Muncul Desakan Rektor ITK Dicopot Gegara 'Manusia Gurun', Ini Respons Kampus

Muncul Desakan Rektor ITK Dicopot Gegara 'Manusia Gurun', Ini Respons Kampus

Zunita Putri - detikNews
Sabtu, 14 Mei 2022 10:56 WIB
Ketua Senat ITK yaitu Nurul Widiastuti (tengah)
Konferensi pers pihak kampus ITK (Foto: dok. ITK)

Terkait hal itu, sejumlah mahasiswa ITK menggelar demo menuntut Rektor ITK Prof Budi Santosa Purwokartiko meminta maaf dan mundur dari jabatannya. Aksi ini buntut dari pernyataan Prof Budi dalam statusnya di media sosial yang menyebut seseorang yang menggunakan hijab atau penutup kepala ala manusia gurun.

"Kami menuntut Prof Budi Santosa untuk meminta maaf dan klarifikasi secara resmi kepada mahasiswa dan rakyat Indonesia, serta Prof Budi Santosa membuat pernyataan resmi memundurkan diri dengan tegang waktu 7x24 jam," ucap Presiden KM (Keluarga Mahasiswa) ITK, Yustiadi Sampe Manggoali, seusai demo di aula utama kampus ITK, Senin (9/5).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yustiadi menilai pernyataan Prof Budi Santosa di media sosial menyebabkan kegaduhan di masyarakat. Cuitannya itu juga dianggap merusak nama baik kampus ITK.

Respons Prof Budi Santosa

Budi juga sudah menjelaskan tentang postingannya itu. Budi menyatakan tidak ada maksud menjatuhkan wanita yang menggunakan hijab atau kerudung.

ADVERTISEMENT

Prof Budi Santosa menjelaskan tulisan itu adalah opini pribadinya, bukan sebagai Rektor ITK. Dia menegaskan sama sekali tidak berniat merendahkan orang yang menggunakan jilbab. Menurutnya, kebetulan 12 mahasiswi yang dia wawancarai saat itu tidak ada yang berkerudung.

"Mereka itu sangat salah paham. Saya menggunakan (kalimat) yang jadi masalah kan, mereka tidak ada yang pakai kerudung ala manusia gurun kan ya? Jadi maksud saya tidak seperti orang-orang yang pakai tutup-tutup, kaya orang Timur Tengah yang banyak, pasir, angin, panas gitu ya," kata Budi seperti dilansir dari detikSulsel, Sabtu (30/4).

"Itu konsekuensi dari bahasa tulis ya. Mungkin persepsinya akan berbeda-beda ya. Tapi banyak yang memotong, maksudnya men-screenshot kemudian di kasih pengantar seakan-akan saya tidak adil, diskriminatif. Itu yang menurut saya, saya sayangkan. Dan orang tidak membaca tulisan aslinya," sambungnya.

Prof Budi Santosa Purwokartiko menegaskan dirinya tidak menilai berdasarkan SARA, misalnya orang tersebut mengenakan kerudung atau tidak. Dalam wawancaranya terhadap peserta program tersebut pun, menurutnya, tidak ada pertanyaan mengenai agama.


(zap/hri)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads