PM Ismail Sabri: Indonesia-Malaysia Lebih dari Jiran, tapi Keluarga

PM Ismail Sabri: Indonesia-Malaysia Lebih dari Jiran, tapi Keluarga

Alfito Deannova - detikNews
Senin, 30 Mei 2022 17:07 WIB
Jakarta -

Perdana Menteri (PM) Malaysia Dato' Sri Ismail Sabri bin Yaakob mengatakan hubungan Indonesia dan Malaysia lebih dari sekadar tetangga. Ismail Sabri menyebut Indonesia dan Malaysia merupakan keluarga.

"Tentu saja hubungan Indonesia Malaysia ini lebih daripada jiran tapi bersaudara, berkeluarga," kata Ismail Sabri dalam perbincangan dengan detikcom di Melaka, Malaysia, Senin (30/5/2022).

Pernyataan itu disampaikan Ismail Sabri bukan tanpa alasan. Ismail Sabri menceritakan cucunya yang mempunyai darah Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya sendiri cucu saya separuh Indonesia-Malaysia, cucu saya. Karena menantu saya orang Indonesia, Manado campur Jawa, bapak dia Manado, emak dia Jawa, jadi cucu saya separuh Malaysia separuh Indonesia," ujar Ismail Sabri.

Ismail Sabri Bicara Pentingnya Media

Perihal hubungan Indonesia dan Malaysia, Ismail Sabri berbicara mengenai peran penting dari media. Dia percaya persatuan akan hadir jika media sering memberitakan hal yang positif.

ADVERTISEMENT

"Saya rasa ISWAMI (Ikatan Setiakawan Wartawan Malaysia dan Indonesia) adalah badan yang terbaik. Peranan media ini boleh memburuk kadangkala, boleh membaik, Kalau peranan media untuk dipecahkan, akan berlaku perpecahan kalau media membawa perpecahan. Tapi kalau media membawa perkara penyatuan, kita akan bersatu," ujar Ismail Sabri.

Dia juga mencontohkan salah satu masalah yang diributkan, yaitu mengenai tarian Jawa. Menurut dia, isu mengenai tarian tidak melibatkan negara, tapi melibatkan etnis.

"Kalau tarian Jawa, dia kepunyaan orang Jawa, orang Jawa di Malaysia berasal dari Jawa, jadi itu hak dia tarian Jawa, bukan tarian Malaysia, walau sudah jadi di Malaysia. Saya pun tidak tahu tarian Jawa karena bukan orang Jawa tapi orang Jawa di Johor, di Selangor ramai orang Jawa, tapi dia menari tarian orang Jawa," ujar Ismail Sabri.

"Tapi apabila kalau dibawa untuk dipecahkan maka dikatakan Malaysia mencuri tarian Indonesia. Jadi tidak enak antara satu sama lain. Tetapi kalau dipahami itu, media mengatakan tarian Jawa oleh etnik Jawa di Malaysia," sambung Ismail Sabri.

Menurut Ismail Sabri, banyak hal yang sebenarnya tidak perlu diperdebatkan. Ismail Sabri menyebut masalah timbul karena kurang informasi.

"Jadi banyak perkara itu yang tidak perlu timbul sengketa. Tapi timbul sengketa karena kurang informasi dan kurang pemahaman jadi peranan media yang perlu memahamkan rakyat Indonesia," tutur Ismail Sabri.

Lebih lanjut, Ismail Sabri berbicara mengenai pertemuannya dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Keduanya setuju menyelesaikan berbagai isu kebudayaan.

"Jadi saya bincang dengan Pak Presiden, saya katakan ada senarai ada list. Ini list Indonesia hak Indonesia yang tidak ada kenal mengenal dengan Malaysia. Ini Malaysia, yang tidak ada kenal mengenal dengan Indonesia. Ini list bersama concurrent list, Indonesia ada dalam senarai, Malaysia ada dalam senarai," imbuh dia.

Simak halaman selanjutnya soal isu Reog hingga Pendet.

Isu Reog hingga Pendet

Sebagai informasi, hubungan antara Indonesia dan Malaysia kerap diwarnai tensi yang naik berkaitan dengan klaim mengenai kebudayaan. Isu teranyar adalah Reog Ponorogo yang kabarnya bakal diajukan Malaysia sebagai warisan budaya tak benda ke UNESCO.

Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Efendy berencana mengajukan Reog ke UNESCO setelah dia mendapatkan informasi bahwa Malaysia akan melakukan langkah serupa. Namun, Wakil Dubes Malaysia di Jakarta, Adlan Mohd Shaffieq, mengatakan, hingga saat ini, Malaysia belum mendaftarkan Reog Ponorogo ke UNESCO.

Menurut Adlan, Malaysia dan Indonesia sudah membuat kesepakatan mendaftarkan bersama warisan budaya tak benda (intangible cultural heritage) ke UNESCO, seperti baju kebaya, tari piring, tari kuda kepang, tradisi Adat Perpatih, dan Puisi Teromba. Dengan kesepakatan itu, deretan kesenian tersebut diklaim menjadi milik bersama.

Pada 2009, isu tari pendet juga menjadi perbincangan Malaysia dan Indonesia. Kala itu Kedubes Malaysia menyesalkan terjadinya kesalahpahaman dan penuduhan yang dilakukan media lokal Indonesia yang menganggap pemerintah Malaysia telah 'mencuri' tari pendet, yang merupakan kebudayaan asli Bali dan digunakan untuk video klip promosi turisnya.

"Kedubes Malaysia ingin menitikberatkan bahwa telah terjadi kesalahpahaman serius dan kesalahan persepsi akan produksi video klip (tari pendet) dan tuduhan terhadap pemerintah Malaysia," demikian statemen Kedubes Malaysia seperti dilansir Bernama, Kamis (27/8/2009).

Video klip tari pendet komersial berdurasi 30 menit merupakan inisiatif Discovery Networks Asia-Pacific yang dibayar oleh Discovery Channel yang berkantor di Singapura. Pembuatan video klip ini ditekankan tidak melibatkan pihak-pihak di Malaysia. "Tidak seorang pun di Malaysia yang mengklaim tarian pendet milik Malaysia," tandasnya.

Kedubes Malaysia juga menyatakan pihak yang telah membuat kesimpulan yang salah tersebut seharusnya membuat riset terlebih dahulu untuk memastikan permasalahannya sebelum membuat sebuah pernyataan.

Halaman 2 dari 2
(knv/fjp)



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads