Kolom Hikmah

Tangan di Atas

Aunur Rofiq - detikNews
Jumat, 08 Jul 2022 07:59 WIB
Foto: Ilustrasi: Zaki Alfaraby/detikcom
Jakarta -

Pada hari Selasa pagi 28 Juni 2022 penulis dalam perjalanan dari hotel menuju rumah Ibu di kompleks perumahan jalan Jaksa Agung Suprapto Gresik dengan diantar taksi. Pada saat mobil memutar, driver taksi seperti menyesal sekali tidak memberikan uang pada orang yang bantu mengatur lalu lintas.

Sampai berkali-kali penyesalan itu diungkapkan dan berkata, " Tidak pernah saya kelupaan menyimpan uang logam di sini (sambil menunjuk tempat yang biasanya banyak uang logam ).

Akhirnya penulis berdialog dengan sopir yang dermawan (kriteria penulis). Dia bercerita bahwa anak-anaknya selalu diajarkan untuk berbagi dan terutama menjadi orang yang tangan di atas. Saat Sang Bapak memberikan uang, sang anak tidak menghabiskan sendiri, dia bagi dengan teman-temannya. Kisah ini sebetulnya sering kita jumpai dan biasa.

Namun, penulis melihat ada makna akhlak yang diajarkan oleh sang sopir untuk menjadi orang yang selalu bermanfaat bagi orang lain. Dia percaya apa yang dilakukan pasti Gusti Allah Swt. akan memberikan balasannya.

Dalam sebuah hadits populer yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari, Muslim dan Ahmad bin Hanbal, Rasulullah Saw. bersabda," Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah."
Hadits ini menjelaskan, bahwa tangan di atas adalah orang yang bersedekah, dan tangan di bawah adalah orang yang menerima pemberian. Kemudian, kebanyakan orang menafsirkan bahwa "orang yang memberi lebih baik daripada orang yang menerima."

Sebagai penerima sedekah bukan berarti buruk, namun perlu kesabaran memohon pada Allah Swt. untuk tidak menjadi orang yang meminta-minta. Adapun makna hadis tersebut adalah menjaga kehormatan seseorang untuk tidak menjadi orang yang meminta-minta.

Allah Swt. selalu menciptakan sesuatu dengan seimbang. "Tangan di bawah" adalah penyeimbang "tangan di atas." Coba kita bayangkan jika dunia ini hanya dihuni oleh pemilik "tangan di atas", maka siapakah yang akan menerima sedekah ?. Dalam pemerintahan suatu negeri, jika pada saatnya semua warga negara tersebut dalam keadaan makmur dan menjadi tangan di atas yang merupakan dambaan semua warganya. Maka pengelolaan negeri itu bisa dianggap berhasil dan nilai atau jumlah sedekahnya bisa disalurkan pada warga yang membutuhkan negeri lain.

Kembali pada kisah sang sopir yang teguh menjadi orang tangan di atas, dia bukan termasuk orang yang berkelebihan meski mampu mencukupi keluarganya dengan hidup sederhana. Kisah ini mempunyai kesamaan makna dengan seorang pemuda (budak berkulit hitam). Konon Abdullah bin Ja'far singgah di kebun kurma yang dimiliki seseorang dan dijaga oleh pemuda kulit hitam itu. Dia melihat pemuda itu mengeluarkan bekal makanannya sebanyak tiga bagian. Tiba-tiba ada seekor anjing mendekat, lalu pemuda itu melemparkan satu bagian makanannya, anjing memakannya. Kemudian pemuda itu melemparkan bagian makanannya sampai habis. Abdullah bertanya, " Wahai Anak Muda, berapa bekal makananmu setiap hari ?" Pemuda menjawab, " Sesuai yang telah engkau lihat."

Abdullah berkata, " Kenapa engkau memprioritaskan anjing itu?" Dia menjawab, " Ini bukan daerah anjing. Ia datang dari tempat jauh dalam keadaan lapar, maka aku tidak mau memulangkannya." Abdullah berkata," Apa yang akan engkau lakukan hari ini." Jawabnya, " Aku tidak makan hari ini." Maka Abdullah berkata dalam hati, " Pemuda ini menampakkan kedermawanan. Sungguh dia lebih dermawan dari padaku."

Lalu Abdullah membeli kebun kurma itu dengan penjaganya, kemudian dia memerdekakan pemuda kulit hitam dan memberikan kebun tersebut padanya.

Menjadi dermawan tidak harus menunggu menjadi kaya, seorang pemuda dan sopir taksi telah memberikan teladan pada kita semua. Saat lapang mungkin lebih mudah menjadi dermawan bagi sebagian orang, dan saat sempit tidak banyak yang mampu menjadi dermawan. Hal yang sama saat Hari Raya Idhul Adha, berkurban ada yang menabung dari setahun, dua tahun yang lalu. Makna berkurban adalah memberikan pengorbanan, maka janganlah ragu untuk itu. Bergegaslah menuju menjadi seorang dermawan dalam keadaan apapun, semoga Allah Swt. terus meneguhkan hati kita dan membersihkannya dari sifat sombong, riya' dan bakhil.

Aunur Rofiq

Sekretaris Majelis Pakar DPP PPP 2020-2025

Ketua Dewan Pembina HIPSI ( Himpunan Pengusaha Santri Indonesia)

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih - Redaksi)




(erd/erd)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork