Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Serang Asep Nugraha Jaya mengatakan akan memanggil pengawas dan kepala sekolah terkait dugaan pemotongan bantuan Program Indonesia Pintar (PIP) untuk siswa di salah satu SD Negeri di Kecamatan Ciomas. Asep mengatakan, jika benar ada pemotongan, harus ada yang bertanggung jawab dan mengembalikan.
"Kalau ada informasi begini saya panggil pengawasnya kalau perlu kepala sekolahnya, kalau misalnya yang bersangkutan memang mengakui itu harus segera diserahkan, dikembalikan," kata Asep kepada wartawan, Selasa (14/6/2022).
Asep mengatakan kasus pemotongan PIP pernah terjadi di salah satu kecamatan di Serang. Persoalan ini langsung teridentifikasi dan oknumnya diminta mengembalikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemarin katanya muncul di (kecamatan) Kragilan, saya sudah selesaikan, sudah dikembalikan," ujarnya.
Ia mengaku baru mengetahui ada potongan serupa di salah satu SDN di Ciomas tersebut. Pihaknya perlu melakukan cek lapangan untuk mengklarifikasi keluhan wali murid.
"PIP itu harus diberikan kepada anak," ujarnya.
Asep menegaskan bahwa jika informasi ini benar, oknum pemotong harus mengembalikan hak siswa tersebut. Sebab, kata dia, Dindikbud sudah memberi peringatan bahwa tidak boleh ada pemotongan terhadap hak siswa.
"Harus dikembalikan, nggak ada istilahnya nggak dikembalikan, harus. Ada dana untuk peruntukannya sekolah dana BOS ada yang melalui pengelola sekolah, yaitu PIP," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, wali murid di salah satu SDN di Ciomas mengaku jadi korban pemotongan bantuan PIP. Bahkan beberapa kali bantuan ini tidak sampai ke tangan siswa.
Simak berita lengkapnya pada halaman berikutnya.
Wali murid bernama Junah mengaku di rekeningnya cair PIP lima kali. Tapi ia ternyata baru mendapatkan sekali pada saat anaknya kelas II pada 2017.
"Cuma satu kali pencairan, itu nerima Rp 350 ribu dapatnya Rp 450 ribu dipotong Rp 100 ribu, katanya buat biaya guru, buat sekolah," kata Junah.
Dia mengatakan buku rekening baru diserahkan pihak sekolah setelah wali murid protes. Ternyata ada puluhan korban penggelapan dan pemotongan lain.
"Kemarin (dapat buku rekening), semuanya juga rame, baru dikasih sama kepala sekolah, jadi ketahuan, saya dapat buku pas sudah lulus anaknya dapat rekeningnya," ujarnya.
Hal serupa juga terjadi pada Juleha yang anaknya kelas 5. Di rekeningnya ada pencairan PIP sebanyak 5 kali tapi ia baru mendapatkan bantuan sebanyak tiga kali.
"Yang saya nggak ngerasa dua kali, yang dua kali ke mana, kan saya orang tua," ujarnya.