Memiliki keterbatasan berkomunikasi karena menyandang tuna rungu dan tuna wicara tidak membuat Kancil patah semangat untuk menjalani hidup. Dengan kegigihannya, pria itu kini jadi andalan masyarakat untuk memperbaiki perahu nelayan di Pulau Keramut (Keramat), Kepulauan Anambas.
Diketahui, sebagai kepulauan yang mayoritas wilayahnya didominasi oleh laut, transportasi perahu yang disebut masyarakat 'pompong' ini menjadi kendaraan sangat vital bagi nelayan. Sayangnya, tidak banyak 'tukang' yang bisa memperbaiki jika perahu tersebut rusak.
Kancil adalah salah satu di antara beberapa masyarakat di Pulau Keramut yang bisa memperbaiki itu. Meski disabilitas, Kancil sering diminta pertolongan oleh masyarakat agar perahu-perahu nelayan yang rusak bisa digunakan kembali.
"Nama dia Kancil, biasa orang sekitar sini memanggilnya bisu (tuna wicara). Jadi tukang (perbaiki perahu nelayan) kurang lebih sama saya 2 tahun," ungkap Muslim, salah satu teman Kancil di bengkel perahu nelayan kepada Tim Tapal Batas detikcom beberapa waktu lalu.
Muslim mengaku sering mengajak Kancil untuk memperbaiki perahu nelayan semisal ada permintaan dari masyarakat sekitar. Alasannya, hasil kerja Kancil dalam memperbaiki perahu nelayan sangat rapi sehingga bisa diandalkan.
"Awalnya kita panggil-panggil tukang (buat benerin perahu nelayan) namun tak dapat. Akhirnya kita tengok dia, ternyata bisa memperbaiki pompong itu dan cara kerja dia rapi," jelasnya.
Selain cara memperbaiki perahu nelayannya baik, Kancil juga sangat rajin dalam bekerja, dia biasa kerja seharian dan tak mengenal waktu. Keterbatasan Kancil sejauh ini tidak menghalanginya Muslim dan rekan-rekannya dalam bekerja.
"Kalau waktu dia tak tentu, jarang tepat malah. Tapi kerjanya rapi dan halus, jarang istirahat, jadi tak tentu hari, tak tentu jam, kadang-kadang mulai jam 12 dia kerja sampai malam," ungkapnya.
Muslim pun tak mempermasalahkan keterbatasan yang dimiliki oleh Kancil, yang penting selama ini diakuinya hasil kerja Kancil banyak disukai oleh masyarakat. Ia pun tak merasa terbebani meski Kancil tidak bisa berbicara dan mendengar.
"Dia emang bisu dari lahir, dia tak bisa dengar, ngomong pun tak pandai, jadi kita pakai kode-kode tangan selama kerja ini, tak masalah," imbuhnya.
Lebih lanjut, kata Muslim, biasanya Kancil menyelesaikan perahu-perahu nelayan dalam waktu 5 hari atau lebih, tergantung tingkat kerusakan perahu dan bahan-bahan yang tersedia untuk mengganti dan memperbaiki perahu nelayan tersebut.
"Iya biasa 5 hari selesai sama dia, 1 perahu," jelasnya.
Diketahui, Kancil saat ini tinggal sendiri di rumahnya. Sebelum menjadi tukang memperbaiki perahu nelayan dia kerap memancing untuk mengisi hari-harinya. Kini, ia bersama Muslim menjadi andalan masyarakat dalam menggerakan ekonomi kerakyatan di Pulau Keramut melalui bengkel perahu nelayan.
Sebagai informasi, mayoritas masyarakat di Pulau Keramut ini merupakan nasabah dari BRI. Seperti Muslim, dia biasa menabung hasil keuntungan dari memperbaiki perahu nelayan langsung ke Teras BRI Kapal, dengan harapan bisa memiliki dana darurat untuk bisa digunakan di lain hari.
Kaunit BRI Tarempa Farid Asparudin mengatakan BRI selalu hadir memberi pelayanan perbankan kepada pelaku usaha mikro untuk meningkatkan kapabilitas usahanya. Tak hanya melalui kantor unit, BRI juga hadir melalui Teras Kapal BRI.
Teras BRI Kapal ini sudah beroperasi selama 2 tahun dan telah menjangkau 6 wilayah di Anambas untuk meningkatkan inklusi keuangan dan mendukung ekonomi kerakyatan di pulau-pulau terpencil yang sulit diakses masyarakat seperti halnya di Pulau Keramut ini.
detikcom bersama BRI mengadakan program Tapal Batas yang mengulas perkembangan ekonomi, infrastruktur, hingga wisata di beberapa wilayah terdepan Indonesia. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus berita tentang Tapal Batas di tapalbatas.detik.com!
(akd/ega)