Yogyakarta patut bangga. Wilayah ini adalah satu-satunya provinsi yang memiliki layanan ojek khusus untuk difabel.
Usaha besutan Triyono (41) ini bernama Difa Bike atau Ojek Difa. Menyasar konsumen berkebutuhan khusus, Difa Bike dikendarai oleh orang-orang tunadaksa. usaha yang telah beroperasi sejak 2014 ini telah memiliki 26 motor modifikasi.
Bagi Triyono, usahanya ini adalah solusi yang ditawarkan atas minimnya akses transportasi bagi kaum difabel. Tujuan utamanya adalah meningkatkan perekonomian dengan mendorong mobilitas. Bagi 42 pengemudi ojek yang telah bergabung, Ojek Difa menjadi sumber penghidupan. Sementara itu, Triyono mengklaim, dengan keberadaan Ojek Difa, penyandang disabilitas merasa terbantu dalam menjalankan usaha mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Soal argo, Triyono mematok tarif flat Rp 3.500 ribu per kilometer, dengan tambahan 5.000 rupiah per jam bila harus menunggu konsumen di lokasi penjemputan. Cara pemesanannya pun tergolong mudah, cukup dengan menghubungi lewat pesan online atau aplikasi lain, Difa Bike siap menjemput kapan pun dan di mana pun.
"Sistemnya mereka bisa mengorder kita lewat aplikasi, kita juga ada. Mereka tinggal chat di hotline. Sistemnya ya tinggal order, jemput di mana, alamatnya di mana, diantar ke mana, dengan kita menghitungkan biaya per kilometernya, ketemunya sekian rupiah, ya sudah," ujar Triyono dalam program Sosok, Minggu (1/5/2022).
Profesionalitas menjadi faktor utama yang mereka tekankan. Semua pengemudi harus rapi dan berseragam dan penjemputan harus tepat waktu.
Pelayanan yang ditawarkan tidak tanggung-tanggung, Difa Bike memperhitungkan kenyamanan para penumpang dengan memodifikasi motor mereka sehingga penumpang berkursi roda bisa terangkut tanpa melipat kursi rodanya.
Tidak jarang, pengemudi juga harus menggendong penumpang bila motor ojek tidak bisa sampai di depan rumah karena masuk ke gang sempit.
"Standar yang kita lakukan ini, ya hampir sama dengan standar-standar perusahaan jasa lainnya. Bagaimana kita menjaga komunikasi dengan pelanggan, tegur, senyum, sapa. Kemudian berpakaian yang rapi. Kita berikan seragam ke mereka biar rapi, tidak ada perbedaan. Potong rambut dan sebagainya. Jadi itu kita kontrol terus semuanya," ungkap Triyono, yang diwawancara detikcom sambil duduk di kursi roda miliknya.
"Cuma kalau secara teknis, hanya kita satu-satunya yang bisa melayani kursi roda tanpa harus ribet, tanpa harus penumpang turun-naik kursi roda. Jadi untuk di pelayanan itu kita satu-satunya di Indonesia," lanjutnya.
Selama menjadi owner Difa Bike, Triyono memberikan kesempatan bagi difabel yang memiliki pendidikan yang rendah untuk bisa bergabung dan menjadi bagian dari Difa Bike sebagai pengemudi.
"Karena kita melibatkan, satu, difabel. Yang kedua, dengan low education ya. Jadi ekstra sabarnya itu berkali-kali lipat. Memberi mereka ruang lebih dan ekstra sabar untuk membimbing mereka pelan-pelan sampai bisa memberikan pelayanan yang baik," jelas Triyono.
(nis/vys)