Sejarah Anak Krakatau belakangan dicari tahu usai mengalami kenaikan status dari waspada menjadi siaga. Kenaikan status terjadi setelah Gunung Anak Krakatau lama tidak aktif.
Diketahui sejak awal April 2022 lalu, Gunung Anak Krakatau mengalami erupsi terus-menerus. Kini status Gunung Anak Krakatau meningkat dari level II atau waspada menjadi level III atau siaga.
Letusan terakhir terjadi pada Minggu (24/4) pukul 20.20 WIB dengan tinggi kolom abu tercatat mencapai 3.000 meter di atas puncak. Berdasarkan hasil rekaman CCTV milik Badan Geologi, erupsi yang terjadi dua hari belakangan tersebut terlihat mengeluarkan kilauan lava dengan amplitudo maksimum 55 mm dan durasi 0 detik.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita pun mengimbau masyarakat untuk tetap waspada akan potensi tsunami, terutama pada malam hari. Hal ini dikarenakan peningkatan gelombang air laut lebih sulit terlihat di malam hari.
Lalu bagaimana sejarah Anak Krakatau yang saat ini statusnya naik menjadi level III? Berikut ulasannya
Sejarah Anak Krakatau
Sejarah Anak Krakatau pertama kali dimulai dengan tumbuhnya gunung tersebut pada 11 Juni 1927 akibat dari erupsi yang berkomposisi magma basa muncul di pusat komplek Krakatau.
Mengutip laman resmi Badan geologi, Gunung Anak Krakatau tumbuh semakin besar dan tinggi akibat letusan-letusannya, membentuk kerucut yang sekarang mencapai ketinggian lebih kurang 300 m dari muka laut. Di samping menambah tinggi kerucut, Gunung Anak Krakatau juga memperluas wilayah daratannya.
Tercatat lebih dari 100 kali erupsi Gunung Anak Krakatau, baik bersifat eksplosif maupun efusif dari 1930 hingga 2000. Dari sejumlah letusan tersebut, titik letusan selalu berpindah-pindah di sekitar tubuh kerucutnya.
Umumnya letusan Gunung Anak Krakatau akan terjadi 4 tahun sekali berupa letusan abu dan leleran lava, dengan waktu istirahat berkisar antara 1-8 tahun. Kegiatan terakhir Gunung Anak Krakatau, berupa letusan abu dan leleran lava, hanya berlangsung mulai 8 November 1992 menerus sampai Juni 2000.
Namun, pada 24-26 September 2005, aktivitas gunung anak Krakatau sempat terpantau aktif dengan terjadinya peningkatan jumlah gempa.
Peningkatan aktivitas gempa Gunung Anak Krakatau juga kembali terlihat pada 20-22 Oktober 2007. Kemudian disusul dengan letusan abu setinggi 200 meter pada 23 Oktober 2007. Hasil pengamatan visual pada 25 Oktober 2007 menunjukkan bahwa terdapat lubang letusan baru di dinding selatan Gunung Anak Krakatau.
Pada 1 hingga 20 April 2008 aktivitas Gunung Anak Krakatau terlihat kembali mengalami peningkatan. Hasil pengamatan langsung ke Gunung Anak Krakatau pada 15-16 April 2008 menunjukkan bahwa terjadi letusan abu yang disertai lontaran material pijar yang berlangsung tiap selang 5-15 menit dengan ketinggian berkisar 100-500 meter.
Kemudian mulai 10 Oktober 2010, letusan abu yang disertai lontaran material pijar dengan ketinggian asap berkisar 100-1700 meter pun terjadi dan berlangsung setiap hari hingga saat ini.
Gunung Anak Krakatau Alami 10 Kegempaan Hari Ini
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyampaikan melaporkan terjadi 10 kegempaan hari ini pada Gunung Anak Krakatau. Kegempaan itu akibat aktivitas embusan, vulkanik dangkal, dan vulkanik dalam.
Selain itu, disebutkan bahwa jumlah kegempaan embusan terjadi sebanyak 3 kali dengan amplitudo 15-34 mm dan durasi 17-78 detik. Untuk vulkanik dangkal terjadi sebanyak 4 kali, amplitudo 12-17 mm dan durasi 7-16 detik.
Sedangkan untuk vulkanik dalam terjadi 3 kali dengan amplitudo 26-42 mm, durasi 15-17 detik, S-P 1,4-1,6 detik.
PVMBG juga memberikan rekomendasi untuk masyarakat, wisatawan maupun pendaki. BMKG meminta agar masyarakat tidak mendekati Gunung Anak Krakatau atau beraktivitas dalam radius 5 km dari kawah aktif.
Demikianlah informasi mengenai sejarah Anak Krakatau yang telah naik status menjadi level III. Semoga bermanfaat.
Simak Video 'Anak Krakatau Siaga, BMKG Sebut Ada Potensi Tsunami':
(izt/imk)