Pendidikan yang layak menjadi gerbang yang membuka masa depan anak bangsa. Hal inilah yang disadari oleh Budi Soehardi, Founder Yayasan Kasih Roslin yang telah mendedikasikan diri mengurus anak terlantar sejak tahun 1999 silam.
Pria yang telah melanglang buana ke berbagai belahan dunia saat berprofesi menjadi pilot ini memiliki kisah yang sungguh inspiratif. Meski kariernya cemerlang, ia justru memilih pensiun dini dan mendedikasikan waktu untuk anak-anak asuhnya yang tergabung dalam Yayasan Kasih Roslin.
Adapun kisahnya dengan para anak asuh ini dimulai pada suatu malam di tahun 1999, ia bersama keluarga yang sedang makan malam merasa tergugah saat melihat kondisi pengungsi Timor Timur di Atambua, Nusa Tenggara Timur. Sejak itu, ia bersama keluarga berupaya membantu para pengungsi hingga akhirnya pada 1999 dibangunlah Panti Roslin yang memberi tempat tinggal untuk bernaungnya para pengungsi.
Kini, Budi menjadi ayah angkat bagi ratusan anak di Kabupaten Kupang, NTT. Sebagai seseorang yang mengutamakan pendidikan, ia pun mewajibkan anak asuhnya untuk memperoleh pendidikan yang layak. Sehingga mereka wajib bersekolah dan belajar ilmu bercocok tanam. Berkat dedikasinya ini, ia pun pernah mendapat anugerah 'CNN Heroes 2009' atas kontribusinya pada kemanusiaan.
Kepada detikcom, Budi membagikan kisah inspiratifnya selama menjadi pilot serta motivasinya untuk terus membantu sesama dan mendorong pendidikan layak bagi anak-anak bangsa. Berikut petikan wawancaranya.
1. Boleh ceritakan awal perjalanan karier Anda, bagaimana Anda memulai dan apa tantangan yang Anda hadapi saat memulai karier?
Saya Budi Soehardi, lahir 31 Agustus 1956. Anak ke 5 dari 5 bersaudara. Ayah saya seorang dosen di UGM dan salah satu pendiri IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang menjadi Universitas Negeri Yogyakarta).
TK SD SMP SMA di sekolah BOPKRI (Badan Oesaha Pendidikan Kristen Indonesia). Sekolah BOPKRI adalah sekolah multikultur yang sangat mengedepankan universal values (Gubernur Ganjar Pranowo dan Dr Terawan adalah lulusan BOPKRI). Dengan values yang diajarkan selama bersekolah di BOPKRI, saya merasa confident dalam menghadapi hidup.
Masa kecil saya cukup berat karena ayah saya meninggal (16 Juli 1965, kecelakaan) pada saat saya berusia 9 tahun. Masa kecil saya sering makan satu hari satu kali tetapi karena kebersamaan kami sekeluarga maka kami bisa memakan berbagai buah organik dari kebun kami sendiri.
Hanya dengan pendidikan maka kita bisa menjadi apa saja sesuai dengan usaha kita. Pernah kuliah di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta selama 1 bulan 3 hari saja karena saya ke Australia, dikirim oleh Garuda Indonesia ke Australian Flying Training School dan Bankstown Aviation College sebagai calon penerbang Sipil pada Juni 18 1976. Selesai training dan kembali ke Indonesia 21 Desember 1977 dengan Commercial Pilot License, Multi Engine dan Instrument rating (bisa menerbangkan pesawat dengan hanya melihat instrumen dan tanpa melihat keluar).
· Selesai training di Garuda dan mulai bekerja sebagai co-pilot Fokker F28 April 10 1978 dengan dasar kontrak kerja 10 tahun.
· Tahun 1983 menjadi Captain Fokker 28 dan terus bekerja di Garuda sampai Desember 1989.
· Januari 1990 saya ke Korean Airlines dan bekerja sampai Juni 1998.
· Juli 1998 saya mulai terbang untuk Singapore Airlines sampai 2015. Saya menerbangkan pesawat wide body Boeing dan Airbus kecuali A380.
