Kasus gagal ginjal akut misterius di DKI Jakarta bertambah menjadi 49 orang. Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama melaporkan, 75 persen di antaranya merupakan anak bawah lima tahun (balita).
"Data per 18 Oktober 2022 DKI Jakarta ditemukan pada anak total 49 kasus, 36 kasus atau 75 persen balita, 13 kasus atau 25 persen nonbalita," kata Ngabila dalam keterangannya, Selasa (18/10/2022).
Ngabila menyampaikan, hingga saat ini, 25 anak yang mengidap gagal ginjal akut misterius dinyatakan meninggal dunia. Dia menjelaskan angka kasus meninggal dunia tak mengalami penambahan sejak 13 Oktober lalu.
"Tidak ada penambahan kematian pada balita maupun anak, baik itu kematian diagnosis secara umum maupun gagal ginjal akut," terangnya.
Sedangkan 12 kasus tengah menjalani perawatan dan 12 lainnya telah sembuh. Lebih lanjut Ngabila menjelaskan, rincian 49 kasus gagal ginjal misterius diidap oleh 33 anak laki-laki dan 16 perempuan.
Kasus gagal ginjal akut misterius ramai diperbincangkan lantaran memicu penambahan kasus terkonfirmasi di sejumlah wilayah Indonesia, termasuk Jakarta. Belum diketahui penyebab pasti gagal ginjal misterius.
Namun terdapat beberapa hipotesis dugaan penyebab, seperti infeksi virus, bakteri, dan sebagainya. Menurutnya, apabila kasus gagal ginjal akut misterius ini disebabkan oleh infeksi, sudah pasti ada kasus penularan.
"Kalau infeksi, pasti menular. Karena infeksi itu bisa virus, bakteri, jamur, parasit. Bisa influenza, adenovirus, parainfluenza, COVID-19, leptospirosis, shigella, E coli, itu menular," tutur Ngabila saat siaran di Instagram resmi Dinkes DKI Jakarta, Selasa (18/10).
Adapun cara penularan infeksi tersebut bisa melalui pernapasan hingga fekal oral, yakni patogen jahat masuk ke mulut melalui benda, makanan, atau minuman yang terkontaminasi. Oleh karena itu, ia mengimbau masyarakat mengajari anak menerapkan protokol kesehatan, seperti memakai masker.
Sebelumnya, dilaporkan kasus gagal ginjal akut misterius di Jakarta per Januari sampai 18 Oktober 2022 ada sebanyak 49 kasus.
"Itu mulai ada 2 kasus, 2 kasus, tapi memang ada lonjakan di bulan Agustus sekitar 10 kasus. Di situlah, karena ada kenaikan kasus lebih dari dua kali, tentunya kita harus melihat lebih lanjut. Apakah ini ada hubungannya dengan long COVID pada anak, MISC, atau infeksi bakteri virus lain, dan sebagainya," tuturnya.
(taa/jbr)