tidak beres dengan paru-paru saya. Saat itulah terdeteksi bahwa saya menderita pneumonia," ucap Slamet dalam keterangan tertulis, Sabtu (19/11/2022).
Slamet bercerita awalnya ia terkejut dan bingung saat mengetahui dirinya didiagnosa penyakit tersebut. Kekhawatirannya pun bertambah saat tahu dirinya harus rutin berobat di rumah sakit.
Di samping sudah lanjut usia, biaya pengobatan juga menjadi kendala dirinya. Namun, ia mengaku bersyukur seluruh pengobatannya dibiayai oleh program Jaminan Kesehatan Nasional dari BPJS Kesehatan.
"Orang mana yang tidak kaget saat mengetahui dirinya didiagnosa oleh salah satu penyakit yang berbahaya yang tentunya harus menjalani perawatan yang intensif. Usia saya sudah tidak produktif lagi, saya sempat khawatir saya tidak bisa berobat karena biaya. Untungnya ternyata program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah menjamin sepenuhnya biaya perawatan penyakit saya," kata Slamet.
Slamet mengungkapkan kini dirinya bisa tenang dan fokus menjalani pengobatan tanpa perlu pusing memikirkan biaya. Ia pun menyampaikan terima kasih kepada pemerintah yang telah mendaftarkan dirinya menjadi peserta JKN.
"Tentu saja saya sangat bersyukur karena telah terdaftar sebagai peserta JKN, bila tidak saya mana mungkin bisa rutin berobat karena untuk mencari biaya berobat yang mahal bagi orang seperti saya ini. Terima kasih juga kepada pemerintah yang memperhatikan kesehatan warganya dengan mendaftarkannya menjadi peserta JKN seperti saya," pungkas Slamet.
(ncm/ega)