Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya membuka peluang dilakukan tes urine di lingkungan perkantoran. Tes bisa dilakukan jika adanya permintaan dari pihak kantor.
"Silakan saja kalau mau kerja sama, silakan, nggak ada masalah," kata Dirnarkoba Polda Metro Jaya Kombes Mukti Juharsa saat dihubungi, Sabtu (29/10/2022).
Program kerja sama itu menyusul rencana tes urine yang dilakukan kepolisan di lingkungan universitas wilayah Jakarta. Mukti mengatakan program itu bisa terlaksana jika memang ada permintaan tes urine dari pihak kampus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nanti kita kerja sama dulu ya. Ingat, kita kerja sama dalam arti kampus mana yang meminta (tes urine), kita siapin gitu," katanya.
Menurut Mukti, hingga hari ini belum ada pihak kampus yang mengajukan untuk dilakukan tes urine kepada mahasiswanya. Selain itu, dia membantah program tes urine hanya dikhususkan menyasar ke lingkungan kampus.
Mukti mengatakan program itu bisa dilakukan di lingkup mana saja, mulai universitas, sekolah, perkantoran, hingga wilayah permukiman warga. Program tes urine itu diharapkan mampu menekan angka peredaran narkoba di Jakarta.
"Sebenarnya bukan kampus saja. Itu semuanya buat sekolah juga, di Kampung Tangguh juga, bukan khusus untuk kampus, tapi untuk semuanya. Untuk menekan peredaran narkoba di Jakarta. Jadi bukan untuk kampus saja, tapi buat semuanya," tutur Mukti.
Dia menegaskan program tes urine itu terlaksana ketika adanya permintaan dari pihak yang ingin dites. Mukti berharap lewat program tersebut partisipasi masyarakat bisa meningkat dalam mengawasi peredaran kasus narkoba di sekitarnya.
"Menunggu permintaan, bukan kita proaktif. Kan ini juga digunakan untuk tetangga misalnya mencurigai adanya narkoba terus ketua RW-nya minta tolong, baru kita bantu. Jadi kerja sama, bukan kitanya jemput bola," ucap Mukti.
Diprotes BEM SI
Koordinator Pusat Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) Muhammad Yuza Augusti merespons rencana tes urine yang akan dilakukan oleh Polda Metro Jaya. Ia mempertanyakan mempertanyakan mengapa tes itu hanya dilakukan pada mahasiswa.
"Ini masalahnya, permasalahan dan peraturan ini kan untuk seluruh masyarakat Indonesia, kenapa cuma mahasiswa dan juga anak muda doang gitu? Kalau memang mau adil, semua masyarakat juga atau mungkin juga bapak-bapak di sini juga dites juga," kata Koordinator Pusat BEM SI Muhammad Yuza Augusti kepada wartawan di Patung Kuda, Jakarta Pusat, Jumat (28/10).
Yuza mempertanyakan substansi tes urine kepada para mahasiswa tersebut. Yuza juga mempertanyakan riset yang menunjukkan mahasiswa yang disebut lebih banyak menggunakan narkotika.
"Lagi-lagi saya bukan untuk menolak atau menyetujui ya, tapi sebuah kritikan dan juga sebuah substansi yang diambil dari itu tuh apa sebetulnya? Apakah memang karena anak muda yang lebih banyak melakukan? Kan nggak juga. Mana riset dan lain-lainnya? Itu yang kita perlu, jadi hal-hal tersebut yang mungkin masih dipertanyakan masalah tes urine pada anak muda," ujarnya.
Dia mengatakan masih banyak permasalahan yang seharusnya lebih dulu diurusi polisi seperti Tragedi Kanjuruhan hingga kasus Ferdy Sambo.
"Saya bilang mendukung nggak, menolak juga nggak, karena lagi-lagi kita juga butuh klarifikasi, kenapa tiba-tiba semuanya mau dites urine gitu, kenapa tiba tiba. Ibarat ada permasalahan yang lebih besar untuk diurusi, kenapa dana yang lebih besar yang banyak ini selalu untuk hal-hal yang mungkin tidak menjadi sebuah permasalahan besar gitu, tes urine, ya buat apa ? Itu menjadi sebuah permasalahan juga," papar Yuza.
"Kalau memang ternyata ada memang fenomena ini menjadi besar dan perlu diatur ya silakan. Tapi, kalau memang ternyata masih ada PSN masih belum selesai, BBM masih kesulitan dan sekarang masih ada hal-hal, Kanjuruhan belum selesai, Polri, masalah Ferdy Sambo juga belum selesai," lanjutnya.
(ygs/mei)