Sejumlah warga Baduy di Lebak, Banten, diduga mengidap penyakit tuberkulosis (TBC). Enam warga meninggal dalam sebulan terakhir.
Koordinator Sahabat Relawan Indonesia (SRI) Muhammad Arif Kirdiat, Selasa (13/9/2022), mengatakan ada sejumlah faktor yang menyebabkan warga Baduy terjangkit TBC.
Berikut faktor-faktornya:
1. Cuaca dan Lingkungan
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arif mengatakan beberapa hari terakhir di wilayah Baduy terjadi hujan. Lingkungan perkampungan yang padat dan rumah tidak memiliki sirkulasi udara yang baik.
Kondisi itu membuat lingkungan menjadi lembap dan mempercepat proses pertumbuhan bakteri.
"Hujan, lembap, ditambah rumah adat di sana nggak ada jendela, sirkulasi udara nggak begitu lancar. Kalau arsitektur rumah kan memang nggak boleh diubah ya, sudah ditetapkan seperti itu. Tapi karena itu juga bakteri mudah berkembang biak," kata Arif.
2. Malnutrisi
Arif menjelaskan warga Baduy biasa makan dengan lauk yang sederhana, seperti garam, ikan asin, dan sambal. Lauk yang sederhana itu menjadi pemicu turunnya daya tahan tubuh.
"Masih banyak yang beranggapan makan itu yang penting kenyang. Orang Baduy bisa makan normal dengan garam, ikan asin saja sudah syukur. Tapi kalau seperti ini, daya tahan tubuh otomatis melemah karena nggak diimbangi nutrisi lain," tuturnya.
"Sudah malnutrisi, stunting, dan TBC. Sudah klop ketemu semua," sambungnya.
3. Akses Fasilitas Kesehatan Jauh
Lokasi puskesmas atau layanan kesehatan di Baduy, kata Arif, ada di tempat yang cukup jauh. Lokasinya harus ditempuh dengan berjalan kaki dan waktu tempuhnya mencapai 4-5 jam.
"Tidak (berobat ke puskesmas), karena jauh sekali. Jalan kaki bisa sampai 4-5 jam baru sampai," jelasnya.
"Selama ini orang Baduy memiliki cara tradisional untuk menyembuhkan penyakit ya, seperti mantra atau obat herbal. Ke medis jadi opsi paling terakhir jika sudah diobati berhari-hari, berbulan-bulan, tapi nggak sembuh, baru berobat," tambahnya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.
Saksikan juga 'Indonesia Masih Kesulitan Deteksi Penderita TBC':
4. Pemerintah Dinilai Tak Serius
Arif menilai Pemerintah Kabupaten Lebak lambat merespons kasus kematian pada enam warga Baduy. Pemerintah seharusnya bisa merespons cepat dan melakukan penelusuran.
"Kadang pemerintah kurang serius memberikan pelayanan kesehatan bagi warga Baduy khususnya. Ketika kasusnya sudah ramai baru mulai turun," tegasnya.
"Sampel darah kita dapat, nggak ada yang melarang kami. Itu mungkin komunikasinya, pendekatannya saja yang kurang," pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, penyakit tuberkulosis (TBC) diduga menjadi penyebab enam warga Baduy di Lebak, Banten, meninggal dunia dalam kurung waktu satu bulan. Dugaan ini muncul setelah hasil pemeriksaan tes darah keluar.
Muhammad Arif Kirdiat sebelumnya menerangkan ada enam sampel darah yang diperiksa. Dua sampel darah menunjukkan positif TBC.
"Hasilnya dua TBC. Enam sampel hasilnya macam-macam, tapi intinya infeksi saluran akut, ada yang infeksi pada trombosit, leukosit, dan TBC itu," kata Arif kepada detikcom saat dimintai konfirmasi melalui sambungan telepon hari ini.