Berdasarkan The Royal Islamic Strategic Studies Centre di 2021, ada sekitar 86,7% populasi atau 231,05 juta penduduk Indonesia yang beragama Islam. Meski menjadi agama mayoritas, di beberapa daerah Islam bisa menjadi agama minoritas, seperti yang bisa ditemukan di Nusa Tenggara Timur. Menurut Badan Pusat Statistik di tahun 2021, 91,71% penduduk NTT memeluk agama Kristen, 52,45% Katolik, 39,265 Protestan, dan 8,09% Islam.
Walau Islam menjadi agama minoritas, tetapi umat muslim di sana dapat hidup berdampingan dengan penduduk lainnya yang beragama non-muslim. Hal ini bisa dilihat di Kota Kecil Wini, Kabupaten Timor Tengah Utara, NTT, sebuah wilayah yang berbatasan langsung dengan Timor Leste.
Di Kota Kecil Wini, tepatnya di Kecamatan Insana Utara berdiri sebuah masjid yang letaknya tak jauh dari bibir pantai. Masjid Nurul Mubin namanya, adalah sebuah masjid yang dibangun oleh penduduk di Wini pada tahun 1985.
Siapa sangka, masjid yang berdiri di atas tanah wakaf seluas 1.325 meter persegi ini dibangun bersama masyarakat dari berbagai etnis dan juga agama. Bahkan, beberapa penduduk yang tidak beragama muslim ikut membantu dalam pembangunan masjid satu-satunya di Kecamatan Insana Utara ini.
"Kami di sini juga bekerja sama dengan masyarakat setempat, jadi pembangunan masjid ini dibangun tidak sendirian, dengan teman-teman saudara-saudara yang non muslim. Sama-sama menanggung bahan dasarnya, termasuk kayu, bebak dan lain-lain, semuanya sama-sama ditanggung. Kerja pun juga gotong royong kita kerja gotong royong," tutur Imam Masjid Nurul Mubin Wini, Dahlan Lagi kepada detikcom beberapa waktu yang lalu.
Pada awalnya masjid ini hanya dibangun menggunakan bahan dasar kayu bulat, untuk dindingnya masih menggunakan bebak, yaitu sebuah bahan bangunan kayu yang berasal dari pohon. Sedangkan atapnya masih menggunakan daun.
"Pada awalnya berbentuk panjangnya 7 meter lebarnya 6 meter, sampai saat ini ukuran awalnya itu masih ada. Setelah itu mulai berkembang," kata Dahlan.
Singkat cerita, pada tahun 1999 Masjid Nurul Mubin mulai berkembang seiring banyaknya penduduk Timor Leste yang pindah ke Indonesia khususnya ke Wini. Masjid ini pun kembali direnovasi berkat adanya bantuan dari berbagai pihak.
"Setelah itu berjalan sampai tahun 2005, sudah 3 kali renovasi, renovasi dari Kemenag juga sudah ada. Dalam perjalanannya, Allah berikan rezeki kita mulai bentuk panitia dari masyarakat yang muslim, tidak menutup kemungkinan juga ada sumbangan dari luar, jadi sama-sama masyarakat yang non muslim juga ada baik tenaga maupun juga pikiran," ungkap Dahlan.
Sekarang masjid ini sudah berdiri dengan kokoh dan dapat menampung kurang lebih 100 jemaah. Masjid Nurul Mubin juga biasa menggelar kegiatan salat berjamaah, salat Jum'at hingga salat di Hari Raya Idul Fitri maupun Idul Adha.
Bahkan di tahun 2021, Masjid Nurul Mubin menjadi tempat salat bagi pasukan PBB yang bertugas menjaga wilayah Timor Leste yaitu di Distrik Oekusi.
"Masjid ini tahun 2021 itu dari pasukan PBB pernah salat di sini, waktu itu jaga Timor-Timor di oekusi itu salat di sini. Dari Malaysia, Afghanistan dulu juga pernah salat di sini," ucapnya.
Walau menjadi agama minoritas di Wini, Dahlan mengakui selama ini tidak mempunyai masalah kerukunan dalam beragama. Malah, ia mengatakan dalam hal kerukunan wilayah tempat masjid itu berdiri menjadi nomor 1.
"Karena kegiatan apapun yang kami lakukan, pasti tidak sendirian melainkan dengan saudara-saudara yang non muslim juga, baik itu Protestan, Katolik, dan kami umat Islam itu. Selain itu kalau ada kegiatan di gereja, kami juga sama-sama ke sana untuk membangun acaranya mulai dari fisik hingga pikiran ya kita sama-sama," ujar Dahlan.
Sebagai informasi, detikcom bersama BRI mengadakan program Tapal Batas yang mengulas perkembangan ekonomi, infrastruktur, hingga wisata di beberapa wilayah terdepan Indonesia. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus berita tentang Tapal Batas di tapalbatas.detik.com!
(akn/ega)