Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengunggah video saat mengunjungi Kampung Susun Cakung tempat relokasi warga Bukit Duri. Dalam unggahannya itu, Anies mengenang sosok kucing bernama Libi yang dijadikan monumen patung pengingat perjuangan warga Bukit Duri, Jakarta.
"Kisah Libi, kucing Bukit Duri. Monumen Kemanusiaan: 28 September 2016 di Kawasan Bukit Duri, seekor kucing bernama Libi menyaksikan betapa manusia menggusur tanah dan gubuk milik sesama manusia," kata Anies dalam caption unggahannya di Instagram, Minggu (28/8/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Secara sempurna melanggar hukum, hak asasi manusia, agenda Pembangunan Berkelanjutan, UUD 1945 serta sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab," lanjut Anies.
Kisah Libi Si Kucing Bukit Duri
Dalam video tersebut, Romo Sandiawan selaku tokoh masyarakat Bukit Duri berkisah tentang asal-usul monumen tersebut. Dia mengatakan bahwa patung kucing itu bermula dari seekor kucing bernama Libi yang ada di sanggar Ciliwung.
"Patung kucing ini gagasan karena waktu pas penggusuran, saya melihat di atas sanggar Ciliwung yang dihancurkan itu ada seekor kucing bernama Libi milik anak-anak sanggar yang melompat-lompat dalam terpaan backhoe yang mengerikan itu," ujar Sandiawan.
Saat backhoe menggusur lokasi sanggar tersebut, Libi si kucing Bukit Duri pun terlempar.
"Dan persis ketika backhoe itu menghancurkan pucuk dari sanggar itu di antara debu-debu itu kucing itu terlempar," ujarnya.
Bagaimana kisah selanjutnya? Baca di halaman berikutnya.
Simak juga 'Trotoar Jadi Jalan Utama Kota Tua, Anies Ingin Hadirkan Kesetaraan':
Awalnya, warga mengira kucing tersebut sudah mati. Namun, ternyata kucing itu datang ke lokasi penggusuran dan terisak di sana.
"Kami menduga kucing itu sudah mati. Tapi keesokan harinya, anak-anak melaporkan kucing itu sedang duduk terisak-isak di lokasi di mana sanggar itu sudah hancur," ungkapnya.
Atas peristiwa ini, Libi si kucing Bukit Duri lantas dijadikan simbol perjuangan oleh warga.
"Kucing bernama Libi ini kami jadikan simbol perjuangan kesetiaan," kata Sandiawan.