Suatu sore di bulan April 1980, Menhankam/ Pangab Jenderal M. Jusuf melihat KSAD Jenderal R. Widodo tengah mengawasi para tukang yang tengah merenovasi sebuah rumah di Jalan Teuku Umar. Keesokan harinya dia langsung memanggil Widodo dan mempersoalkannya karena rumah itu tak masuk laporan kekayaan. Jusuf menilai Widodo tak jujur.
"Mulai sekarang jij tidak KSAD lagi, nanti saya lapor Pak Harto," ujarnya seperti ditulis Panda Nababan dalam otobiografinya, 'Lahir Sebagai Petarung'.
Di lain kesempatan, Panda melanjutkan, Jusuf mengaku persoalan sebenarnya dari pemecatan itu bukan semata karena rumah. Dia merasa dilangkahi karena Widodo membentuk Forum Studi dan Komunikasi TNI AD tanpa memberi tahu kepadanya. M. Jusuf merasa dilangkahi dan tak senang sejak awal pembentukannya. Setelah R. Widodo dipecat dan digantikan Jendera M. Poniman, Forum pun dibubarkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain KSAD Jenderal R Widodo, semasa menjabat Menhankam/Pangab, Jenderal M. Jusuf juga memecat empat jenderal lainnya. Selain karena dinilai tidak disiplin, ketahuan tertidur saat rapat dan seorang di antaranya dipecat gara-gara rokok. Rupanya Jusuf tidak suka melihat tamunya merokok, tak peduli itu adalah sahabat sendiri.
Alkisah, pada suatu hari di tahun 1981, Pangkowilhan III Sulawesi-Kalimantan, Letjen TNI Leo Lopulisa melakukan kunjungan kehormatan ke Dephankam. Antara Leo dan Jusuf telah lama berteman karena pernah sama-sama terlibat dalam operasi penumpasan RMS di Maluku Selatan. Leo dikenal sebagai perokok berat. Tapi Jusuf menegur dan melarang merokok saat saat berada di ruangannya. "Saya tidak suka jij merokok, itu tidak sehat," ujarnya seperti ditulis Panda Nababan.
Merasa teman lama, Leo mencoba menawar atasannya itu. Apalagi di meja terlihat ada asbak. Jusuf berkeras dan menyebut asbak yang mungkin peninggalan Menhankam sebelumnya itu sebagai hiasan belaka.
"Saudara Leo, merokok itu tidak baik, tidak sehat. Napas jadi pendek."
Leo merespons nasihat kawannya itu sambil bergurau, "Betul Jenderal, napas pendek tapi umur justru panjang."
Simak juga Video: Eks KaBAIS soal Disharmonisasi Panglima-KSAD: Politik dan TNI Beda
Saat bertemu dengan Panda yang kala itu sebagai wartawan Sinar Harapan dan Agust Parengkuan dari Kompas, Leo menuturkan kembali percakapannya soal rokok dengan Jusuf. Cerita itu keesokan harinya terbit di Kompas. Tahu Jusuf tersinggung berat dengan cerita di Kompas itu, Panda tak ikut-ikutan menulis. Tak sampai sepekan kemudian, Leo dicopot dan ditugaskan sebagai Dubes di Filipina.
Lain lagi dengan nasib Pangdam Jaya Norman Sasono, Pangdam Sriwijaya Mayjen Obrin, dan Pangdam Tanjung Pura Subhan. Norman yang pernah bertugas di Paspampres dicopot karena kerap ke Cendana tanpa meminta izin. Obrin dicopot karena saat Jusuf sidak ke Palembang, dia tengah cuti di Jakarta.
Sedangkan Subhan yang juga ketua umum Inkai sedang mengikuti konferensi karate di Singapura.
"Ya sudah, dia tidak usah kembali ke tempat tugasnya di Pontianak. Jadi panglima karate saja," ujar Jusuf.
Letjen TNI (Purn) Rais Abin yang pernah menjadi Asisten Perencanaan Umum mengaku pernah berupaya menengahi pemecatan Obrin. "Dia kan cuti, Cup. Dia berhak cuti 12 hari setahun," ujar Rais seperti tertuang dalam memoarnya, 'Mission Accomplished'.
Jusuf menukas, "Aku tidak pernah cuti. Salah dia mengapa tidak ada waktu aku datang."