Bantul - Rumah permanen tahan gempa yang didirikan oleh lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) itu menggunakan bahan batu-bata, beton, genting tanah liat, asbes dan kayu. Rumah tersebut berbeda dengan rumah tahan gempa seperti yang ada saat ini yang sebagian besar menggunakan bahan dasar kayu dan bambu.Saat detikcom menyaksikan penyerahan kunci rumah kepada salah satu warga korban gempa di Dusun Kedaton Kidul, Desa Plered, Kecamatan Plered, Kabupaten Bantul, Rabu (5/7/2006) , rumah tersebut sebagian besar berdinding tembok batu bata dengan besi otot yang dicor semen beton sebagai kerangka penguat pondasi. Sedang untuk atap rumah ada yang menggunakan asbes dan genting tanah liat tergantung permintaan warga sekitar.Rumah itu bertipe 36 dengan ukuran sekitar 6 x 6 meter dengan 2 kamar tidur dan kamar tamu. Sedang untuk tipe 45, ukuran masing-masing kamar lebih luas dengan 3 kamar tidur dan kamar tamu. Untuk setiap kamar juga dilengkapi jendela sehingga ada ventilasi udara dan tampak menjadi rumah sehat bagi warga.Sedangkan kusen pintu menggunakan bahan kayu kalimantan. Untuk bagian depan, dua buah jendela yang menyambung menjadi satu dengan pintu. Sedang di kamar lainnya terdapat dua buah jendela. Untuk daun pintu menggunakan triplek, namun ada pula yang menggunakan bahan bangunan milik warga yang tersisa. Sedangkan di bagian dalam sudah ada yang dilengkapi jaringaninstalasi listrik. Menurut Humas ACT, Ir Abdul Aziz, rumah permanen dengan bahan batubata dan beton yang merupakan karya anggota ACT Ir Cholid Mahmud dinilai kuat menahan gempa berkekuatan hingga 6,2 skala richter. Mulai bagian pondasi hingga bagian atas (gunungan) semuanya diikat dengan tulangan beton, yang saling menyambung atau mengait satu sama lain. "Pondasi sedalam 60-75 sentimeter, dari atas tanah masih naik sekitar 30-40 sentimeter. Untuk tulangan menggunakan kolom yang lebih besar. Di atas pondasi kita beri otot berkeliling. Demikian pula di bagian atas dan gunungan ada otot yang semua menyatu dan dan saling mengait kua," katanya.Untuk setiap rumah dengan konstruksi tahan gempa yang dibangun di Kedaton Kidul tersebut membutuhkan anggaran Rp 45 juta per unitnya. Total anggaran yang dibutuhkan untuk membangun 5.000 unit rumah serupa sebesar Rp 225 miliar. Dananya diperoleh dari para donatur ACT di dalam maupun luar negeri. Untuk
pilot project ini, ACT menggandeng sejumlah lembaga, di antaranya LAZIS UII, Masyarakat Relawan Indonesia, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), PT Elnusa dan lembaga-lembaga lain.
(nrl/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini