Tagar #GemarMulia sempat menjadi trending topic di jagad Twitter Indonesia pada Selasa (18/10) lalu. Gemar Mulia merupakan kepanjangan dari Gerakan Masyarakat Menyebarkan Konten Mulia yang digagas oleh Direktur Sosialisasi dan Komunikasi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) M. Akbar Hadi Prabowo.
"Gemar Mulia ini branding dari rancangan proyek perubahan grand design kolaborasi penguatan nilai-nilai Pancasila melalui media sosial. Kalimat ini saya cari dan renungkan sampai jam 2 malam, pagi jelang seminar baru dapat. Bagaimana narasi konten yang levelnya lebih bagus lagi dari positif," jelas Akbar dalam keterangan tertulis, Kamis (20/10/2022).
"Sejauh ini sudah ajak salah seorang produser TV, Ketua Adeksi (Asosiasi DPRD Kota Seluruh Indonesia) Bapak Sigit K. Yunianto, akademisi, dan pihak lain untuk turut mengajak atau menghimbau masyarakat mengunggah konten mulia," tutur Akbar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akbar mengungkapkan gerakan itu berangkat dari kegelisahannya soal banyaknya konten negatif di media sosial. Ia menjabarkan data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika mencatat penanganan konten negatif di media sosial per 30 April 2021 mencapai 1,24 juta konten.
"Konten negatif itu antara lain ujaran kebencian, pornografi, perjudian, terorisme, SARA, berita bohong atau hoaks," beber Akbar.
Selain itu, dia merujuk laporan tahunan Microsoft bertajuk Digital Civility Index yang menyatakan netizen Indonesia merupakan yang paling tidak sopan se-Asia Tenggara. Menurutnya, masalah pokok adalah lunturnya pemahaman nilai-nilai Pancasila bagi generasi muda di era digital 4.0. Menurutnya solusi yang bisa diambil adalah membanjiri perilaku mulia di medsos, melalui kolaborasi dengan Kementerian/Lembaga, pemerintah daerah, akademisi, media massa, influencer, dan pihak lain.
![]() |
"Produknya adalah konten mulia dan keluhuran Pancasila yang bisa diakses 24 jam via akun medsos. Jadi masyarakat, terutama anak muda bisa mudah memahami, menghayati, dan mengamalkannya sehari-hari," tutur Akbar.
Dia menegaskan tujuan proyek perubahan ini adalah menyusun grand design arah kebijakan nasional. Hal itu akan menjadi rujukan konseptual dan operasional dalam upaya penyebaran informasi terkait penanaman nilai-nilai luhur Pancasila melalui medsos.
"Apalagi ini jelang tahun politik, mau Pemilu. Pesta Demokrasi ini seharusnya disambut dengan kegembiraan, bukan saling menjelekkan. Kan prihatin jadinya bila medsos jadi ajang adu domba," sebut mantan Wadir Poltekip Kemenkumham itu.
Akbar berharap istilah cebong, kampret, dan kadrun tidak akan muncul lagi terutama jelang Pemilu 2024. Sebaliknya, akan muncul istilah yang lebih positif dan lebih mulia.
"Yuk dari sekarang kita buat konten mulia, kalimat yang lebih kondusif, lebih edukatif, inovatif, inspiratif dan kreatif untuk Indonesia yang lebih baik dan lebih maju," imbuh Akbar.
Simak juga 'Menanamkan Nilai-Nilai Pancasila bersama BPIP':