Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto beserta delegasi 33 negara asing akan berziarah ke makam Presiden ke-1 RI Sukarno di Blitar. Ziarah makam Bung Karno ini bagian dari rangkaian acara Bandung-Belgrade-Havana in Global History and Perspective.
Hasto menjelaskan inti semangat acara Bandung-Belgrade-Havana yang mengundang 33 akademisi dari berbagai negara untuk napak tilas dari Jakarta hingga Bali.
Dia menyebut napak tilas itu sendiri menyangkut pelaksanaan KAA 1955 yang menghasilkan Dasasila Bandung. Menurut Hasto, pihaknya menggunakan momentum KAA tahun 1955 yang kemudian menjadi roh Gerakan Nonblok tahun 1961.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dan Gerakan Nonblok ini juga satu napas dengan apa yang disampaikan dalam pidato Bung Karno yang berjudul 'To Build the World A New' pada tanggal 30 September 1960," kata Hasto, Rabu (9/11/2022).
"Jadi Gerakan Nonblok itulah yang menjawab bahwa struktur dunia yang tidak adil dipengaruhi oleh Perang Dingin antara blok Barat dan blok Timur, yang kedua-duanya mengandung benih-benih kolonialisme sebagai suatu hal yang ditentang oleh Indonesia," lanjut Hasto.
Menurut Hasto, apa yang dilakukan Indonesia lewat pidato 'To Build the World A New', lewat KAA dan GNB, yang kemudian menjadikan dunia berubah, yakni dari bipolar menjadi multipolar. Dia menyebut lewat kegiatan Bandung-Belgrade-Havana, para akademisi diundang untuk mencoba merasakan kembali api semangat dimaksud.
Lebih lanjut, Hasto menyebut para delegasi asing ini rencananya akan diajak juga berziarah ke makam Bung Karno di Blitar. Sebelum akhirnya lanjut melakukan sidang di Surabaya.
"Karena Bung Karno lahir di Surabaya. Dan setelah itu baru bergerak ke Bali mengikuti puncak momentum G20," pungkas Hasto.
Untuk diketahui, acara Bandung-Belgrade-Havana ini diinisiasi oleh Prof Darwis Khudori. Pembukaan kegiatan dilakukan di Jakarta pada tiga hari lalu dan kini peserta sudah berada di Bandung bekerja sama dengan Universitas Padjadjaran (Unpad).
Para peneliti yang diajak dalam program ini antara lain Annamaria Artner (Hungaria), Connie Rahakundini Bakrie (Indonesia), Isaac Bazie (Burkina Faso), Beatriz Bissio (Brasil), Marzia Casolari (Italia), Gracjan Cimek (Poland), Bruno Drweski (Polandia), Seema Mehra Parihar (India), Jean-Jacques Ngor Sene (Senegal), Istvan Tarrosy (Hungaria), Rityusha Mani Tiwary (India), dan Nisar Ul Haq (India).
(maa/rfs)