Sejarah Gunung Anak Krakatau Hingga Saat Ini
Mengutip laman resmi Badan geologi, Gunung Anak Krakatau pertama kali tumbuh pada 11 Juni 1927 akibat dari erupsi yang berkomposisi magma basa muncul di pusat komplek Krakatau. Gunung ini tumbuh semakin besar dan tinggi akibat letusan-letusannya, membentuk kerucut yang sekarang mencapai ketinggian lebih kurang 300 m dari muka laut. Di samping menambah tinggi kerucut, Gunung Anak Krakatau juga memperluas wilayah daratannya.
Sejak tahun 1930-2000, tercatat lebih dari 100 kali erupsi Gunung Anak Krakatau, baik bersifat eksplosif maupun efusif. Dari sejumlah letusan tersebut, titik letusan selalu berpindah-pindah di sekitar tubuh kerucutnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Umumnya letusan Gunung Anak Krakatau akan terjadi 4 tahun sekali berupa letusan abu dan leleran lava, dengan waktu istirahat berkisar antara 1-8 tahun. Kegiatan terakhir Gunung Anak Krakatau, berupa letusan abu dan leleran lava, hanya berlangsung mulai 8 November 1992 sampai Juni 2000.
Kemudian pada 24-26 September 2005, aktivitas gunung anak Krakatau sempat terpantau aktif dengan terjadinya peningkatan jumlah gempa.
Peningkatan aktivitas gempa Gunung Anak Krakatau juga kembali terlihat pada 20-22 Oktober 2007. Kemudian disusul dengan letusan abu setinggi 200 meter pada 23 Oktober 2007. Hasil pengamatan visual pada 25 Oktober 2007 menunjukkan bahwa terdapat lubang letusan baru di dinding selatan Gunung Anak Krakatau.
Pada 1-20 April 2008 aktivitas Gunung Anak Krakatau terlihat kembali mengalami peningkatan. Hasil pengamatan langsung ke Gunung Anak Krakatau pada 15-16 April 2008 menunjukkan bahwa terjadi letusan abu yang disertai lontaran material pijar yang berlangsung tiap selang 5-15 menit dengan ketinggian berkisar 100-500 meter.
Lebih lanjut, mulai 10 Oktober 2010, letusan abu yang disertai lontaran material pijar dengan ketinggian asap berkisar 100-1700 meter pun terjadi dan berlangsung setiap hari hingga saat ini.
(izt/imk)