Mantan pekerja salah satu hiburan malam di Solo, Widyaningsih Tri Kusuma (21) berhasil meninggalkan pekerjaan lamanya dan mendirikan salon. Hal itu tidak terlepas dari semangatnya untuk terlepas dan meninggalkan dunia malam.
Widyaningsih bercerita menjadi pekerja malam bukan menjadi pilihan utamanya. Namun keadaan yang memaksa dirinya untuk melakoni pekerjaan tersebut.
"Mau kerja apa wong tidak punya ijazah. Jadi ya terpaksa ikut kerja malam. Tapi saya tetap berusaha cari kerja lain juga," kata Widya dalam keterangan tertulis, Rabu (2/11/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keinginan besarnya untuk terlepas dari kehidupan tersebut pun mulai membuahkan hasil. Di tahun 2018 akhirnya Widya bisa bekerja sebagai buruh pabrik plastik di Solo. Penghasilannya sebesar Rp 300.000 per minggu. Merasa kehidupannya akan membaik, memasuki tahun 2019 ia memutuskan menikah di usia muda dengan sang pujaan hati.
Belum genap setahun, Widya terkena PHK imbas pandemi COVID-19. Kehidupan Widya dan keluarga kecilnya menjadi tak menentu. Apalagi sang suami hanya kerja serabutan, dan sesekali membantu di warung ayam penyet.
Pasrah dengan keadaan bukan jalan yang dipilih olehnya. Ia memilih untuk bangkit dengan mencoba berbagai hal salah satunya dengan mengikuti Program Kecakapan Wirausaha (PKW) yang diselenggarakan oleh Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Yanti Surakarta.
Berangkat dari situ, ia akhirnya memutuskan untuk memilih jurusan tata kecantikan dan digital marketing. Dengan tekun ia mempelajari semua keterampilan yang diajarkan oleh instruktur di tempat pelatihan.
"Sudah gratis, pun mendapat bantuan modal usaha," katanya.
Modal usaha yang diharapkan olehnya pun cair. Ia segera mulai mendirikan sebuah usaha dengan cara membeli sejumlah peralatan dan bahan-bahan salon. Ia bersama empat orang rekannya pun memutuskan untuk membuka salon kecantikan di rumah seorang rekannya.
Seiring berjalannya waktu, usaha yang didirikan oleh Widya pun membuahkan hasil. Sebanyak 10-16 pelanggan pun hadir ke salon tersebut setiap harinya. Tak puas dengan itu, ia pun mencoba menghadirkan inovasi baru berupa home care dengan memanfaatkan media sosial.
"Jadi kalau ada panggilan ke rumah ya datang ke rumah. Saya juga kerja sama dengan peserta kursus lain yang reguler untuk perawatan-perawatan yang belum bisa saya lakukan misalnya seperti sambung bulu mata," jelasnya.
Berkat usahanya tersebut, kini, Widya berhasil menyisihkan penghasilan sebesar Rp 5 juta bersih dari modal usahanya tersebut. Angka tersebut jauh lebih besar dibandingkan dengan pekerjaan sebelumnya.
"Saya benar-benar merasakan bagaimana langkah kecil saja mengikuti kursus telah mengubah kehidupan saya menjadi seperti saat ini. Bahkan, teman-teman dan kakak saya juga jadi ingin ikut program ini," jelasnya.
Sementara itu, Direktur Kursus dan Pelatihan Wartanto mengatakan Sebagai lembaga pendidikan nonformal, lembaga kursus dan pelatihan (LKP) ditujukan untuk membantu masyarakat mengembangkan diri dan kemampuannya sehingga dapat membuka usaha sendiri atau pun bekerja sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Sebagai bagian dari upaya memaksimalkan fungsi LKP, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi khususnya Direktorat Kursus dan Pelatihan menyelenggarakan dua program prioritas, yaitu Program Pendidikan Kecakapan Kerja (PKK) dan PKW.
"Keberadaan program PKK diharapkan mampu mempersiapkan lulusan LKP agar dapat lebih terarah dengan memiliki kecakapan kerja, sehingga siap bekerja atau mendapatkan pekerjaan sesuai dengan kompetensi dan keahliannya. Sedangkan program PKW lebih diarahkan agar peserta dapat melanjutkan pengembangan keahliannya, baik sebagai bekal dalam melakukan wirausaha atau menjadi pekerja di perusahaan swasta/dunia kerja," kata Wartanto.
Ia menuturkan kedua program tersebut sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Utamanya bagi masyarakat dengan rentang usia 16 hingga 25 tahun atau pun anak usia sekolah, tapi tidak bisa sekolah, anak putus sekolah yang menjadi target utama sasaran dari kedua program tersebut.
Bahkan berdasarkan hasil, tracer study pada aplikasi program PKW tahun 2020 menunjukkan, peserta didik yang berwirausaha mencapai 87%, sementara pada tahun 2021 bertambah menjadi 88%. Sementara pada program PKK, total peserta didik program PKK yang magang dan bekerja di industri di tahun 2020 mencapai 79%, kemudian meningkat menjadi 88% di tahun 2021.
"Karena secara teknis, program ini memang memberikan bantuan terutama kepada anak-anak Indonesia yang putus sekolah untuk mendapatkan kesempatan meningkatkan kompetensi diri dalam berbagai kursus dan pelatihan sesuai minat," jelasnya.
Program ini dapat diajukan oleh Lembaga Kursus dan Pelatihan, Satuan Pendidikan formal dan Nonformal lainnya serta lembaga di mana pun di seluruh Indonesia yang melaksanakan fungsi pelatihan dan telah memenuhi persyaratan. Pilihan bidang keterampilan yang diajarkan juga sangat beragam dan sesuai dengan perkembangan zaman.
"Direktorat Kursus dan Pelatihan setiap tahunnya terus melakukan penguatan dan pengembangan terhadap Program PKK dan PKW tersebut agar dapat semakin banyak menjangkau anak-anak Indonesia yang menjadi target sasaran program. Dengan demikian semakin banyak SDM unggul yang berkontribusi dalam pembangunan bangsa," tutupnya.