Yang paling berkesan menerbangkan B747-400 (paling besar saat itu , sekarang ada B747-800) dan A340-500 (pesawat dengan daya jelajah terpanjang di dunia , bisa terbang 20 jam lebih. Saya sering terbang mengelilingi bumi 3 kali sebulan karena terbangnya hanya Singapore ke New York dan kembali ke Singapore. Rute satunya adalah Singapore-Los Angeles-Singapore. Terbang melintasi Samudera Pasifik, Atlantik, dan kutub utara sangat penuh dengan keindahan alam dan kadang juga was-was karena harus melintasi daerah-daerah yang ada badai typhoon, hurricane, Cyclone, dan sebagainya.
Pengalaman bekerja sebagai penerbang sangat indah, menyenangkan tetapi penuh dengan kedisiplinan (saya sehat sampai pensiun , tidak merokok, minum alkohol. dan sampai sekarang masih rutin olahraga). Hidup ini indah , tetaplah tinggal di dalam keindahan itu. Life is good, be in it
2. Apa yang mendasari Anda untuk memilih karier yang Anda jalani saat ini?
Setelah 40 tahun terbang dengan perlindungan Tuhan (tanpa accident dan incident) maka sudah sewajarnya kita mencoba yang terbaik agar bisa berguna bagi sesama. Dengan melayani secara tulus, maka Tuhan akan hadir dan akan menyempurnakan semua kegiatan kita. Tuhan akan hadir dengan pertolongan-pertolongan dan jalan-jalan yang diperlukan. Tuhan akan hadirkan orang lain di saat kami tidak mampu.
3. Bagaimana momen up and down dalam karier Anda? Dan bagaimana Anda bangkit saat berada di posisi terendah saat itu?
Selama berkarier sebagai penerbang saya tidak pernah mengalami up and down, kecuali seringnya harus pisah dengan keluarga saat sedang tugas terbang. Sebagai penerbang karier saya selalu up dan up saja, sampai saya putuskan untuk pensiun dini (usia pensiun penerbang adalah 65, saya berhenti pada usia 59). Dalam hal lain saya ingin menutup panti asuhan di tahun 2007.
4. Apa motivasi terbesar Anda dalam menjalani karier? Apa yang membuat Anda bertahan hingga berada di posisi sekarang?
Motivasi hidup sejak kecil (karena ditinggal ayah sangat cepat) adalah bagaimana bisa hidup mandiri. Semua kesempatan yang ada harus dimanfaatkan dengan baik, belajar hal-hal yang berguna dan jangan buang waktu di masa muda dengan kegiatan-kegiatan yang kurang bermanfaat.
Di saat sekolah jangan mengejar menjadi anak populer dalam hal yang tidak ada gunanya (hindari rokok, alkohol, dan narkoba). Kejar segala keterampilan yang bermanfaat. Kebersamaan adalah modal besar untuk kesejahteraan semua orang harus rukun dan kedepankan universal values
Satu hal yang perlu saya share, penyesalan tidak akan mengubah masa lalu, kekhawatiran juga tidak akan mengubah masa depan. Saat ini adalah saatnya bertindak, bekerja atau laksanakan kegiatan, sekecil apapun lakukan untuk meringankan diri sendiri di masa depan dan jangan menunda.
5. Apa impian terbesar yang ingin Anda wujudkan? Jika ada yang belum terwujud, bagaimana langkah-langkah Anda dalam mewujudkannya?
Saya ingin agar Indonesia lebih maju di bidang pendidikan. Di NKRI, SD ada sekitar 141.000 sekolah, SMP sekitar 39.500 sekolah, SMA sekitar 29.000 saja. Jadi setiap tahun ada lulusan dari sekitar 100.000 sekolah SD yang tidak mempunyai bangku di SMP.
PISA score Indonesia sangat rendah (The OECD Programme for International Student Assessment), saat Ini Indonesia berada di ranking 75 dari 81 negara. Saya ingin lebih banyak SMP ke atas dibangun oleh pemerintah.
Saya sedang berusaha mengubah TK Gratis Roslin (sejak 2013) menjadi SMK. SMK sangat diperlukan agar tenaga lulusannya bisa segera menjadi entrepreneurs dan membantu ekonomi keluarga. Setelah keluarga lebih kuat ekonominya, maka anak-anaknya bisa bersekolah lebih baik.
Dengan bersekolah lebih baik maka nantinya gaji dan kesempatan berkarya lebih baik. Semoga usaha kami membuat SMK bisa terlaksana. Saat ini kami perlu dana yang mana saya sudah pensiun. Kami sedang mencoba menjual tanah di Jakarta dan di Klaten tapi belum laku (untuk renovasi sekolah). Hal lain yang ingin saya capai adalah menciptakan integrated farm, di mana kita akan bisa melatih anak-anak dalam hal pertanian, peternakan, dan perikanan (tanah sudah ada).
