Muncul Desakan Rektor ITK Dicopot Gegara 'Manusia Gurun', Ini Respons Kampus

Muncul Desakan Rektor ITK Dicopot Gegara 'Manusia Gurun', Ini Respons Kampus

Zunita Putri - detikNews
Sabtu, 14 Mei 2022 10:56 WIB
Ketua Senat ITK yaitu Nurul Widiastuti (tengah)
Konferensi pers pihak kampus ITK (Foto: dok. ITK)
Jakarta -

Muncul desakan agar Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Budi Santosa Purwokartiko dipecat karena unggahannya di media sosial yang menyinggung orang memakai penutup kepala sebagai manusia gurun dinilai bermuatan SARA. Apa kata pihak kampus?

"Terkait tuntutan kedua mahasiswa ITK, yaitu Prof Budi mundur dari posisinya sebagai Rektor ITK, seperti penjelasan dari Ketua Senat ITK (Nurul Widiastuti) bahwa hasil keputusan yang memiliki kewenangan adalah Senat ITS. Serta saat ini sedang melakukan proses yang berlangsung di ITS, sehingga tuntutan apa pun yang diberikan diharapkan masyarakat umum dan mahasiswa ITK tetap patuh terhadap aturan dan kewenangan yang berlaku," ujar Wakil Rektor Bidang Non Akademik Dr Muhammad Mashuri dalam keterangan tertulis, Sabtu (14/5/2022).

Mashuri mengatakan saat ini proses masih berjalan. Senat ITK juga telah mengirimkan surat pada 9 Mei 2022 kepada Senat ITS. Kemudian pada 9 Mei 2022 juga sudah melangsungkan sidang kode etik yang dilakukan di ITS.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Diharapkan khalayak umum masyarakat dapat tetap bersabar," ucap Mashuri.

Prof Budi Santosa diketahui saat ini masih aktif di ITK. Budi juga masih mendampingi program studi yang ada di ITK.

ADVERTISEMENT

Awal Mula Masalah

Kasus ini berawal ketika Budi Santosa dilaporkan ke Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Dirut LPDP Andin Hadiyanto. Budi dinilai telah melakukan ujaran yang bersifat SARA dan pelecehan secara verbal.

Irvan mengungkapkan kalimat Budi yang dimaksud mengandung ujaran SARA ketika Budi mewawancarai peserta program Dikti sebagaimana tulisan status Budi. Di status Facebooknya itu, Budi menyebut seseorang yang memakai hijab atau penutup kepala adalah manusia gurun.

"Budi Santosa sebagai pihak yang mewawancarai peserta program Dikti sebagaimana yang disampaikan pada tulisannya mengatakan kalimat yang bernuansa SARA bahwa 12 mahasiswi yang diwawancarai tidak ada satu pun yang menutup kepala ala manusia gurun sehingga otaknya benar-benar open mind dan seterusnya," ucap Irvan saat itu.

Terkait hal itu, sejumlah mahasiswa ITK menggelar demo menuntut Rektor ITK Prof Budi Santosa Purwokartiko meminta maaf dan mundur dari jabatannya. Aksi ini buntut dari pernyataan Prof Budi dalam statusnya di media sosial yang menyebut seseorang yang menggunakan hijab atau penutup kepala ala manusia gurun.

"Kami menuntut Prof Budi Santosa untuk meminta maaf dan klarifikasi secara resmi kepada mahasiswa dan rakyat Indonesia, serta Prof Budi Santosa membuat pernyataan resmi memundurkan diri dengan tegang waktu 7x24 jam," ucap Presiden KM (Keluarga Mahasiswa) ITK, Yustiadi Sampe Manggoali, seusai demo di aula utama kampus ITK, Senin (9/5).

Yustiadi menilai pernyataan Prof Budi Santosa di media sosial menyebabkan kegaduhan di masyarakat. Cuitannya itu juga dianggap merusak nama baik kampus ITK.

Respons Prof Budi Santosa

Budi juga sudah menjelaskan tentang postingannya itu. Budi menyatakan tidak ada maksud menjatuhkan wanita yang menggunakan hijab atau kerudung.

Prof Budi Santosa menjelaskan tulisan itu adalah opini pribadinya, bukan sebagai Rektor ITK. Dia menegaskan sama sekali tidak berniat merendahkan orang yang menggunakan jilbab. Menurutnya, kebetulan 12 mahasiswi yang dia wawancarai saat itu tidak ada yang berkerudung.

"Mereka itu sangat salah paham. Saya menggunakan (kalimat) yang jadi masalah kan, mereka tidak ada yang pakai kerudung ala manusia gurun kan ya? Jadi maksud saya tidak seperti orang-orang yang pakai tutup-tutup, kaya orang Timur Tengah yang banyak, pasir, angin, panas gitu ya," kata Budi seperti dilansir dari detikSulsel, Sabtu (30/4).

"Itu konsekuensi dari bahasa tulis ya. Mungkin persepsinya akan berbeda-beda ya. Tapi banyak yang memotong, maksudnya men-screenshot kemudian di kasih pengantar seakan-akan saya tidak adil, diskriminatif. Itu yang menurut saya, saya sayangkan. Dan orang tidak membaca tulisan aslinya," sambungnya.

Prof Budi Santosa Purwokartiko menegaskan dirinya tidak menilai berdasarkan SARA, misalnya orang tersebut mengenakan kerudung atau tidak. Dalam wawancaranya terhadap peserta program tersebut pun, menurutnya, tidak ada pertanyaan mengenai agama.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads