Tak patah semangat, Valentina kemudian memindahkan rumah belajarnya ke area bawah jembatan penyeberangan di depan gedung Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta. Tidak lama kemudian, ia pindah lagi ke area dekat halte penyeberangan. Namun, lagi-lagi ia harus pindah karena kegiatannya tidak disetujui masyarakat setempat. Di samping itu, juga khawatir dengan keselamatan murid-muridnya bila mengacuhkan reaksi para warga.
Baru di tahun ketiga, rumah belajar itu menetap di area kolong jembatan Jl. Jend. Ahmad Yani. Meski akhirnya memiliki tempat yang tetap, kondisi kolong sebagai tempat belajar memang jauh dari kata ideal. Suara kendaraan yang berlalu lalang, genangan air di beberapa titik saat hujan, serta fasilitas belajar yang seadanya menjadi tantangan tersendiri dalam melakukan kegiatan belajar mengajar di area ini.
Meski penuh tantangan, Valentina tidak pernah berhenti. Tak hanya memberi ilmu, Valentina juga bertekad untuk menebar kebahagiaan pada anak-anak didiknya. Untuk mencapai hal tersebut, Valentina sering membuat acara perayaan hari-hari nasional bersama anak-anak didiknya, membuat kelas inspirasi yang mendatangkan praktisi, serta membagikan buku pelajaran gratis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebab itulah, warga di sekitar kolong jembatan sudah mengenal baik sosok Valentina. Indri, adalah orang tua dari salah satu anak didik Valentina yang terlama. Mengenal dan percaya pada ketulusan Valentina, Indri pun menyerahkan Keisya, anaknya, untuk dididik Valentina.
"Kita sama Kak Valent udah kaya keluarga, bukannya ibu guru lagi, udah keluarga. Karena Kak Valent, jadinya bisa les, gratis lagi, anak-anak dikasih (buku-buku) juga," kata Indri saat ditemui tim detikcom.
Ada perubahan dalam diri anak-anak itu, halaman selanjutnya.