6. Ceritakan pengalaman paling berkesan/berharga dalam menjalani karier Anda?
Pendampingan Tuhan di dalam karier saya selama 40 tahun; saya dan keluarga dibebaskan dari accident dan incident, saya diberi kesehatan yang baik dan diberkati dengan banyak teman. Kedua, niat baik akan diberkati Tuhan yang dengan tanpa meminta maka Tuhan akan ikut hadir di dalam segala kegiatan kita dan menuntaskan semua masalah.
Ketiga, bisa keliling bumi sebanyak 3 kali dalam satu bulan (mengalami fenomena-fenomena alam yang menakjubkan yang berbeda-beda di setiap perjalanan. Empat, sangat berterima kasih kepada Tuhan, dari anak kampung keluarga kurang mampu dimampukan dalam banyak hal, diberkati pekerjaan yang sangat baik.
Kelima, diberi kesempatan untuk give back di saat saya masih sehat. Lalu yang paling berkesan, saat saya terbang dari LA ke Singapore direct. Saat itu ada dua super typhoon di jalan (super typhoon sangat berbahaya, yaitu badai dengan hujan angin yang mencapai 200 mil per jam). Setelah melihat rencana jalur penerbangannya saya katakan bahwa perjalanan kita berisiko tinggi karena level turbulencenya sangat banyak dan keras sekali. Saya minta dibuatkan jalur penerbangan yang baru yang lebih aman.
Oleh kantor dibuatkanlah jalur yang baru, tetapi menurut perhitungan saya rencana jalur baru itu semakin tidak bagus. Saya minta tolong jalur yang lebih baik, kantor menjawab jalur waktu itu hanya ada dua saja. Atas jawaban tersebut saya buatkan jalur baru dan suggest agar minta izin dengan jalur baru tersebut. Kantor mengatakan bahwa jalur yang saya buat adalah ilegal dan tidak ada di database.
Saya terima berangkat dengan jalur pertama yang diberikan, setelah terbang 30 menit dan mencapai cruising stage, saya buat sendiri permintaan jalur baru buatan saya ke Oakland Center (otoritas Amerika untuk perjalanan kami waktu itu).
Oleh Oakland Center, di samping memberikan izin saya terbang dengan jalur baru saya, jalur saya diterima dan bahkan disempurnakan pada satu titik tertentu sehingga ada penghematan waktu sekitar 2 menit lagi.
Lalu apa yang terjadi? Dengan jalur baru saya, maka kami sampai di Singapore 81 menit lebih awal dari jalur yang diberikan oleh kantor dan saya terbebas sama sekali dari dua super typhoon dan terhindar sebanyak hampir 1000 km dari typhoon- typhoon tersebut. Kami juga lebih hemat bahan 7,3 ton (hanya di satu penerbangan saja).
Setelah mendarat saya usulkan agar jalur yang saya buat dipakai oleh perusahaan dan pada hari berikut perusahaan meminta pilotnya memakai jalur baru yang saya buat. Sejak hari itu perusahaan (Singapore Airlines) terus memakai jalur baru saya dan SQ mampu menghemat operating cost jutaan dollar per tahunnya.
Ide saya di-publish di majalah SQ dan saya dapat penghargaan uang (yang saya pakai beli genset besar merk terkenal untuk di Panti Asuhan Roslin dan masih berfungsi dengan baik setelah 12 tahun). Jangan menyerah pada kondisi apapun, harus selalu berusaha dan think out of the box sangat bermanfaat (berinovasi).
Sebagai informasi, foto 77 Potret Anak Bangsa di atas diabadikan oleh kamera OPPO Reno8 Pro 5G 'The Portrait Expert'. Ponsel ini dilengkapi chipset MariSilicon X, memberikan performa AI terbaik dalam mengolah foto maupun video bahkan saat kondisi minim cahaya.
OPPO Reno8 Pro 5G mampu membuat siapa pun dapat menghasilkan karya dan mengekspresikan diri tanpa batas melalui teknologi yang dimiliki, desain yang memukau dan performa paling unggul. Kamu juga bisa berpartisipasi dalam kampanye 77 Potret Anak Bangsa di Instagram OPPO Indonesia, kunjungi website resmi OPPO Indonesia untuk informasi lebih lanjut melalui tautan ini.