Yayasan Aksi Cepat Tanggap (ACT) mengakui adanya pengurangan SDM hingga 560 karyawan. Pengurangan karyawan ini gegara pandemi COVID-19.
"Kita memahami semenjak pandemi COVID menghantam bangsa kita, dan ini sudah tahun ketiga, tidak menutup kemungkinan bagi kami juga beberapa perusahaan dan lembaga-lembaga mengalami dampaknya, tidak terkecuali lembaga ACT," ujar Presiden ACT, Ibnu Khajar, dalam konferensi pers yang digelar di kantor ACT, Jakarta Selatan, Senin (4/7/2022).
"Saat ini di tahun 2021, awal tahun 2021, kami memiliki SDM 1.688 orang, dan pada saat ini SDM terkini pada Juli 2022 ini jumlahnya 1.128 (karyawan)," lanjutnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ibnu menuturkan, dengan pengurangan SDM ini, diharapkan dapat berpengaruh terhadap kinerja ACT. Selanjutnya, ACT akan mengoptimalkan peran dan fungsi karyawan yang tersisa.
"Kami berharap pengurangan karyawan ini untuk meningkatkan produktivitas kerja, di samping kita juga optimalkan beberapa karyawan karena saat ini mengharuskan lembaga ini bisa berjalan lebih baik ke depan," jelasnya.
ACT Mohon Maaf
ACT buka suara usai heboh #AksiCepatTilep seiring pemberitaan di majalah Tempo. ACT pun meminta maaf sebesar-besarnya kepada masyarakat.
"Permohonan maaf yang luar biasa sebesar-besarnya kepada masyarakat mungkin kurang nyaman terhadap pemberitaan," kata Ibnu Khajar.
Dia kemudian menjelaskan soal kelembagaan ACT. Dia menyebut ACT merupakan lembaga kemanusiaan yang terdaftar di Kementerian Sosial, bukan lembaga amil zakat.
"ACT adalah NGO yang sudah berkiprah di 47 lebih negara supaya menjadi kebanggaan bangsa ini. ACT menjadi penyalur bantuan kebaikan dermawan. Ini perlu kami sampaikan di awal," ucapnya.
Sebelum ramai tagar #AksiCepatTilep, pada Minggu (3/7) semalam, ramai #JanganPercayaACT. Tagar itu muncul seiring dengan pemberitaan majalah Tempo.
Tonton video 'Heboh Dugaan Penyelewengan Dana ACT, Anggota DPR Minta Negara Usut':