Menjalani garis hidup sebagai difabel bukanlah hal yang mudah. Mereka belum tentu dapat menikmati berbagai bentuk fasilitas umum yang ada sepenuhnya. Belum lagi, kondisi fisik mereka acap kali digunakan sebagai objek diskriminasi.
Tidak ingin menyerah dengan keadaan, Triyono (41) secara mandiri membuka peluang dan solusi bagi para difabel untuk meningkatkan mobilitas dengan lebih nyaman.
Triyono menilai, keterbatasan dalam bergerak membuat para disabilitas terdiskriminasi. Sebagai penyandang tuna daksa, Triyono paham benar bagaimana mobilitas menjadi faktor utama untuk mengembangkan diri. Maka, ia membuat gebrakan baru bagi dirinya sekaligus teman-teman difabel. Ia membuat lapangan pekerjaan bagi orang yang memiliki keterbatasan, khususnya tuna daksa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Motivasi utama ini adalah bagaimana menunjukkan ke masyarakat bahwa permasalahan disabilitas lama ini adalah kurangnya fasilitas untuk bergerak atau mobilisasi. Karena begitu mobilisasi ini ditata dengan baik, diskriminasi minoritas itu lambat laun akan hilang, akan pudar dengan sendirinya," ujar Triyono dalam program Sosok Minggu, (01/05/2022)
Berangkat dari rasa kecewa atas minimnya fasilitas untuk difabel itu, Triyono akhirnya mendirikan Difa Bike, atau Ojek Difa. Beroperasi dari tahun 2014 dengan 1 driver saja, kini Difa Bike memiliki 26 unit motor modifikasi, dan 42 pengemudi difabel.
"Kalau semuanya, kita sediakan motornya ya. Karena memang Difa Bike ini ingin juga memberdayakan teman-teman disabilitas middle low, yang mempunyai pendidikan ke bawah bahkan tidak sekolah yang berasal dari keluarga tidak mampu," ungkap Triyono.
Motor modifikasi Difa Bike dibuat sedemikian rupa sehingga dapat mengangkut penumpang dengan kursi roda. Soal keamanan, Triyono meyakinkan bahwa motor modifikasi miliknya memiliki tingkat keamanan tinggi. Dengan tambahan roda di bagian samping, keseimbangan akan meningkat. Sementara itu, menambahkan atap serta pegangan diharapkan dapat menjaga keseimbangan saat terjadi guncangan.
"Jadi target kami itu bisa layani semua lapisan masyarakat. Karena memang desain semua motor kita itu bisa untuk dinaiki orang dan kursi roda. Jadi ada beberapa yang memang hanya untuk pakai jok, ada yang double. Jadi kalau pakai kursi roda, joknya diangkat. Kalau tidak pakai kursi roda, kita pasang joknya," jelas Triyono.
Triyono yang berjalan menggunakan tongkat dan kursi roda, mengakui bahwa semata-mata ingin membantu perekonomian para difabel. Bagi pengemudi, penumpang adalah sumber rezeki. Sementara bagi penumpang, Ojek Difa adalah pendorong mobilitas sehari-hari.
"Harapannya dengan adanya Difa Bike, mereka punya pekerjaan dan mereka punya ekonomi yang lebih bagus. Itu target dari Difa Bike ini, tim-tim dari yang kita rekrut," ujar Triyono.
(nis/vys)