Khilafatul Muslimin memiliki struktur tertinggi, yakni Khalifah Pusat. Struktur di bawahnya ialah Daulah, Ummul Qura, hingga Kemasulan.
"Nah, apakah itu (konvoi motor) ada instruksi pusat? Bukan pusat, tapi dari tingkat Daulah," kata dia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Abudan mengatakan kegiatan konvoi motor ini sudah berlangsung sejak pertengahan 2018. Dia mengatakan awalnya konvoi ini digagas sebagai rentetan acara sebelum digelarnya acara bertajuk 'Syiar Kekhilafaan Islam Dunia' di Jakarta.
Dia mengatakan kegiatan konvoi motor syiar khilafah kemudian berlanjut menjadi agenda rutin. Dia mengklaim konvoi motor itu digelar tiga bulan sekali.
"Ini sudah berlangsung dari 2018. Nah pas tahun 2019 lalu kami tetap mengadakan tapi diubah jadi empat bulan sekali," ucapnya.
Muhammad Abudan membantah organisasinya terkait dengan terorisme. Menurutnya, pandangan tersebut salah. Abudan juga menerangkan konvoi tersebut bukan untuk mempromosikan khilafah sebagai bentuk sistem pemerintahan suatu negara dan Khilafatul Muslimin tidak ingin menentang konstitusi atau menggulingkan kekuasaan.
"Kalau dikaitkan, itu pintarnya orang yang mengaitkan saja dengan terorisme, radikalisme, intoleran, entah apa-apa yang busuk dikaitkan kepada kita," kata Abudan kepada wartawan.
BNPT Sebut ideologi Khilafatul Muslimin Sama Dengan HTI
Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Brigjen R Ahmad Nurwakhid menyebut Khilafatul Muslimin memiliki ideologi sama dengan HTI yang telah dibubarkan pemerintah, yaitu mendirikan khilafah.
"Konvoi rombongan yang membawa tulisan Kebangkitan Khilafah di Cawang, Jakarta Timur, juga terjadi sebelumnya di Brebes. Mereka mengkampanyekan tegaknya sistem khilafah sebagai solusi umat yang dilakukan oleh kelompok Khilafatul Muslimin," kata Ahmad Nurwakhid kepada wartawan, Selasa (31/5).
"Kampanye ini sebenarnya memiliki visi dan ideologi yang sama dengan HTI yang telah dibubarkan oleh Pemerintah. Bedanya, Hizbut Tahrir (HTI) merupakan gerakan trans-nasional dan sedang memperjuangkan sistem khilafah di berbagai negara. Sementara Khilafatul Muslimin mengklaim sudah mendirikan khilafah dengan adanya khalifah yang terpilih," sambungnya.
Nurwakhid mengatakan kelompok Khilafatul Muslimin tidak lepas dari NII. Dia menyebut sebagian tokoh kunci kelompok tersebut merupakan mantan NII.
"Genealogi Khilafatul Muslimin tidak bisa dilepaskan dari NII karena sebagian besar tokoh kunci dalam gerakan ini adalah mantan NII. Pendiri dan pemimpinnya adalah Abdul Qadir Hasan Baraja mantan anggota NII sekaligus salah satu pendiri Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki bersama Abu Bakar Baasir (ABB) dan lainnya serta ikut ambil bagian dalam Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) tahun 2000," ujarnya.
Dia menjelaskan, tiga parameter untuk melihat peristiwa konvoi bertulisan 'Khilafatul Muslimin' tersebut. Di antaranya dari aspek ideologi, sejarah, dan dampak ideologi.
"Satu aspek ideologi sangat berbahaya dengan memiliki cita ideologi khilafah di Indonesia sebagaimana HTI, JI, JAD, maupun jaringan terorisme lainnya. Walaupun dalam pengakuan mereka tidak bertentangan dengan Pancasila, ideologi mereka adalah mengkafirkan sistem yang tidak sesuai dengan pandangannya. Dua, secara historis, pendiri gerakan ini sangat dekat dengan kelompok radikal, seperti NII, MMI, dan memiliki rekam jejak dalam kasus terorisme," katanya.
"Baraja telah mengalami dua kali penahanan, pertama pada Januari 1979 berhubungan dengan Teror Warman, ditahan selama tiga tahun. Kemudian ditangkap dan ditahan kembali selama 13 tahun, berhubungan dengan kasus bom di Jawa Timur dan Borobudur pada awal tahun 1985. Tiga, dampak ideologis, gerakan ini memiliki visi dan ideologi perubahan sistem sangat rentan bermetamorfosa dalam gerakan teror. Lihatlah kasus penangkapan NAS tersangka teroris di Bekasi yang ditemukan di kontrakannya kardus berisi Khilafatul Muslimin dan logo bordir Khilafatul Muslimin," imbuhnya.
Dia mengatakan gerakan Khilafatul Muslimin mudah berafiliasi dengan jaringan terorisme. Menurutnya, hal itu dinyatakan oleh peneliti terorisme dari Singapura, Rohan Gunaratna.
"Selain itu, gerakan Khilafatul Muslimin mudah berafiliasi dengan jaringan kelompok teror seperti ISIS, bahkan pada masa kejayaan ISIS pada tahun 2015, Rohan Gunaratna Peneliti Terorisme dari Singapura menggolongkan Khilafatul Muslimin telah berbaiat kepada ISIS," tuturnya.