Terkait hal itu, sejumlah mahasiswa ITK menggelar demo menuntut Rektor ITK Prof Budi Santosa Purwokartiko meminta maaf dan mundur dari jabatannya. Aksi ini buntut dari pernyataan Prof Budi dalam statusnya di media sosial yang menyebut seseorang yang menggunakan hijab atau penutup kepala ala manusia gurun.
"Kami menuntut Prof Budi Santosa untuk meminta maaf dan klarifikasi secara resmi kepada mahasiswa dan rakyat Indonesia, serta Prof Budi Santosa membuat pernyataan resmi memundurkan diri dengan tegang waktu 7x24 jam," ucap Presiden KM (Keluarga Mahasiswa) ITK, Yustiadi Sampe Manggoali, seusai demo di aula utama kampus ITK, Senin (9/5).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yustiadi menilai pernyataan Prof Budi Santosa di media sosial menyebabkan kegaduhan di masyarakat. Cuitannya itu juga dianggap merusak nama baik kampus ITK.
Respons Prof Budi Santosa
Budi juga sudah menjelaskan tentang postingannya itu. Budi menyatakan tidak ada maksud menjatuhkan wanita yang menggunakan hijab atau kerudung.
Prof Budi Santosa menjelaskan tulisan itu adalah opini pribadinya, bukan sebagai Rektor ITK. Dia menegaskan sama sekali tidak berniat merendahkan orang yang menggunakan jilbab. Menurutnya, kebetulan 12 mahasiswi yang dia wawancarai saat itu tidak ada yang berkerudung.
"Mereka itu sangat salah paham. Saya menggunakan (kalimat) yang jadi masalah kan, mereka tidak ada yang pakai kerudung ala manusia gurun kan ya? Jadi maksud saya tidak seperti orang-orang yang pakai tutup-tutup, kaya orang Timur Tengah yang banyak, pasir, angin, panas gitu ya," kata Budi seperti dilansir dari detikSulsel, Sabtu (30/4).
"Itu konsekuensi dari bahasa tulis ya. Mungkin persepsinya akan berbeda-beda ya. Tapi banyak yang memotong, maksudnya men-screenshot kemudian di kasih pengantar seakan-akan saya tidak adil, diskriminatif. Itu yang menurut saya, saya sayangkan. Dan orang tidak membaca tulisan aslinya," sambungnya.
Prof Budi Santosa Purwokartiko menegaskan dirinya tidak menilai berdasarkan SARA, misalnya orang tersebut mengenakan kerudung atau tidak. Dalam wawancaranya terhadap peserta program tersebut pun, menurutnya, tidak ada pertanyaan mengenai agama.
(zap/hri)