Dalam suatu negara, kehidupan rakyatnya telah diatur oleh Undang - undang. Adanya UU ini yang mengatur tata kelola di masyarakat dengan harapan menjadikan kehidupan yang harmonis. Meskipun demikian, bagi anggota masyarakat yang melanggar akan diberikan sangsi atau hukuman. Faktanya masih banyak yang melanggar peraturan dan berusaha untuk tidak terkena hukuman.
Bimbingan iman akan menjadikan seseorang menjadi bersikap kesatria. Ketika seorang mukmin tergelincir kakinya mengerjakan kesalahan, maka hatinya secepatnya sadar akan kesalahannya dan mendorong untuk datang dan tunduk menemui kekuasaan peradilan. Disini dia mengakui kesalahannya dan minta diberikan hukuman agar menjadi bersih kembali. Dia juga mengharapkan pengampunan dan penghapusan dosa dari Sang Pencipta.
Dikisahkan seorang wanita Arab Badui bernama Ghamidiah. Menemui Rasulullah dan menceritakan bahwa dia hamil karena zina, dia minta pengampunan dosa serta menerima hukuman yg akan dijatuhkannya. Rasulullah berkata, " Belum saatnya, pulanglah dan tunggu hingga janin yg kau kandung lahir. " Pada saat janin tersebut lahir, wanita ini menghadap Rasulullah lagi dan dijawab, " Pulanglah dahulu dan susui anakmu sampai dia berhenti menyusu. " Saat sampailah bayi tersebut berhenti menyusu dan wanita ini menghadap Rasulullah. Maka Rasulullah memberikan hukumannya. Wanita ini menemui Rasulullah dengan ikhlas dan meminta hukuman atas kesalahannya, hal ini dilakukan untuk membersihkan dirinya dari dosa yg telah diperbuatnya.
Sikap seperti ini jarang kita jumpai dan hampir tidak ada. Apakah masyarakat telah jauh dari bimbingan iman ?
Sikap mengakui kesalahan merupakan langkah awal untuk memperbaiki diri dan melangkah lebih jauh. Suatu pekerjaan yang dilakukan seseorang dengan bimbingan iman dan seseorang yg tidak ada bimbingan iman, maka hasilnya akan berbeda. Yang dapat bimbingan iman akan dengan mudah memperbaiki jika ada kesalahan karena atas kritik atau tahu dengan sendiri serta menyadari atas kesalahannya, dan sebaliknya bagi yang tidak ada bimbingan iman.
Keimanan akan memberikan kesan yg mendalam pada sikap seseorang untuk membantu ( memberi ). Menolong dan memberi pada seorang kawan yg memerlukan dengan rasa cinta, sebagaimana mencintai dirinya sendiri. Adakalanya berkat keimanan yg menggelora, seseorang lebih mengutamakan kawan dari pada dirinya sendiri. Rela memberikan sesuatu meski dirinya membutuhkan. Kita cermati kisah-kisah teladan dalam membantu kawan sebagai berikut : Umar bin khattab memerintahkan pembantunya untuk memberikan sejumlah uang kepada Ummul Mukminin Zainab binti Jahsy, Abu Ubaidah bin Jarrah dan Mu'adz bin Jabal. Semua pemberian itu diterima dg baik, namun para penerima ini membagikan kembali kepada para fakir miskin, anak yatim. Intinya para penerima lebih mementingkan orang lain yang lebih membutuhkan meski dia sendiri memerlukannya. Maka Umar bin Khattab merasa gembira dan berkata, " Mereka semua bersaudara. Antara satu dengan lainnya saling membantu."
Kisah-kisah di atas bukanlah cerita perorangan, tapi kisah itu merupakan hakikat masyarakat Islam : Yang tujuan, filosofi dan pandangan mereka tentang harta duniawi. Ada yang khusus dalam hal membantu pada saudaranya yg diabadikan dalam Al-Qur'an yaitu kaum Anshar di Madinah. Allah berfirman, " Dan orang-orang yg telah menempati kota Madinah dan telah beriman ( Anshar ) sebelum ( kedatangan ) mereka ( muhajirin ); dan mereka mengutamakan ( orang-orang muhajirin ) atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan ( apa yg mereka berikan itu ). Dan siapa yg dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yg beruntung." ( QS. al-Hasyr : 9 ).
Keterangan di atas menunjukkan bahwa, sangat jelas pengaruh agama dan iman dalam membentuk watak yg berakhlak kharimah. Pengaruh iman dalam membimbing manusia dan membentuk peradabannya merupakan realitas yg nyata. Oleh karenanya setiap peradaban bisa ditegakkan jika dibangun dengan landasan iman, guna mempertinggi akhlak manusia. Bahkan diantara orang yg tidak mengakui Tuhan dan agama turut membenarkan bahwa, ajaran dan didikan keagamaan memberikan sumbangan pada keharmonisan hidup manusia.
Renan, sastrawan kenamaan Perancis merasa bahwa manusia di zamannya masih hidup dalam lindungan agama dan dia sangat cemas terhadap generasi berikutnya yang menunjukkan gejala terlepas dari bimbingan keagamaan. Mereka akan bebas menuruti hawa nafsunya yang mendorong melakukan dusta, tidak amanah, pencurian dan pembunuhan dg segala alasannya.
Tampaklah jelas bahwa iman sangat mempengaruhi dan bermanfaat dalam menata akhlak dan kehidupan.
Kondisi kehidupan sosial di masyarakat saat ini mulai muncul gejala menarik jarak dengan iman sebagai landasan utama kehidupan. Beberapa pelanggar aturan negara dg cara apapun mengambil yg bukan haknya menjadi semakin sering kita dengar, kedisiplinan masyarakat menurun dan rendah terhadap penjagaan diri dari wabah. Inilah bukti bahwa upaya membumikan keimanan untuk landasan kehidupan makin menjadi prioritas, agar menuju kehidupan masyarakat yg harmonis.
Penulis mengajak, kita mulai dari lingkungan paling kecil yaitu keluarga, untuk menjadikan iman sebagai pedoman hidup.
Aunur Rofiq
Sekretaris Majelis Pakar DPP PPP 2020-2025
Ketua Dewan Pembina HIPSI ( Himpunan Pengusaha Santri Indonesia)
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih - Redaksi)
(erd/erd)