Pemerintah Indonesia mengecam serangan yang dilakukan militer Myanmar saat gelaran konser di Kachin yang menewaskan 80 orang. Indonesia meminta junta Myanmar segera menghentikan tindakan kekerasan.
Hal tersebut disampaikan Menteri Luar Negeri RI (Menlu), Retno LP Marsudi, dalam pertemuan pertemuan bersama para menlu lain dari negara-negara ASEAN. Pertemuan yang digelar khusus membahas Myanmar ini digelar di Sekretariat ASEAN, Jakarta.
"Serangan yang dilakukan junta militer Myanmar pada saat pelaksanaan konser musik di Kachin harus dikecam dan tidak dapat diterima. Indonesia menyampaikan dukacita dan simpati kepada para korban dan keluarganya," kata Retno dalam press briefing, Kamis (27/10/2022).
"Tindakan kekerasan sekali lagi harus segera dihentikan dan Indonesia menyampaikan agar pesan inilah yang harus segera disampaikan kepada Tatmadaw," sambungnya.
Retno mengatakan, dalam pertemuan itu, pemerintah Indonesia juga menyampaikan data-data mengenai meningkatnya tindak kekerasan yang memakan korban warga sipil terjadi sejak kudeta dilakukan. Para Menlu ASEAN, kata Retno, juga turut menyampaikan keprihatinan dan kekecewaan mereka terhadap Myanmar.
"Para Menlu ASEAN menyampaikan concern dan kekecewaan terhadap tidak adanya kemajuan signifikan dari pelaksanaan Five Point of Consensus. Sangat jelas kekhawatiran ini dan bahkan beberapa negara menyampaikan rasa frustrasinya terhadap tidak adanya kemajuan ini alih-alih ada kemajuan situasi bahkan dikatakan memburuk, bahasa yang dipakai oleh chair adalah deteriorating dan ini merupakan sebenarnya refleksi dari apa yang disampaikan oleh para menteri luar negeri ASEAN situasi seperti ini tentunya sangat disayangkan," papar Retno.
ASEAN, kata Retno, juga sudah mengeluarkan pernyataan resmi mengenai pentingnya penghentian kekerasan di Myanmar. Menurut dia, tanpa penghentian kekerasan, kondisi kondusif tidak akan terjadi di Myanmar.
"Ketua ASEAN telah mengeluarkan statement mengenai pentingnya penghentian kekerasan kemarin pada tanggal 26 Oktober. Tanpa penghentian kekerasan tidak akan tercipta conducive condition untuk penyelesaian krisis politik di Myanmar," ujarnya.
Retno melanjutkan dalam pertemuan bersama para menlu ASEAN itu juga disampaikan bahwa Indonesia menekankan pentingnya seluruh negara melaksanakan Five Point of Consensus atau Lima Poin Konsensus yang dibuat untuk mengakhiri krisis Myanmar.
"Sebagai catatan dengan junta militer hanya dilakukan sebagai bagian dari engagement dengan semua stakeholders. Sekali lagi merupakan bagian dari engagement dengan semua stakeholders. Engagement dengan militer tidak ada kaitannya dengan masalah recognition. Kita yakin hanya dengan engagement dengan semua stakeholders, maka ASEAN akan dapat menjalankan fungsinya untuk memfasilitasi berlangsungnya dialog dan dialog nasional inilah yang diharapkan akan dapat membahas masa depan Myanmar. Masalah Myanmar hanya akan dapat diselesaikan oleh rakyat Myanmar sendiri. Oleh karena itu dialog di antara mereka menjadi sangat penting artinya. Tugas ASEAN memfasilitasi," beber Retno.
Simak Video 'Penampakan Konser Musik Digempur Jet Tempur di Myanmar, 60 Orang Tewas':
(mae/imk)