Valentina Sastrodihardjo, Perintis Sekolah Beratap Jembatan

Nada Celesta - detikNews
Minggu, 17 Jul 2022 07:02 WIB
Jakarta -

Area bawah jembatan di timur Universitas Negeri Jakarta tampak lebih hidup di Minggu sore. Biasanya, di waktu tersebut akan terlihat pemandangan puluhan anak-anak sedang bernyanyi bersama, membaca buku, atau bermain. Beralaskan terpal, anak-anak terlihat menjalankan aktivitasnya di kolong jembatan itu dengan riang gembira.

Pemandangan itu adalah aktivitas Rumah Belajar Pelangi Nusantara, atau yang awalnya dikenal sebagai Sekolah Kolong Pelangi. Biasanya, kegiatan belajar di kolong ini dipandu oleh dua orang, salah satunya adalah Valentina Sastrodiharjo sekaligus pendiri sekolah alternatif ini.

Sehari-hari, Valentina bekerja sebagai guru les privat. Dalam sehari, ia bisa mengajar beberapa murid berturut-turut. Sementara itu, akhir pekan adalah saatnya bagi Valentina mengajar di sekolah kolong.

Kegiatan ini telah ia lakukan selama belasan tahun. Meskipun jarak tempat tinggalnya dengan sekolah kolong cukup jauh, Valentina tetap menjalaninya dengan riang. Menggunakan sepeda motor, ia biasa membawa barang-barang yang dibutuhkan untuk mengajar seperti terpal dan alat-alat peraga.

Kepedulian Valentina bermula saat dirinya masih berstatus mahasiswa di Universitas Negeri Jakarta. Ia memperhatikan, ada banyak anak-anak di sekitar sana yang harus mengamen, mengemis, dan berjualan untuk membantu penghidupan keluarganya.

"Di usia anak-anak ini harusnya mereka itu saatnya bermain, saatnya belajar, kok mereka harus berjualan. Saya berinisiatif dengan teman-teman saya untuk membuat komunitas belajar untuk anak-anak di sini. Kami riset dulu selama empat bulan," kenang Valentina saat ditemui tim detikcom untuk program Sosok (10/7/22).

Perjalanan Valentina dalam mencerdaskan anak-anak di sekitar kolong Rawamangun juga tak selalu mulus. Beberapa tahun awal, rumah belajar yang ia dirikan harus mengalami beberapa kali pindah tempat.

Mulanya, ia menggunakan sebuah pos pengamanan di kawasan sekitar Rawamangun untuk kegiatan belajar mengajar. Dua tahun berjalan, Valentina harus rela melihat rumah belajarnya dihanguskan. Hal ini akibat dari lokasi rumah yang dibangun di atas lahan sengketa.

"Saya pun nggak diberi kabar juga sama pihak Rawamangun. Tahu-tahu semuanya itu sudah habis, tidak berbekas. Jadi waktu itu saya sedih, saya nangis. 'Ya ampun Tuhan, kenapa kok bisa seperti ini?'" kenangnya.

Valentina di mata mereka, halaman berikutnya






(nad/vys)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork