Jalan Sri Wedari, Ubud, Bali tidak terlalu besar. Saat mobil berpapasan, maka satu kendaraan harus memelankan dan menepikan kendaraannya. Tapi siapa sangka, di kawasan pesawahan itu terdapat sebuah kawasan properti yang menjadi komunitas masyarakat Eropa, PARQ.
Yang mengejutkan, PARQ membuka properti itu saat dunia mulai menutup diri karena pandemi global. "Kami mulai buka pada awal 2020. Pada saat memasuki pandemi," kata owner PARQ, I Gusti Ngurah Eka Sidhimantra kepada wartawan, Senin (14/11/2022).
Sidhimantra join dengan investor Jerman, Andre Frey. Sidhimantra, begitu dia biasa disapa, pandemi malah membuat PARQ menjadi pusat komunitas Eropa baru di Bali. Wisatawan Eropa yang 'terjebak' di Bali akhirnya tinggal di PARQ hingga berbulan-bulan dan kini menjadi komunitas elite Eropa di Bali. Hal ini yang membuat Ditjen Imigrasi menjadikan PARQ menjadi Duta Imigrasi untuk mempromosikan Visa Rumah Kedua. Sasarannya yaitu kelas atas Eropa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami sangat bangga atas kerja sama ini," ujar Sidhimantra.
Sehari-hari, PARQ di bawah pengawasan Dwi Surya. Dengan pengalaman menjadi manajer JW Marriott Hotel, Florida selama 8 tahun, Dwi Surya membesut PARQ menjadi central masyarakat Eropa di Bali.
"Awalnya kami hanya buka coffe shop," tutur Dwi Surya menceritakan perjalanan PARQ.
Dari coffe shop, lalu tumbuh menjadi coworking space sebab saat itu pandemi membuat orang ingin tetap bekerja di tengah pandemi. Di luar dugaan, animo masyarakat Eropa di Bali sangat tinggi sehingga PARQ membuat apartemen dan kini telah memiliki 130 kamar.
"Untuk unit paling kecil, sewanya Rp 11 juta per bulan," ucap Dwi Surya.
"Ini masih terus dibangun unit apartemen dengan total nantinya 420 kamar. Untuk mau tinggal di sini harus waiting list. Kami tidak menerima tamu harian atau mingguan. Minimal 1 bulan," ungkap Dwi Surya.
Banyak yang bertanya, siapa sebetulnya WNA Eropa yang tinggal di PARQ. Dwi Surya membeberkan penghuni PARQ lintas profesi yang bisa mengerjakan pekerjaan di negaranya dari balik laptop di Ubud, Bali. Seperti konsultan, motivator, perusahaan asuransi, guru hingga dokter. Mereka tinggal sendirian, pasangan atau dengan keluarganya. Kini PARQ mengerjakan karyawan lokal 87 orang pegawai tetap dan 33 orang pegawai magang.
"Setiap kami bikin acara selalu ramai, yang datang mayoritas orang-orang Eropa. Seperti seminar crypto," ucap Dwi Surya.
Dengan komunitas Eropa yang sangat kuat itu, akhirnya PARQ digandeng Ditjen Imigrasi untuk mensosialisasikan Visa Rumah Kedua. Salah satu syarat Visa Rumah Kedua adalah menabung Rp 2 miliar di bank pemerintah Indonesia sebagai deposit. Uang itu tidak bisa dipakai dan akan dikembalikan saat Visa Rumah Kedua habis.
"Visa Rumah Kedua sudah ditunggu banyak tamu di sini," ungkap Dwi Surya.
Lalu apakah syarat jaminan Rp 2 miliar mahal?
"Nggak lah, kecil itu. Unit di sini kami jual Rp 3 miliaran saja sudah habis," ucap Dwi Surya.
Ditjen Imigrasi mengakui membidik komunitas Eropa di PARQ agar Visa Rumah Kedua tepat sasaran. Diharapkan penghuni PARQ menjadi influencer di Eropa dan mempengaruhi para miliarder Benua Biru itu memiliki Visa Rumah Kedua di Indonesia.
"Harapannya, setelah mereka memegang Visa Rumah Kedua, para miliarder itu menanamkan investasi di sini," kata Plt Dirjen Imigrasi, Widodo Ekatjahjana.
Visa Rumah Kedua ini adalah amanat UU Cipta Kerja yang ditindaklanjuti dengan SE Ditjen Imigrasi. Visa Rumah Kedua akan launching pada 24 Desember 2022.