Eks Petinggi ACT Ahyudin Buka Suara soal Gaji Besar yang Jadi Sorotan

Eks Petinggi ACT Ahyudin Buka Suara soal Gaji Besar yang Jadi Sorotan

Zunita Putri - detikNews
Selasa, 05 Jul 2022 16:23 WIB
Presiden ACT Ahyudin
Mantan Presiden Aksi Cepat Tanggap (ACT) Ahyudin (Akfa Nasrulhaq/Detikcom)
Jakarta -

Mantan Presiden Aksi Cepat Tanggap (ACT) Ahyudin menjelaskan tentang isu gaji ratusan juta yang dia dapatkan saat menjadi petinggi ACT. Ahyudin mengungkapkan asal usul gajinya yang diterima ketika menjadi petinggi di ACT.

Perihal gaji petinggi ACT ini dibahas dalam laporan utama majalah Tempo yang berjudul 'Kantong Bocor Dana Umat' pada Minggu (3/7). Laporan tersebut membuat media sosial ramai tagar #AksiCepatTilep dan #JanganPercayaACT.

Dalam laporan tersebut, Ahyudin saat masih menjadi petinggi di ACT disebut menerima gaji besar yang jumlahnya lebih dari Rp 250 juta per bulan. Selain itu, Ahyudin disebut mendapat tiga mobil mewah, yakni Alphard, Pajero Sport, dan Honda CR-V.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terkait isu itu, Ahyudin pun memaparkan sumber gaji yang dia dapatkan ketika menjadi petinggi ACT. Dia menyebut gajinya itu berasal dari beberapa lembaga bukan hanya ACT. Namun dia tidak merinci jumlah gaji yang dia terima per bulan.

"Sumber dana remunerasi. Remunerasi atau gaji yang diterima adalah akumulasi gaji dari banyak lembaga bukan hanya dari ACT. Total remunerasi atau gaji yang diterima merupakan akumulatif dari banyak lembaga, ACT hanyalah salah satu dari sekian banyak lembaga yang pernah saya pimpin," ujar Ahyudin kepada wartawan, Selasa (5/7/2022).

ADVERTISEMENT

Ahyudin menyebut, selain ACT, ada lembaga lain sebagai sumber remunerasi semua SDM, yaitu Global Wakaf, Global Zakat, Global Qurban, MRI, DMIII (Disaster management institute of Indonesia), lalu di bawah Global Wakaf juga masih banyak program produktif lainnya: lumbung ternak wakaf, lumbung beras wakaf, lumbung air wakaf, dan lain-lain. Lembaga-lembaga itu, katanya, dipimpin oleh Ahyudin.

"Semua lembaga-lembaga tersebut dibawahi oleh satu holding berlegal perkumpulan, yaitu GIP (Global Islamic Philanthropy) di mana saya menjadi presidennya. Semua leader lembaga adalah tim leader inti di GIP: president, senior vice president, vice president, dir eksekutif, dan direktur," paparnya.

"Sumber dana GIP adalah dari semua lembaga yang dibawahinya. Termasuk saya sebagai presiden GIP. Di semua lembaga yang dibawahi GIP saya adalah ketua dewan pembina yayasan. Sedangkan leader GIP yang lainnya (para SVP, VP, dan BOD lainnya) adalah tim pengurus di legal yayasan lainnya. GIP menjadi holding dari semua lembaga sudah berlangsung sejak GIP dilahirkan sekitar tahun 2013," lanjutnya.

Menurutnya, remunerasi profesional bagi semua SDM lembaga mulai dijalankan setelah pencapaian penerimaan dana (dominan donasi) secara akumulatif mencapai Rp 500 miliar lebih per tahun, sejak 2018 hingga 2021.

Simak halaman selanjutnya

Saksikan Video 'Heboh ACT soal Pengelolaan Dana hingga 'Dipaksa' Buka Suara':

[Gambas:Video 20detik]



Alasan Lembaga Sosial Beri Gaji Besar

Ahyudin pun menjelaskan tentang gambaran akumulasi jumlah dana donasi yang diterima semua yayasan di bawah GIP dan alasan lembaga memberikan gaji relatif besar.

Ahyudin mengungkapkan, dalam kurun 5 tahun sejak 2017 sampai 2021, total dana donasi terhimpun mencapai hampir Rp 3 triliun dalam bentuk uang tunai dan sebagian dalam bentuk aset dan natura yang diterima oleh semua yayasan di bawah GIP. Ahyudin mengungkapkan total akumulasi donasi selama 17 tahun sejak 2005 hingga 2021 sekitar Rp 4 triliun lebih.

Dia pun mencontohkan Global Qurban. Lembaga itu katanya memperoleh donasi lebih dari 100 ribu ekor setara kambing dalam 5 tahun terakhir sejak 2017 sampai 2021.

Karena itu, menurutnya, wajar bila gaji SDM di lembaga sosial itu besar. Jika kecil, dia menilai kemungkinan jarang orang yang tertarik mengelola lembaga sosial.

"Saya ingin mengangkat posisi lembaga amal sosial di tanah air itu tinggi, berkelas, prestise, dan profesional dan yang terpenting adalah mampu menghadirkan kebermanfaatan yang besar bagi masyarakat luas. Dengan demikian diharapkan banyak para profesionalis hebat ikut terjun ke dunia sosial. Jika gaji di lembaga sosial kecil apalagi ditiadakan, maka mana mungkin orang-orang hebat profesional tertarik mengelola lembaga amal sosial," katanya.

Dia pun kembali menegaskan gajinya itu diperoleh tidak hanya dari ACT. Meski begitu, dia tidak merinci berapa jumlah gaji yang dia terima.

"Jadi tak benar jika Tempo menyampaikan bahwa gaji yang saya dan tim saya terima itu hanya dari ACT, dan besarnya sebesar itu, lebih lengkap bisa dikonfirmasi ke leader keuangan di ACT," tutupnya.

Halaman 3 dari 2
(zap/dwia)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads