Pihak Institut Teknologi Kalimantan (ITK) menyampaikan permintaan maaf atas unggahan Rektor ITK Prof Budi Santosa Purwokartiko yang menuai kontroversi karena dianggap rasis ketika mewawancarai calon penerima beasiswa LPDP.
Aksi masyarakat itu berawal dari unggahan Prof Budi yang dinilai rasis. Budi mengunggah sebuah cerita pengalaman dia mewawancarai calon penerima beasiswa LPDP di Facebook pribadinya, kemudian unggahan itu viral di Facebook dan Twitter.
Berikut isi unggahan Budi yang dinilai meresahkan masyarakat:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saya berkesempatan mewawancara beberapa mahasiswa yang ikut mobilitas mahasiswa ke luar negeri, program Dikti yang dibiayai LPDP ini banyak mendapat perhatian dari para mahasiswa. Mereka adalah anak-anak pinter yang punya kemampuan luar biasa, jika diplot dalam distribusi normal, mereka mungkin termasuk 2,5% sisi kanan populasi mahasiswa.
Tidak satu pun saya mendapatkan mereka ini hobi demo yang ada adalah mahasiswa dengan IP yang luar biasa tinggi di atas 3.5 bahkan beberapa 3.8 dan 3.9. Bahasa Inggris mereka cas cis cus dengan nilai IELTS 8, 8.5 bahkan 9. Duolingo bisa mencapai 140, 145 bahkan ada yang 150 (padahal syarat minimum 100), luar biasa. Mereka juga aktif di organisasi kemahasiswaan (profesional), sosial kemasyarakatan dan asisten lab atau asisten dosen.
Mereka bicara tentang hal-hal yang membumi: apa cita-citanya, minatnya, usaha-usaha untuk mendukung cita-citanya, apa kontribusi untuk masyarakat dan bangsanya, nasionalisme dan sebagainya. Tidak bicara soal langit atau kehidupan sesudah mati. Pilihan kata-katanya juga jauh dari kata-kata langit: insaallah, barakallah, syiar, qadarullah, dan sebagainya. Generasi ini merupakan bonus demografi yang akan mengisi posisi-posisi di BUMN, lembaga pemerintah, dunia pendidikan, sektor swasta beberapa tahun mendatang.
Dan kebetulan dari 16 yang saya harus wawancara, hanya ada 2 cowok dan sisanya cewek. Dari 14, ada 2 tidak hadir, jadi 12 mahasiswi yang saya wawancarai, tidak satu pun menutup kepala ala manusia gurun. Otaknya benar-benar openmind, mereka mencari Tuhan ke negara-negara maju seperti Korea, Eropa barat dan US, bukan ke negara yang orang-orangnya pandai bercerita tanpa karya teknologi.
Saya hanya berharap mereka nanti tidak masuk dalam lingkungan yang
- Membuat hal yang mudah jadi sulit
- Bekerja dari satu rapat ke rapat berikutnya tanpa keputusan
- Mementingkan kulit daripada isi
- Menyembah Tuhan tapi lupa pada manusia
- Menerima gaji dari negara tapi merusak negaranya
- Ingin cepat masuk surga tapi sakit tetap cari dokter dan minum obat
- Menggunakan KPI langit sementara urusannya masih hidup di dunia
Semoga tidak tercemar
Atas pernyataan itu, Budi dilaporkan oleh Irvan Noviandana. Dia mengirimkan surat terbuka kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Dirut LPDP Andin Hadiyanto. Dia meminta Budi ditindak karena status di Facebooknya dinilai meresahkan.
Selain dilaporkan, Budi Santosa didesak oleh sejumlah mahasiswa ITK untuk mengundurkan diri. Menurut mereka, sikap Budi tidak menunjukkan Budi sebagai pengajar.
Terkait masalah ini, ITK pun menggelar Rapat Senat ITK. Pihak kampus juga meminta maaf atas adanya masalah ini.
Hasil rapat senat disampaikan pada Jumat (13/5) oleh Ketua Senat ITK Nurul Widiastuti beserta anggota Senat ITK dan perwakilan mahasiswa ITK. Berikut hasil rapat Senat ITK terkait Prof Budi Santosa:
1. Dalam forum rapat senat, Prof. Budi Santoso, Ph.D. meminta maaf kepada seluruh masyarakat, khususnya sivitas akademika ITK, karena tulisan yang telah diunggah di akun Facebook pada tanggal 27 April telah menimbulkan keresahan dan dapat menimbulkan kesan tidak positif bagi ITK.
2. Tulisan tersebut merupakan opini pribadi Prof. Budi Santoso, Ph.D. dan tidak ada ada hubungannya dengan jabatan beliau sebagai rektor ITK. Namun, ITK sebagai institusi memohon maaf atas kejadian tersebut.
3. Prof. Budi Santoso, Ph.D. merupakan dosen yang memiliki home base ITS Surabaya, sehingga yang mempunyai kewenangan memproses persoalan ini adalah ITS Surabaya.
4. Senat ITK telah mengirimkan surat kepada rektor ITS per tanggal 9 Mei 2022 guna penyelesaian lebih lanjut persoalan Prof. Budi Santoso, Ph.D. melalui mekanisme dan peraturan ITS.
Budi Santosa Masih Aktif di ITK
Lebih lanjut, pihak kampus juga menyatakan Prof Budi masih aktif di ITK. Bahkan, dia masih mendampingi program studi kampus.
"Prof Budi Santosa dalam hal ini tetap aktif menjalankan tugas sebagaimana mestinya dan saat ini sedang mendampingi program studi yang ada di ITK dalam penyusunan Akreditasi Internasional. Secara umum ITK tetap berproses tetap seperti biasanya, bahkan tetap berjalan lancar, dan memohon kepada masyarakat untuk tetap tenang karena proses sedang berjalan," kata Wakil Rektor Bidang Non Akademik Dr Muhammad Mashuri.