Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah menghadiri G20 Religion Forum (R20) International Summit of Religious Leaders di Bali. Perhelatan forum ini dibuka pada Rabu pagi dan berlangsung 2 -3 November 2022.
Hadir dalam acara pembukaan antara lain, Menkopolhukam Mahfud MD, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas. Pertemuan tokoh-tokoh agama tingkat dunia ini diinisiasi oleh PBNU dan diketuai secara bersama dengan Liga Muslim Dunia atau Muslim World League (MWL). Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf tampak mendampingi Sekretaris Jenderal MWL, Syekh Mohammed Al-Issa.
Basarah mengingatkan sejarah kelam perang antarumat beragama di masa lalu kerap dijadikan objek politik identitas yang berujung pada kebencian antarumat beragama itu sendiri. Ia mengatakan, para pemuka agama harus mengajak para penentu kebijakan untuk tidak jadikan agama sebagai sarana perebutan kekuasaan politik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sejarah Perang Salib dan perang-perang lain yang mengatasnamakan agama-agama hendaknya dijadikan pelajaran berharga dan diambil hikmahnya agar tidak terulang lagi serta jangan dijadikan alat provokasi yang memanaskan suasana damai di muka Bumi. Di masa depan, para pemuka agama dunia harus mengajak para penentu kebijakan di negara masing-masing untuk tidak lagi menjadikan agama sebagai sarana perebutan kekuasaan politik dan ekonomi," ujar Basarah dalam keterangannya, Rabu (2/11/2022).
Ketua Fraksi PDI Perjuangan ini menegaskan, jika sisi gelap pertemuan agama-agama di masa lalu selalu diungkit-ungkit untuk tujuan politik, maka dampaknya akan sangat fatal karena kepercayaan umat manusia terhadap pentingnya peran semua agama dalam menjaga perdamaian dunia dapat menjadi hilang. William Friedrich Nietzsche, menjelang abad 19 menyatakan kematian Tuhan dan kematian peran agama-agama di dunia Barat, yang disebut 'Gott ist Tot'
"Kalimat Nietzsche bahwa Tuhan telah mati, atau dalam bahasa Jerman disebut Gott ist tot, sangat berpengaruh di Barat hingga mengakibatkan hilangnya kepercayaan masyarakat atas peran agama-agama. Mereka yang sependapat dengan filsuf Jerman itu sering bertanya, jika benar agama-agama mengajarkan perdamaian, mengapa justru banyak peperangan atas nama agama terjadi di banyak negara,'' jelas Basarah.
Untuk itu, ketua DPP PDI Perjuangan ini mengaku sangat gembira G20 R20 dilaksanakan di Bali, tempat multikulturalisme yang berkembang subur. Ia berharap semua delegasi pemuka agama yang hadir menyaksikan langsung kedamaian dan persaudaraan antar umat beragama di Bali, lalu teladan baik ini mereka diseminasikan di negara masing-masing. Ia juga menjelaskan warga Bali tidak menaruh dendam pada masyarakat Indonesia yang seagama dengan pelaku teror, mengingat kejadian bom teror yang pernah terjadi.
''Di Bali pernah terjadi bom teror, pelakunya orang dengan agama tertentu yang berbeda dengan agama yang dianut mayoritas warga Bali. Tapi, sampai kini warga Bali tidak menaruh dendam pada masyarakat Indonesia yang seagama dengan pelaku teror. Pikiran rasional seperti inilah yang harus diperkenalkan kepada para delegasi pemuka agama-agama itu,'' jelas Wakil Ketua Lakpesdam PBNU itu.
Basarah juga berharap forum internasional ini dijadikan pintu masuk untuk memperkenalkan Islam Indonesia yang ramah kepada dunia internasional. Para delegasi yang menghadiri Forum R20 ini hendaknya ditekankan bahwa toleransi beragama itu timbul karena sejak awal para pendiri bangsa memilih Pancasila sebagai ideologi negara yang mempersatukan perbedaan di antara penganut agama-agama. Ia mengatakan lewat sila pertama Pancasila, semua rakyat Indonesia harus bertuhan sambil menghormati agama-agama di luar agama mereka.
''Lewat sila pertama Pancasila, Bung Karno berkali-kali menekankan bahwa semua rakyat Indonesia harus bertuhan sambil harus menghormati agama-agama di luar agama mereka. Makanya, biarpun Borobudur adalah tempat ibadah umat Budha, tapi jumlah turis terbesar di sana justru umat Islam Indonesia sebagai mayoritas penduduk negeri ini,'' tegas Basarah.
Sekretaris Dewan Penasihat PP Baitul Muslimin Indonesia ini juga memberi contoh, Indonesia pernah menerbitkan uang rupiah lawas pecahan Rp 20 ribu yang viral diperbincangkan di India. Di lembar pecahan uang itu terdapat gambar Ganesha, padahal di India sendiri yang mayoritas Hindu tidak memiliki uang kertas bergambar dewa umat Hindu itu.
Inilah yang membuat Kepala Pemerintahan Wilayah Ibu Kota Delhi, Arvind Kejriwal, menjadikan Indonesia sebagai contoh terbaik toleransi umat beragama beberapa waktu lalu. Basarah mengatakan tingkat tingginya toleransi bangsa Indonesia merupakan berkah.
"Tingginya tingkat toleransi bangsa Indonesia itu menjadi modal kita untuk mengatakan pada dunia bahwa perbedaan agama, kepercayaan, bahasa, suku dan budaya adalah berkah dan bukan kutukan sebagaimana terjadi di berbagai negara lain," pungkas Basarah.
(fhs/ega)